Saat satu dinding tebal yang mencoba membentang, sulit akan di tembus oleh satu buah ikatan yang terhalang.
Saat aku mengucapkan, "Assalamualaikum" dan kamu menjawab "Syalom"—Angkasaraya—
Hallo, guys!!!
Gimana, nih, puasanya? Lancar?
Untuk kalian umat muslim, selamat menjalankan ibadah puasa, ya. Semoga puasanya selalu di lancarin:)
Dan buat kalian non muslim, semoga Tuhan selalu memberkati:)
Sudah siap kembali mengarungi kisah Indira di bulan Ramadhan ini?
Yuk, kalau gitu langsung aja.
Jangan lupa vote dan komentar di setiap paragraf:)
Happy reading❤️
Salam manis Mak Ocha_Amsy16
Awan mendung bergerak dari arah sebelah barat. Pertanda hujan akan segera turun membasahi bumi kembali. Sepertinya akhir-akhir ini langit sering kali bersedih dan menangis tanpa henti. Seolah menunjukkan, bahwa ia ikut iba akan dua kisah cinta yang sulit diselamatkan.
Indira mendongakkan wajahnya ke atas dengan satu tangannya yang mengadah. Gerimis rintik-rintik mulai berjatuhan keroyokan. Disusul oleh aroma pekat tanah yang begitu menyeruak pada Indera penciumannya. Indira sesegera mempercepat langkahnya, ia menuju parkiran sekolah yang ternyata di sana ada Angkasa dan Starla.
“Kak Aksa, mau pulang? Indira ikut, ya, Kak. Udah mau hujan soalnya,” ujar Indira memelas.
“Maaf, Ra. Aku pulang sama Starla, ada urusan soalnya. Aku nggak mungkin anterin kamu pulang dulu, soalnya beda arah,” tolak Angkasa secara halus. Seketika raut wajah Indira berubah menjadi lesu. “Ayo, La,” ajaknya pada Starla.
“Sorry, ya, Ra, gue duluan,” pamit Starla yang langsung memasuki mobil Angkasa.
“I-iya,” jawab Indira tergagap.
Mobil itu melenggang pergi dari halaman sekolah SMA 86 Jakarta. Meninggalkan seorang gadis yang berdiri terpaku dengan senyuman mirisnya yang terangkat. Indira kembali mendongakkan wajahnya ke atas, saat hujan turun mulai deras membasahi tubuhnya.
Indira mendesah pelan. Ia mencengkeram kedua tali ranselnya dan berjalan meninggalkan area sekolah. Gadis itu tak memilih berteduh, melainkan terus melanjutkan langkahnya menyusuri trotoar jalanan. Siapa sangka, sekuat apa pun Indira berusaha tegar, tapi air matanya tak bisa ia tahan. Ia sama sekali tak pernah menyangka, bahwa Angkasa akan membiarkan dirinya kehujanan di saat tubuhnya baru saja pulih dari sakit yang sempat menerpanya.
Tubuh Indira merosot ke bawah. Ia memilih duduk sendirian di trotoar dengan kedua tangan ya ia tumpangkan dia atas kedua lututnya dengan wajah yang menelungkup. Isak tangis itu akhirnya pecah. Terlebih jalanan yang sepi akibat hujan membuat Indira leluasa meluapkan rasa emosi yang menggebu di dalam dada.
“Kenapa, kak? Kenapa kak Aksa harus balas perasaan aku dengan sekejam ini?” gumam Indira.
Dua orang laki-laki yang tengah berteduh di sebuah halte tak jauh dari sana, netranya tak sengaja menangkup seorang gadis yang sangat familier. Langit mencoba menepuk bahu Satria pelan, satu tangannya lagi mencoba menunjuk ke arah gadis yang tengah duduk sendirian di trotoar dalam keadaan basah kuyup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thank You Aksa | Angkasaraya
Teen FictionSequel Satria Or Angkasa. Memilih antara Satria Or Angkasa tidak sesulit memilih antara cinta manusia, atau Tuhannya. Kini harapannya digantung pada harapan yang tabu. Melangkah untuk maju menata pada masa depan, namun harus terhalang oleh tembok te...