Tubuh Raka menggeliat ketika merasakan matahari pagi masuk ke dalam indera penglihatannya, lalu ia mengubah posisinya ke samping dan mengulurkan tangannya untuk memeluk orang yang tadi malam ada di sampingnya. Tapi bukan orang yang Raka peluk, malah sebuah guling yang berada di luar selimut membuat Raka langsung membuka matanya lebar-lebar karena terkejut.
"BILAA?!!" Teriak Raka lantang dengan nyawa yang sebenarnya masih belum terkumpul. Cowok itu mengusap wajahnya kasar sambil celingak-celinguk.
"NABIL--"
"Apaan si?! Masih pagi teriak-teriak aja lo." Raka menoleh ke arah toiled yang kini menampakkan Nabila yang baru saja selesai mandi, hal itu tentu saja membuat Raka menghembuskan napas lega.
Dengan kekhawatiran yang memenuhi wajahnya, Raka beranjak dari kasurnya lalu menghampiri Nabila yang masih menatap kesal dirinya di ambang pintu toiled.
Nabila sendiri yang melihat Raka berjalan kearahnya, buru-buru menghindar dari cowok itu. Bukannya apa-apa, kini ia hanya memakai handuk yang menutupi bagian dadanya dan paha bagian atasnya, ia jadi parno sendiri mengingat Raka suka seenaknya jika melihat dirinya berpakaian seperti ini.
"Kok lo menghindar si?" tanya Raka bingung melihat Nabila malah berjalan mundur.
"Ya lo mau ngapain?! Muka lo mesum, gue cuman menjaga diri."
"Dihhh yailah Laa, udah eneg gua liat lo make handuk doang. Sini deketan gue mau ngecek suhu tubuh lo,"
"Udah reda ngga usah di cek." tolak Nabila yang masih menghindari Raka.
Raka berhentikan langkahnya membuat Nabila juga berhenti berjalan mundur. Mereka saling tatap-tatapan, tanpa Nabila sadari Raka berjalan pelan kearahnya lalu menarik tubuh Nabila ketika sudah dekat membuat Nabila terkejut bukan main.
"Raka!! Lepas ngga?! Gua tonjok lo." Ancam Nabila berusaha lepas dari pelukan Raka.
Raka yang melihatnya hanya menghela napas, lalu mengulurkan tangannya ke dahi Nabila. "Masih anget, masih pusing ngga?" tanya Raka lembut membuat Nabila berhenti berontak.
"Engga,"
"Serius? Kalo masih kita kerumah sakit,"
"Udah engga," Raka mengangguk lalu melepaskan pelukannya, cowok itu kembali berbaring di kasurnya sambil menatap Nabila yang masih mematung di tempat.
"udah make baju sana, kenapa diem? Deg degan ya? Rasakan apa yang gue rasakan Laa."
Raka sialan.
Tanpa menghiraukan Raka lagi, Nabila berjalan ke arah lemari untuk mengambil sesetel baju-celana dan suatu benda yang langsung ia umpatkan di bawah baju yang ada ditangannya. Setelah itu ia berjalan kembali ke arah toiled, tapi belum juga masuk ke dalam toiled suara Raka memberhentikan langkahnya.
"Kenapa ngga disini aja pakai bajunya?" goda Raka membuat Nabila menoleh ke arah cowok itu sambil mengeluarkan benda yang ia umpatkan di bawah bajunya dan langsung melemparnya kearah Raka. Benda itu menancap tepat di bawah aset berharga milik cowok itu, membuat Raka langsung memegangnya.
"BILA BENER-BENER LO!! NGGA PUNYA ANAK BARU TAU RASA LO KALO AMPE KENA."
Nabila tertawa jahat di dalam kamar mandi.
Dengan kesal, Raka mencabut pisau yang menancap itu lalu menarunya di nakas samping tempat tidur. Kalian akhirnya tau bagaimana ke bar bar'an Nabila sekarang, ini semua belum seberapa akan ada yang lebih dari melempar pisau nanti, tunggu saja.
Malas menunggu Nabila di kamar mandi, Raka beranjak dari kasurnya dan berjalan keluar kamar untuk sarapan. Sampai di tangga terakhir Raka melihat ruang makan yang sudah ramai oleh keluarga Sinoy, seketika kepala Raka pusing melihatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
She's AGATHA.
Romance[Book 2# of The Twins Troublemaker series.] "Kita punya jalan masing-masing untuk bahagia." *** [Sequel The Twins Troublemaker] Carita ini mengandung sedikit unsur 17+ jika kalian tidak ingin ternodai silahkan tinggalkan lapak ini. Harus baca T3 du...