~ happy readinv ~
Caca memakan nasi goreng dengan lahap, sambil menonton film di ipadnya. "Ca, kemarin malem siapa namanya?" tanya Nevan yang ikut duduk di sampingnya.
Ah ya, kemarin malam ia disidang habis-habisan oleh Arsen dan diisi dengan gelak tawa juga ledekan Nevan dan teman-temannya.
Perkara ia pulang bersama laki-laki aja bisa berujung begitu. Ya walau, Arsen cuman menanyai, siapa namanya? Tadi ngapain aja? Kenapa pulang malam? Dan yang terakhir, rumah Gavin di mana? Yang Caca jawab, "Di luar angkasa. Dia salah satu spesies alien langka, berwujud manusia yang bisa baik dan nyebelin."
Arsen menatapnya tajam saat ia membalas itu. Lagian ya, untuk apa sih alamat rumah Gavin dibutuhkan? Arsen mau nyamperin dia, terus minta pertanggungjawaban? Jelas-jelas Gavin membantunya malam itu, tapi tetap saja Arsen tidak percaya. Menyebalkan.
"Gavin," jawab Caca.
"Ohh, katanya lo di kepung sama temen-temen dia?" tanya Nevan, "terus ada Av- siapa namanya? Avin?"
Ah kejadian Caca dikepung itu juga diungkit oleh Arsen. Ia menanyakan saat itu, kenapa hanya Caca perempuan di sana. Caca jawab saja, "Biasa, pada minta informasi buat doi-doinya."
"Maksudnya?" tanya Arsen.
"Ya, itu Alvin. Doinya Chilla. Dia nanya-nanya soal Chilla--"
"Terus Ryan sama Gavin doinya Caca. Berniat untuk jadiin Caca pacarnya," lanjut Regina yang saat itu malah memperpanjang masalah. Padahal sudah Caca meminimalisir pertengkaran, tapi endingnya mereka tidur jam 12.
"Alvin, Ryan, Gavin. Cowok gabut doang," balas Caca, "kalau udah kurang ajar, langsung gue tampar ini."
Nevan mengacak rambut Caca kasar yang membuat gadis itu berteriak. "Bagus Ca, salut gue punya adik kayak lo," balas Nevan tanpa rasa bersalah.
Caca mendengus kesal dan melanjutkan makannya. Teman-teman Caca masih tertidur semua, entah sekebo apa mereka. Padahal Caca sudah bolak-balik di kamarnya, tapi tetap saja tidak bangun. Jadi ia biarkan saja agar mereka bangun dengan sendirinya.
Sampai telpon rumah Caca berdering. "Ma, itu ada yang nelpon," ucap Caca kepada mamanya yang sibuk masak.
"Coba kamu yang angkat! Tolong ya Ca!" ucap Mama, "Mama lagi masak ini. Ga bisa di stop."
Caca menyikut Nevan di sampingnya. Bermaksud melemparkan suruhan, tapi ya disikut pura-pura tidak menyahut. Caca pun menarik napasnya, lalu turun dari bangku ke ruang keluarga untuk mengangkat telpon di sana.
Caca menarik gagang telpon itu dengan cepat. "Halo?" ucap Caca.
Suara itu, suara cowok itu terdengar. "Sama Caca ya?"
"Iy-iya."
"Untung deh, aku takutnya mama kamu yang bales. Gimana kabarnya?"
Caca menutup gagang telpon itu dengan segera, jantungnya berpompa dengan cepat. Mau apa orang itu? Mau apa dia menelpon Caca lagi? Caca mengatur napasnya perlahan. Tidak, ini sudah selesai, ya, seharusnya dia bisa terlihat biasa saja tanpa merasakan perasaan yang dulu ada. Tapi serangan apa ini?
•~•~•~•
"Caca," ucap Chilla yang sedang santai di atas kasur itu.
"Apa?" jawab Caca yang sedang duduk di meja belajar sambil menonton film di ipad miliknya.
"Hm, sebenarnya semalem, Chilla liat Caca loh, berduaan sama Gavin."
KAMU SEDANG MEMBACA
gavinca: Puppy Love
Dla nastolatków-Ketika sapaan itu menjelma kebiasaan yang menjadikannya sebuah kerinduan.- Gavin, manusia yang entah asal muasalnya tiba-tiba datang, menyapa tanpa henti, tanpa letih, tanpa lelah gadis cantik yang terjebak di hujan. Katanya, ia mau jadi hujan, ti...