Kamar rawat inap milik Arsen, sekarang kembali hangat dan penuh tawa. Tapi Caca tetap dalam ke bimbangannya.
Tadi, Gavin diajak papa keluar, katanya sih, mau jalan-jalan, cari angin sambil mau tes Gavin. Papa penasaran soalnya, Gavin ini anaknya kayak apa sampai mama bisa sesenang dan sebaik itu padanya.
Dan soal kondisi Arsen, laki-laki itu harus dirawat beberapa hari lagi, agar beberapa luka parahnya bisa dirawat secara intens terlebih dulu.
Dan sekarang, pembahasan yang mama keluarkan, cukup untuk membuat Caca menegang. Karena tadi mama bertanya, "Kamu suka Gavin?"
Lalu Caca menjawab, "Ngga tahu."
Dan mama kembali bilang, "Sama perasaan sendiri tuh harus jujur. Masa ga tahu-"
Tetapi ucapan mama dipotong oleh Arsen, lalu ia berucap, "Jujur sama perasaan sendiri mah udah Ma. Yang belum tuh, jujur sama Mama soal perasannya sendiri!"
Emang ya kayaknya, orang sakit tuh, makin-makin aja nyebelinnya. Caca menatap Arsen tajam lalu kemudian dia tertawa kecil dan kembali sibuk dengan ponsel di genggamannya.
"Ohh gitu. Jadi? Gimana?" tanya mama yang masih bersikeras untuk mengetahui jawabannya.
"Ga gimana-gimana," jawab Caca.
"Caca, come on, jujurlah. Ga usah dengerin omongan Papa! Ayu cerita aja ke Mama."
"Bukan masalah gitu Ma. Tapi emang, ga ada yang harus diceritain," jawab Caca.
"Gavin dites sama Papa, butuh mental besar. Tapi kamunya ga suka sama dia, ya, percuma," ucap mama tiba-tiba.
"Harusnya tadi Mama bilang, Cacanya aja ga suka. Ngapain di tes-tes segala. Orang mereka ga akan pacaran," lanjut mama.
"Caca bingung Ma."
"Bingung kenapa sih? Capek tahu bingung sama perasaan sendiri tuh. Jujur Ca, sama diri sendiri, suka apa ngga?" tanya mama yang Caca tebak sudah penasaran tingkat tinggi itu.
Caca melirik ke arah Arsen dan seolah mama tahu apa yang Caca khawatirkan. Mama pun mengangkat ponselnya, yang sudah ia tampilkan ke bagian notes, dan bertuliskan,
Lewat hape aja kalau takut ketahuan Arsen. Yu!
Duh, emang ini ibu-ibu ajaib banget! batin Caca. Caca tersenyum kaku, lalu mulai menulis sesuatu di notes ponselnya.
Kayaknya nih, udah suka, tapi Caca takut.
Mana mengerutkan dahinya, lalu membalas ucapan Caca dengan tulisan,
Takut apa? Gavin anak baik tuh.
Lalu Caca membalas tulisan mamanya dengan jawaban,
Bukan begitu. Omongan papa tadi, bikin Caca berkali-kali mikir mau suka Gavin sampai ada perasaan mau pacaran. Jadi Caca takut.
Mama berdecak kesal. "Ah omongan Papa kok di dengerin.
Daripada Gavin ga tahu sama perasaan kamu seumur hidup? Hayo? Pilih mana?"Caca membelalakan matanya yang membuat mama menutup mulutnya rapat-rapat sekarang.
"Tapi Ma, omongan Papa tuh bener, Caca pernah ngerasain," bisik Caca kepada mama.
"Ya terus? Gavin kan anak baik-"
"Kecilin, volumenya-"
"Percuma ngecilin volumenya. Suara lo kedengeran di kuping gue Caca," potong Arsen.
"Diem lo!" balas Caca kepada Arsen.
"Itu namanya bulol Ma," ucap Arsen yang tidak menurut dengan ucapan Caca.
KAMU SEDANG MEMBACA
gavinca: Puppy Love
Genç Kurgu-Ketika sapaan itu menjelma kebiasaan yang menjadikannya sebuah kerinduan.- Gavin, manusia yang entah asal muasalnya tiba-tiba datang, menyapa tanpa henti, tanpa letih, tanpa lelah gadis cantik yang terjebak di hujan. Katanya, ia mau jadi hujan, ti...