Happy Reading
Pagi ini Caca sudah bersiap-siap untuk refreshing seperti yang Nevan bilang. Ia berjalan dengan semangat ke garasinya setelah mendapatkan kunci motor milik Nevan barusan. Ah ya sebagai informasi kenapa Caca begitu senang bisa mengendarai motor Nevan itu karena seperti yang pernah dijelaskan, Papa Caca terkenal sangat posesif pada gadis satu-satunya di keluarga.
Jarang sekali ia bisa mendapatkan izin mengendarai motor besar begini, paling-paling ya motor matic miliknya yang tentu juga sekali mendapatkannya karena keposesifan papa itu.
Caca yang sudah sampai di garasi pun berjalan ke motor ninja hitam Nevan, lalu menaikinya. Caca sedikit kesulitan karena tinggi motor tersebut, jadi ia berharap bisa mengendarainya dengan mudah nanti.Bye the way, ini ketiga kalinya Caca dibolehkan membawa motor besar begini. Memang menyebalkan seluruh penghuni rumah, walau Caca tahu itu demi kebaikannya. Tapi kan, tidak harus seposesif itu! Jangan mentang-mentang Caca sendiri perempuan, jadi ia dikekang sedemikian rupa.
Bahkan kalau Caca ingat, Papanya itu tidak memperbolehkan Caca pacaran. Alasannya klasik, ia tidak menginginkan anak perempuannya sakit hati. Memang benar sih, tapi kan - ah sudahlah, Caca belum mau pacaran ini. Mending sekarang, kita habiskan Sabtu bahagia ini dengan mengendarai motor dan melupakan masalah sejenak!
Caca mulai menancapkan gasnya untuk pergi dari rumah secara diam-diam. Setengah jalan masih belum ada masalah, jalanan sepi itu membuat nyali Caca tertantang.
Jadi ia menaikan kecepatan motor itu yang ternyata berujung masalah baru. Caca hampir terjatuh kalau kaki pendeknya - yang ternyata sedikit bisa menapak- yang membantunya menjaga keseimbangan saat ia rem motor besar ini.
Iya, Caca ngerem mendadak. Ah beruntung dia tidak mengalami kecelakaan, ya mungkin ini salah satu alasan mengapa papanya tidak memperbolehkan ia menaiki motor. Tapi ah sudahlah, dijadikan pelajaran saja.
Motor itu melaju dengan kecepatan sedang dan berhenti di taman bermain dekat sekolah. Yang kalau jalan kaki sekalipun dari sekolahnya bisa dengan mudah sampai ke sini. Caca duduk di ayunan yang untungnya kosong itu, karena biasanya diisi oleh manusia-manusia kecil yang imut walau sedikit mengesalkan.
Caca duduk lalu mengedarkan pandangannya ke sekeliling taman yang alasnya pasir itu. Ah dia benci ini, kenapa harus pasir sih?! Jelas-jelas bikin manusia kecil itu gampang kelilipan. Ga usah manusia kecil deh, Caca aja sudah kelilipan sekarang.
Caca mengucek matanya dan pandangannya jatuh kepada perosotan merah yang bentuknya melingkar-lingkar itu.
Ia mengedarkan pandangannya sekali lagi, sepi. Mungkin karena masih jam sembilan, jadi manusia kecil alias anak kecil itu masih dimandikan dengan susah payah oleh ibu mereka masing-masing.
Caca berdiri dan mulai berlari ke arah perosotan itu. Untung ukurannya besar, jadi badan Caca masih muat untuk terjun bebas dari atas.
Ia menaikinya dengan semangat, lalu turun dengan mudahnya. Ah mungkin ia akan mencoba ini untuk yang kedua kalinya, karena perosotan ini sangat licin! Dan itu sangat menyenangkan untuk dinaiki! Caca menaiki tangga untuk merosot yang kedua kalinya, ia memasang posisi enak dan meluncur dengan mudah.
Tapi kehadiran seseorang di bawah mampu membuat Caca terkejut. Kakinya hampir menabrak seseorang itu dan tadi ia sempat melihat siapa yang tepat berada di bawah itu.
Caca menundukan wajahnya dan reflek memejamkan matanya, berharap Tuhan baik lalu memindahkan dirinya ke kamar lagi. Atau setidaknya membuatnya tembus pandang.
KAMU SEDANG MEMBACA
gavinca: Puppy Love
أدب المراهقين-Ketika sapaan itu menjelma kebiasaan yang menjadikannya sebuah kerinduan.- Gavin, manusia yang entah asal muasalnya tiba-tiba datang, menyapa tanpa henti, tanpa letih, tanpa lelah gadis cantik yang terjebak di hujan. Katanya, ia mau jadi hujan, ti...