01.
Dengan mengenakan minidres seorang gadis berlari dijalanan beraspal yang sepi dan gelap. Tanpa alas kaki dan rambut yang berantakan.
entah berapa banyak bulir airmata yang sudah ia buang.Beberapa pria dengan setelan jaz hitam mengejar di belakangnya.
larinya lebih kencang di banding sang gadis. hingga beberapa langka tubuh mungil gadis itu mampu mereka raih."Tidak! lepaskan aku. lepas!" gadis bertubuh mungil itu terus memberontak di dalam dekapan pria berbadan besar.
Sorotan lampu mobil mengarah pada mereka, menghentikan rontahan sang gadis. sinar lampu yang menyilaukan hingga membuat mereka mengangkat tangan menghalangi sorot lampu menembus netra mereka.
seorang pria bertubuh tinggi profesional, dengan setelan jaz hitam, berdiri di samping pintu mobil yang sudah tertutup. pria itu berjalan mendekat menatap nanar pada beberapa pria di depannya.
"Lepaskan dia."
titahnya tegas namun datar. suaranya yang berat menambah kesan garang pada wajahnya yang memang sudah terlihat dingin.Seorang dari mereka memberi kode untuk segera menghajar pria yang mendadak ingin menjadi pahlawan.
namun belum sampai bogeman tinju mengenai wajahnya, sang Pria sudah menangkis dan berbalik menghajar,***
Aura Pelangi 19tahun. tengah tertidur pulas di sebuah ranjang Queen Size di dalam kamar mewah layaknya hotel mahal dengan layanan kamar Presidental Suit.
matanya membulat sempurna dengan mulut yang menganga. menatap tak percaya dimana kini dirinya."Astaga. ya Alloh apa ini Surga?" ia meraba raba tubuhnya memastikan sesuatu mungkinkah ia sudah mati.
Karena setelah bakuhantam antara satu pria melawan 4 pria semalam. ia pingsan dan pagi ini dia mendapati dirinya berada di sebuah kamar mewah.rasa takut dan bingung tengah ia rasakan.
"Apa mungkin aku sudah mati? ya Tuhan bahkan aku belum genap 19tahun. aku masih ingin hidup, merasakan jatuh cinta dan____. ."" Selamat pagi Nona." sosok wanita dengan pakaian rapih, rok mini selutut berwarna hitam dan kemeja lengan pendek berwarna pink, tengah berjalan mendekat dan berdiri di samping ranjang besar itu.
"Tuan Mario sudah menunggu anda nona.""A..apa, tu tuan?"
'Apa mungkin tuan itu malaikat yang akan menanyakan amal dan dosa, jika benar apakah aku benar2 sudah mati? tidak. sepertinya wanita ini tidak terlihat seperti ibuperi dia tidak memiliki sayap, dan lihat bahkan wajahnya pun tidak lebih cantik dariku."Nona. apa anda baik-baik saja?"
"Ha .. i .. iya."
"Silahkan anda bersihkan diri, kami sudah menyiapkan pakaian ganti untuk anda"
Pelangi mengangguk dengan wajah polosnya.
"Saya permisi nona." wanita itu membungkuk hormat sebelum pergi.
***
"Jadi bener tuan Mario membawa seorang wanita pulang? gimana gimana, cantik gak, sama nona Vani cantik mana? semoga aja nona yang satu ini tidak sama seperti nona Vani." pertanyaan beruntun dari seorang koki dapur pada kepala asisten yang baru saja keluar dari kamar tempat Pelangi istirahat.
"Huuusstt ... Kalian lupa peraturan rumah ini, para pekerja dilarang membicarakan majikan, kepo dengan urusan pribadi, apalagi ikut campur." jawab Buk Sri selaku kepala asisten pembantu.
"Selesaikan tugas dapur kalian, lima menit lagi tuan Mario akan sarapan dan bekerja."" Baik buk, kami permisi"
***
Pelangi menuruni anak tangga dengan perasaan was was.
'Apa mungkin ini rumah mucikari?'
langkah pelangi terhenti di tengah anak tangga. Mengingat dirinya yang telah dibeli oleh seorang mucikari,
'Aku harus lari. iya aku harus kabur dari tempat ini'
Pelangi berbalik badan dan terkejut saat sosok pria tiba tiba sudah ada di belakangnya.
Mata pelangi mulai berkaca kaca, sosok Pria berwajah angkuh bertubuh tinggi besar yang semalam ia lihat tengah berdiri di depannya. dialah Mario Sastriaji. sang asisten dan orang kepercayaan Vicenzo Casano.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Dua Puluh Empat Karat
Ficción GeneralArea 21+ bocil harap bijak. Om CEO vs Bocil, menikah! Pasti seru. yang satu layaknya pohon pisang dan satu lugunya kelewatan. Rumah tangga yang bermula dari sebuah kesalahan hadir dengan nuansa komedi romantis.