60.Perdamaian

335 72 9
                                    

Tak ada cinta yang paling tulus, selain merelakan.

Angkasa Kusuma

Di sebuah hotel yang cukup besar, di sinilah Indira dan kedua orang tuanya berada. Indira terpaksa ikut menghadiri acara penting para bos-bos besar perusahaan di Jakarta. Indira merasa canggung di sini, ia hanya bisa diam sambil menikmati minuman yang ia pegang.

Jo dan Nita saling bercengkerama dengan salah satu teman bisnis dari perusahaannya. Sampai di mana seorang laki-laki paruh baya menghampiri Jo dengan putranya. Keduanya saling berjabat tangan begitu hangat.

“Siapa dia? Apa dia putra Anda Pak Altair?” tanya Jo menunjuk ke arah laki-laki yang berada di samping Altair.

“Iya, dia putra saya. Namanya Alfa.  Kalau boleh tahu, Pak Jovan ke sini hanya dengan istri saja?” ucap Altair sedikit bertanya.

“Ah, saya ke sini bersama putri saya juga. Indira, sini Sayang.” Indira yang tengah duduk sambil melamun, menoleh dan menghampiri ayahnya. “Nah, ini putri saya. Namanya Indira. Indira kenalkan, dia Om Altair kolega bisnis Ayah. Dan dia Alfa, anaknya Om Altair.”

“Loh, Ra, lo di sini juga ternyata?” tanya Alfa tak percaya.

“Wah, ternyata kalian berdua sudah saling kenal ternyata. Bagus dong,” sahut Nita tersenyum manis.

Indira tersenyum kikuk. “Dia kakak kelas Dira di SMA Tri Jaya Sakti, Bunda. Kebetulan kita juga saling kenal.”

“Hei, Pak Sukma! Mari ke sini, Pak!” Altair memanggil salah satu teman bisnisnya juga.

Mereka melihat Sukma yang hadir ke acara ini bersama Angkasa putra pertamanya. Mata Indira seketika tidak berkedip saat melihat sosok laki-laki yang ia cinta ada di sini. Sementara Jo, ia begitu muak melihat Sukma yang ikut bergabung.

Sukma berjabat tangan dengan Altair dan Jo. Rasanya Jo ingin segera pergi membawa putrinya, karena Jo tak ingin jika Indira kembali terluka dengan kehadiran Angkasa. Sedangkan Alfa, laki-laki itu tersenyum miring melihat Angkasa yang hanya tak berekspresi.

“Apa kabar Pak Sukma? Saya tidak menyangka kita akan bertemu di sini. Oh ya, dia putra pertama Pak Sukma bukan?!Siapa namanya? Aduh, saya lupa,” tutur Altair terkekeh.

“Kabar saya baik, Pak Altair, dan putra saya ini bernama Angkasa. Angkasa ini yang akan menjadi penerus perusahaan Kusuma,” tutur Sukma begitu membanggakan putranya.

“Dira, kita pulang Sayang. Gak baik jika kamu terus-terusan di sini,” ajak Jo pada Indira.

“Loh, Om. Kenapa ajak Indira pulang?” tanya Alfa pada Jo.

“Saya tidak ingin jika putri saya bertemu dengan keluarga yang sempat menghancurkan hati putri saya.” Jo berbicara ketus, sedikit melirik ke arah Sukma. “Apalagi, putri saya harus di tuduh merusak bagian keluarganya.”

Pertuturan Jo yang begitu sengit, membuat Alfa begitu tertarik tentang pembicaraan itu. Dengan diam-diam, Alfa mencoba merekam percakapan antar kedua orang tua itu melalui sebuah video.

“Maksud Anda apa? Keluarga saya tidak pernah menghancurkan perasaan Indira,” tukas Sukma begitu emosi.

Ucapan Jo dan Sukma seketika menyita perhatian orang-orang di sana. Mereka semua kini tengah menatap ke arah Jo dan Sukma yang tengah beradu argumen. Wajah Indira seketika kalut dalam rasa gelisah, karena ia tahu sebenci apa ayahnya pada keluarga Sukma.

Jo tersenyum miring. “Oh, begitu?! Lantas apa kabar, dengan menantu Anda yang tiba-tiba melabrak putri saya dan menuduh bahwa putri saya mendekati anak bungsu Anda, yaitu Satria. Asal Anda tahu, bahwa anak Anda yang selalu mendekati putri saya. Sudah tahu punya istri, tapi masih saja ngejar-ngejar Indira.”

Thank You Aksa | AngkasarayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang