(40) Titik Terendah

50 5 0
                                    

Caca keluar kamar setelah ia menangis semalaman. Hatinya hancur, bahkan mungkin ia sudah tidak mau melihat papanya lagi.

Kalau hal biasa semacam marahnya, atau kelabilannya masih Caca maafkan. Tapi jika selingkuh? Bahkan Caca tidak pernah memikirkan hal itu akan terjadi pada kehidupannya.

Suara-suara yang ramai itu mulai terdengar di bawah. Caca yang masih setengah sadar pun memilih untuk mengetahui darimana asal keributan itu.

Tidak butuh waktu lama terlihat mama dipeluk Nevan sedangkan Arsen memarahi papa yang sepertinya baru pulang itu. Tahu dari mana Caca, papa baru pulang? Terlihat pakaian papa yang masih memakai seragam kantornya juga wajahnya yang tampak lelah itu.

Awalnya Caca tidak terlalu mengerti mereka berbicara apa yang membuatnya memilih diam tapi suara yang keluar dari Arsen berikutnya, mampu membuat Caca tersulut emosi.

"Papa, selalu membuat Arsen, jadi manusia paling salah di dunia. Entah niat Papa cari pelarian dengan cara marahin Arsen atau gimana. Sedangkan anak bungsu Papa? Arsen ga pernah ngerti kenapa Caca selalu di sayang disaat Arsen susah payah untuk jaga dia!"

"Caca ga minta dijagain," ucap Caca. Arsen sedikit terkejut mendengar ucapan Caca, karena ia kira gadis itu masih tidur. Tapi tidak lama dari itu, Arsen membalas ucapan Caca dengan tajam.

"Ya gue juga ga mau jagain lo, kalau bukan gue terus yang disalahin! Lo lecet dikit gue yang disalahin, lo nangis dikit gue yang disalahin, lo--"

"Apasi?" putus Caca, "ini ada apa? Kenapa malah jadi bawa-bawa nama Caca gini?"

"Kenapa?" tanya Arsen, "karena papa selalu ngebela lo! Bahkan disaat papa udah kegep selingkuh, dia masih marahin gue dan unggul-unggulin lo di depan gue. Lo kira, gue terima Ca?"

"Unggul-unggulin?" tanya Caca bingung.

"Caca udah," kata mama yang sekarang sudah menghampiri Caca dan mengajaknya masuk ke dalam. Tapi Caca tidak mau, ia bukan anak bungsu yang bisanya disayang, ia bukan anak bungsu yang selalu di bela.

Tapi dia anak bungsu yang harus selalu menerima seluruh situasi walau ia sendiri tidak mau hal itu terjadi! Caca harus selalu bersama mama, Caca harus menuruti ekspetasi papa dan mama, Caca harus menjaga hati kakak-kakaknya disaat mereka dengan jahatnya tidak peduli terhadap keadaan hati Caca. Dan yang terpenting, Caca ada karena dia tempat semua orang bersikap biasa saja.

Caca penetralnya, kalau Caca meledak. Mungkin sudah habis rumah ini diam-diaman tanpa tawa, tanpa canda, tanpa kebahagiaan lagi. Karena tidak ada yang menahan egonya kecuali Caca.

"Ya, unggul-unggulin. Papa bilang, gue anak kurang ajar karena ga hormat sama dia. Karena berani marahin dia, padahal siapa yang suka Papanya sendiri selingkuh?" kata Arsen sambil tertawa hambar.

"Papa ga selingkuh!" bentak papa kepada Arsen.

"Terus itu ciuman editan? Emangnya Papa kira Arsen bodoh?" sahut Arsen.

"Tapi Papa ga suka dia, Papa masih cinta Mama. Papa punya alasan buat itu!" balas papanya tidak kalah tinggi dari Arsen.

Mama yang di samping Caca, memeluk Caca erat, menangis. Tapi Caca, gadis itu tidak menangis. Ia menatap papanya dengan berani. "Alasannya apa? Kalau Arsen ga mau denger, biar Caca yang denger," sahut Caca.

"Yaah, mau main superhero lagi. Ga cukup lo dapet pembelaan dari kemarin hah?!" timpal Arsen.

"Salah siapa keluar malem-malem. Makanya jadi anak baik kalau mau dibela!" balas Caca.

"Anak baik apa sok baik?" tanya Arsen.

"Mau sok baik kek, mau beneran baik kek. Seenggaknya gue tahu caranya buat dapet kasih sayang Papa Mama, ga kayak lo yang malah bikin khawatir mereka berdua! Lo lebih dewasa dari gue kan Sen?"

gavinca: Puppy Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang