36. Rencana Pernikahan

889 144 10
                                    

Aku ini bagai karang di lautan yang harus di terjang oleh ombak yang begitu keras. Hingga lambat laun, karang itu akan semakin terkikis. Sama halnya dengan kamu yang terus melukai. Membuat hatiku semakin terkikis dan hanya meninggalkan kalbu.

—Starla Sasrawijaya

Keluarga Sukma tengah berdiskusi di sebuah ruang tengah guna mencari solusi agar pernikahan antara Satria dan Starla berjalan dengan lancar tanpa sebuah hambatan.

Satria sendiri hanya diam, di saat keluarganya tengah sibuk membahas pernikahannya. Pikirannya terus saja tertuju pada Indira—gadis yang selama ini ia puja. Menikahi Starla akan menjadi pemberhentian terakhir untuk ia mengejar cinta gadis itu. Apa Satria sanggup, menjalankan pernikahan ini tanpa dilandasi cinta?

“Untuk menghindari aib dari dua keluarga, Ayah putuskan pernikahan Satria dan Starla akan berlangsung dua hari lagi,” tutur Sukma pada keluarga kecilnya. “Pernikahannya tertutup saja. Cukup dihadiri keluarga dan teman-teman dekat saja.”

“Om, sekolah Starla harus berhenti dong? Starla gak bisa lanjutin sekolah Starla lagi,” tanya Starla begitu lirih.

“Sekolah kamu tidak berhenti, Starla. Hanya saja kamu akan home schooling," jawab Sukma, lantas pandangannya tergantikan pada Satria. "Untuk kamu Satria, kamu harus melanjutkan pendidikan kamu. Ayah pastikan tidak akan ada yang mengetahui status pernikahan kamu, termasuk seluruh murid SMA 86 Jakarta. Ayah juga akan bekerja sama dengan pihak sekolah.”

Maya menyahut, menatap ke arah Angkasa. “Angkasa, pastikan teman-teman kamu bungkam atas status pernikahan Starla nanti. Biar Mama yang akan memanipulasi tentang Starla yang berhenti sekolah, dengan alasan pindah ke luar negeri.” Maya meminta satu tugas kepada Angkasa, agar mempermudah segala urusan yang akan di laksanakan nanti. “Mama terpaksa melakukan ini, agar masa depan Satria tetap terjamin, dan ini semua demi kehidupan Starla dan juga calon cucu Mama.”

Angkasa mengangguk paham. “Nanti Aksa atur,” jawabnya dengan wajah datarnya.

Tak ada lagi harapan jika sudah begini. Satria benar-benar dilanda dilema tentang kesalahan fatalnya. Ia beranjak berdiri penuh kecewa pada dirinya sendiri, melangkah keluar meninggalkan semua orang yang masih sibuk berdiskusi. Jika lama-lama berada di sana, kepala Satria akan semakin pecah.

“Gue tebak, si Satria lagi galau sekarang,” bisik Langit pada Angkasa. Lantas, ia melirik ke arah Starla yang hanya diam saja. “La, susul si Satria sono! Masa lo biarin gitu aja,” titah Langit dan hanya diangguki patuh oleh Starla.

Sukma memijit pelipisnya sedikit pusing. “Satria, Satria! Kenapa kamu masih tetap begini?” gumam Sukma pelan.

Satria memilih duduk di sebuah bangku taman halaman rumah. Disusul oleh Starla yang ikut duduk di samping cowok itu. Terdengar helaan napas berat dari Satria, hingga Starla bisa merasakan kalau sebenarnya Satria masih sulit menerima tentang pernikahannya nanti.

Memalingkan muka, Satria enggan membuka suara tentang kedatangan Starla. Ia tahu ia salah. Namun, Satria belum siap menjadi seorang ayah. Apalagi, ia harus menjalankan pernikahan tanpa dilandasi cinta.

Dengan rasa ragu, Starla mencoba meraih bahu Satria pelan. Satria menoleh dengan tampang sendunya. Ada rasa bersalah di hati Starla, karena sudah memberikan kesedihan kepada Satria. Meski ini bukan kesalahannya, namun pernikahan secara paksa ini membuat Starla sedikit tak enak hati kepada Satria.

“Ka-kamu siap menikahi aku, Sat?” tanya Starla sedikit gugup.

Satria mengusap wajahnya kasar. “Gue siap nikahin lo, La. Tapi, izinin gue buat gak berhenti mencintai Indira. Karena hati gue Cuma cinta sama dia, bukan lo.”

Thank You Aksa | AngkasarayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang