Raka dan Helen berjalan melihat satu persatu seni rupa yang terletak tidak berjauhan, mereka berdua terlihat seperti pasangan serasi. Ketika sampai di sebuah patung Raka dan Helen berhenti memperhatikan patung tersebut.
"Indah." cicit Helen membuat Raka menoleh ke arahnya lalu mengangguk.
Raka menarik napas panjang lalu menghembuskan perlahan, ia menatap Helen yang tidak seharusnya ada disampingnya, yaa yang seharusnya ada disampingnya Nabila, tunangannya.
"Pak Raka, maaf saya khawatir dengan bu Agatha sampai sekarang belum kembali. Apa tidak di cek dulu pak?"
Raka mengerjabkan matanya lalu menggelengkan kepalanya, baru saja ingin mengeluarkan suara sosok yang ingin di cari datang dan langsung memeluk lengan Raka.
"I'm here, sorry tadi ketemu teman lama jadi ngobrol agak panjang." ucap Nabila yang langsung membuat Raka menghela napas lelah.
"Go home." Raka meninggalkan Nabila dan Helen begitu saja, cowo itu tampak kesal pada Nabila.
"Maaf Bu, mungkin bapak--"
"Saya tahu."
Nabila meninggalkan Helen untuk mengejar Raka yang masih terlihat punggungnya. Sampai mobil Raka masuk dan membanting pintu dengan keras, Nabila yang mendengarnya terkejut tapi tidak takut. Wanita itu masuk ke dalam mobil dengan tenang dan menoleh ke arah Raka yang sedang marah.
"Untuk sekali, sekali aja bisa ga si kita jadi pasangan normal?" tanya Raka dengan tatapan lurus ke arah depan.
"Pasangan normal seperti apa yang lo mau?"
Raka mulai menoleh ke arah Nabila yang sedang menatapnya. "Lo nemenin gue tanpa ada maksud tertentu. Lo sadar ga si kita kaya bukan sepasang kekasih yang udah tunangan? gue ngerasa susah banget dapetin waktu lo Laa, bahkan cuman 5 menit."
"Lo tau Kaa niat gue ke pameran itu apa, lebih lagi gue ke indo cuman buat cari--"
"Nah, sama sekali ga ada gue di list kenapa lo balik ke indo,kan?" potong Raka.
"Ya kn--"
"Kita pulang. Gue capek."
Sampai di rumah Raka langsung ke kamarnya sedangkan Nabila duduk terlebih dahulu di ruang tamu, entah kenapa ia sedikit tertampar dengan ucapan Raka. Semua yang keluar dari mulut Raka itu benar, mereka hampir tidak pernah punya waktu berdua. Tapi untuk berada di negara ini, emang jujur bukan Raka alasannya karna ia sudah berjanji tidak ada satupun alasan untuk dirinya balik ke negara ini kalau tidak kepepet.
"Minum." Nabila mendongakan kepalanya ketika mami Lina memberinya coklat panas dengan cookies pendampingnya.
"Berantem lagi?" tanya Lina sambil mengambil tempat di samping Nabila.
Nabila mengangkat bahunya. "Gitu deh,"
"Sayang, bukan karna Raka anak Mami, tapi kamu ga bisa kaya gini. Kamu tau kan gimana Raka cintanya sama kamu? apapun dia lakuin sayang untuk kamu, Raka cuman butuh mengakuan kalo dirinya penting juga buat kamu Gat ga lebih, coba kamu renungin yaa. Mami sayang sama kalian, jangan kalian mengambil keputusan yang salah nantinya."
"Iya Mi,"
"Yaudah di minum sama di makan itu yaa. Mami mau istirahat,"
///
Raka membuka matanya ketika jarum jam sudah menunjukan pukul 7 pagi. Ia melihat disampingnya tidak ada Nabila, ternyata wanita itu tidak tidur dengannya tadi malam. Raka duduk dan menyenderkan bahunya di kepala ranjang, ia memejamkan matanya karena tiba-tiba pandangannya kabur, kenapa kepalanya pening sekali?
KAMU SEDANG MEMBACA
She's AGATHA.
Romance[Book 2# of The Twins Troublemaker series.] "Kita punya jalan masing-masing untuk bahagia." *** [Sequel The Twins Troublemaker] Carita ini mengandung sedikit unsur 17+ jika kalian tidak ingin ternodai silahkan tinggalkan lapak ini. Harus baca T3 du...