flashback on #1

73 5 0
                                    

Seorang gadis berusia tujuh belas tahun itu memandang makam yang masih basah, jaraknya jauh tidak tepat di depan makam tersebut. Pandangannya kosong sudah sekitar lima belas menit ia berdiri memandangi makam itu tanpa berniat untuk mendekat. Seseorang dari belakang menepuk pundaknya membuat ia menoleh.

"Nih bunga sama air mawarnya," tidak ada respon ia hanya menatap buket bunga yang disodornya ke arahnya.

Tanpa mengalihkan pandangannya ia meresponnya, "Lo aja yang kesana, gue tunggu sini."

"Laa? Mau sampai kapan lo ga mau ke makam Papa lo?"

"Sampai gue bisa balas semua yang mereka perbuat ke keluarga gue."

"Laaa..." Nabila menatap Raka tanda tidak ingin di paksa. "Okei, gue kesana dulu, lo tunggu sini."

Raka berjalan mendekat ke arah makam Hadi, Nabila memperhatikan setiap pergerakan Raka di depan makam papanya. Tiba-tiba Nabila merasakan pipinya basah, air mata yang tidak dapat di kendalikan itu lolos begitu saja membuat Nabila menghapus air mata itu dengan buru-buru.

Semua ini tidak bisa Nabila biarkan, ia harus menemukan orang orang yang sudah membunuh papanya. Nabila tidak akan membiarkan mereka hidup tenang sedangkan ada nyawa yang harus mereka bayar. Ia akan pastikan pahitnya kehilangan orang yang mereka cintai seperti Nabila rasakan saat ini.

"Hei? Laa? Jangan bengong di pemakaman," sentak Raka yang ternyata sudah selesai dari makam Hadi.

Nabila menatap Raka lekat, tatapan itu sangat menyiratkan dendam yang mendalam membuat Raka mengambil tangan Nabila.

"Butuh bantuan?" tanyanya pada Nabila.

"Gue akan balas ini semua Kaa, rasanya ga adil kalau mereka bisa hidup sedangkan papa gue ada di dalam sana." tatapan Nabila kini pindah ke arah makam sang papa.

"Gue ngga akan membiarkan mereka hidup dengan tenang," lanjutnya.

"Terus apa rencana lo?"

Nabila tidak menjawab, gadis itu termenung beberapa saat membuat Raka menarik tangannya untuk keluar dari pemakaman ini.

"Kita bicarain ini di tempat lain,"

Sampai di apartemen Raka, lelaki itu membuatkan segelas teh hangat untuk Nabila. Selama di perjalanan gadis ini diam bak seperti patung. Setelah kepergian papanya Nabila kembali menjadi sosok yang tidak bisa di sentuh oleh orang, Nabila kembali menjadi sosok gadis dingin dengan tatapan tak bersahabat. Raka mewajarkan hal itu karna kita tidak tau seberapa berartinya seseorang sehingga bisa membuat dunia kita runtuh.

"Kita balik ke aussie dulu gimana La? Lanjutin dulu sekolah lo disana setelah itu kita bareng-bareng cari orang yang udah bunuh papa lo,"

"Gue mau menghilang Kaa,"

"Selama ini lo udah menghilang Bila,"

Tatapan Nabila berpindah kearah Raka yang berada di samping kanannya. Mata itu sangat membuat hati Raka teriris, Nabila sangat kehilangan arah saat ini.

"Gue ga mau ada di negara ini lagi,"

"Ayo kita ke Aussie disana ada Mami yang bisa bantu lo,"

Tidak ada jawaban, Nabila menundukan kepalanya lagi lagi air matanya lolos begitu saja, tapi kini Nabila membiarkannya. Raka melihat Nabila menangis mendekatkan dirinya dan mengelus punggung gadis itu dengan lembut.

"Kaa, kenapa negara ini jahat sama gue ya? Gue gamau kehilangan lagi Ka."

"Lo ga akan kehilangan siapapun lagi La,"

"Tolong bawa gue pergi dari negara ini Ka, gue benci ada disini dengan segala kenangan buruk gue."

Raka merasa tertampar dengan apa yang Nabila katakan, sepertinya keberadaannya tidak membantu sama sekali untuk Nabila bisa bertahan disini. Tetapi kini Raka akan memenuhi keinginan Nabila yang ingin meninggalkan negara kelahirannya ini, setidaknya Raka tidak meninggalkan Nabila disaat dunianya hancur.

She's AGATHA. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang