16 - undecided.

118 8 2
                                    

"Kakak!" seru seseorang perempuan yang masih tersungkur di lantai.

Seseorang lelaki yang baru saja datang membantu perempuan itu untuk bangun. Wajah lelaki itu datar seperti sudah biasa menghadapinya.

Semua orang bernapa lega karena bukan kejadian yang bukan-bukan yang terjadi, ternyata hanya tindakan ceroboh dari seorang perempuan yang baru menjadi istri orang.

"Udah gila lo Dil?" tanya Arga kesal sedikit khawatir.

"Terlalu excited denger Nabila balik, Ga." jawab Antares.

Tanpa pedulikan percakapan suami dan abangnya, Nadila berlari kearah Nabila yang nyaris jatuh lagi tapi tidak jadi karna Nabila sigap menahannya.

"Lo kenapa masih ceroboh banget si? Padahal udah jadi istri orang?" cetus Nabila kesal.

"Kak? Lo balik?" tanpa menjawab pertanyaan Nabila, Nadila malah melempar pertanyaan balik.

"Ya lo liat aja gimana,"

"Kakak?"

"Apaan?"

"Kak Bila?"

"Apaan si?!"

"Ka--"

"Lo itu sama Arga sekongkol ya?! apaan si?!"

"Kak Bila?!"

Raka menggelengkan kepalanya kejadian Arga lanjut part 2 sepertinya. Memang tidak perlu tes DNA untuk membuktikan ke kembaran mereka, perlakuan ini saja sudah sangat membuktikan 99,99% kalau mereka bertiga bener kembaran.

"Gue kangen kak!" seru Nadila sambil memeluk erat Nabila.

"Kak gue kangen," ulangnya dengan suara yang bergetar.

"Gue juga,"

"Maafin gue kak, maaf selama ini gue udah jahat sama lo, gue ga percaya sama lo, gue ga mau ngakuin kesalahn gue yang buat lo jdi dibenci sama sekeluarga, gue minta maaf."

"Udah lewat jauh, gausah dibahas."

"Gue kangen banget, terakhir ketemu pas di makam papa kan?"

Nabila terdiam, ia melepaskan pelukannya menatap Nadila dengan tajam. "jadi lo tau itu gue?"

"Kak lo itu cuman beda 5 menit sama gue, pasti gue tau lah bentukan tubuh lo! dan yaa sori gue buka dompet lo hehe."

"hehe? ga sopan tau!" kesal Nabila tidak di gubris oleh Nadila, dia hanya tersenyum lalu memeluk Nabila.

"Gue kangen lo,"

Nabila tidak menjawab, ia hanya berdeham dan membalas pelukan Nadila singkat. Lalu Nabila melepaskan pelukan itu dan mulai menatap sekelilingnya yang ada keluarganya yang sedang tersenyum juga melihat dirinya dan Nadila.

Dengan senyum tipis Nabila membalas, tapi lagi lagi pikirannya kalut. Lagi-lagi pertanyaan yang sama muncul, apakah semua yang dirinya lakukan adalah tindakan yang benar? siapa lagi yang celaka setelah ini?

Tangan Nabila gemetar hebat, ia sungguh ketakutan. Melihat keluarganya yang sangat ia cintai ini bahagia, apakah bahagia mereka akan bertahan lama? apakah kehadirannya tidak merusak kebahagiaan ini? kini bukan hanya tangannya bahkan tubuhnya mulai gelisah. Nabila merasakan sebuah tangan hangat yang menggenggam tangannya dengan lembut, kecemasannya berangsur hilang ketika matanya menatap Raka. Lelaki itu menatap Nabila seperti menyalurkan kekuatannya, genggaman tangannya seakan menenangkan kegelisahan Nabila, dan membantu Nabila kembali tenang dan mengkontrol dirinya kembali.

"Kita ngobrol di ruang keluarga yuk?" ajak eyang yang langsung di angguki oleh semua orang yang berada disana.

Nabila dan Raka berjalan belakangan, tentunya Raka yang menahan Nabila agar melambatkan jalannya. Lelaki itu seperti paham akan suasana hati Nabila yang sedang berusaha tidak mengacaukan pertemuan ini. Raka paham dengan gerak gerik Nabila sejak tadi.

She's AGATHA. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang