13 - new problems

547 38 16
                                    

"Rak, kopi."

"Oh iya thanks,"

Malam ini Raka sedang berada di rooftop Hotel Adyatmaja bersama seseorang yang Raka harapkan akan jadi abang iparnya. Ia duduk menghadap langsung dengan pemandangan jakarta dimalam hari, sangat menyejukan pikirannya ditengah memikirkan keberadaan Nabila saat ini.

Raka menyeruput kopi panas itu, lalu menatap kembali pemandangan dihadapannya. Ia menghela napas dan menurunkan pandangnnya menjadi menatap cangkir kopi yang ada di tangannya.

"Lo kapan sampe Indo, Ga?" tanya Raka pada Arga.

"Baru sore tadi, banyak yang harus gue kerjain makanya baru bisa dateng h-1." Raka mengangguk mengerti.

Hening, mereka berdua lenyap pada pikirannya masing-masing. Raka sangat bingung bagaimana menjelaskan pada Arga jika dirinya sudah tidak berhubungan dengan Nabila.

"Ga?"

"Rak?"

Panggil mereka berbarengan membuat keduanya terkekeh.

"lo duluan aja," ujar Raka.

"Eum..." Arga menundukan kepalanya.

"Apa?"

"Na-Nabil bakal dateng kan? lo bilang bakal usahain dia dateng,"

Raka terdiam beberapa detik dengan tatapan lurus ke Arga yang masih menunduk.

"Ga?"

"Hmm?"

"I broke up with him." ucap Raka membuat Arga otomatis nengok ke Raka karna terkejut.

"Hah? Jangan bercanda Rak!"

"Gue juga berharap itu bercanda, Ga."

"Karna?"

Raka menghela napas lalu mengangkat bahunya. "Entah lah,"

"Bukan jawaban itu Rak."

"Entah ini karna emang gue udah nyerah atau emang mau ngasih Bila jarak, gue juga bingung sama perasaan gue Ga. Gue sayang banget sama Bila, tapi jujur semakin kesini Bila semakin susah di kendalikan, masalah yang sebenarnya bisa di selesaikan tapi dia milih buat ninggalin masalah itu dan malah buat masalah baru. Gue gatau apa yang dia mau, dan gue juga ga tau apakah gue dibutuhkan atau ngga di hidup dia,"

Arga menghela napas mengerti apa yang Raka rasakan saat ini. Sejak dulu memang Nabila susah untuk diatur, dia tidak akan pernah mendengarkan apakata orang. Maka dari itu sampai sekarang hidupnya rumit, ya sebenarnya dia sendiri yang memperumit hidupnya.

"Nyerah Rak, lo pantes dapet yang lebih baik dari Nabil."

"Ngga ada yang lebih baik dari Bila Ga, masalahnya."

Hening, Arga benar-benar takjub dengan cinta Raka pada Nabila. Banyak alasan Raka untuk meninggalkan Nabila tapi tidak ia lakukan, Arga tau jika Raka sakit bersama Nabila tapi Arga juga tau jika tidak sama Nabila Raka lebih sakit.

"Coba aja dulu Rak buka hati, gue ga mau egois nuntut lu harus terus sama Nabil. Gue juga laki-laki ngerti apa yang lo rasain, apalagi di dalam hubungan lo sama Nabil ga menjanjikan apapun." 

"Yaa kalo harus buka hati, bukan sekarang waktunya Ga." Raka menoleh ke Arga lalu tersenyum tipis.

Jika memang hubungannya sudah benar-benar berakhir, dan mengharuskan Raka membuka hati untuk wanita lain, Raka pikir bukan sekarang waktunya. Raka perlu beradaptasi dengan hidupnya tanpa Nabila, perlu waktu panjang untuk itu. 

"Eh iya, Meka gimana kabarnya? Dateng dia?" pertanyaan yang Arga harap tidak keluar dari mulut Raka, akhirnya keluar juga. Lelaki itu menghela napas lalu tertawa miris.

She's AGATHA. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang