Setatus Kawin

40 3 1
                                    


Pelangi menelan saliva berat, ia ingin bicara menjelasakan kesalah fahaman yang terjadi,  namun bibirnya seperti terkunci. hatinya bergetar nyalinya menciut, ia sungguh takut saat bicara nanti, justru akan semakin membawanya dalam situasi sulit.
ia memilih diam, menerima apapun takdirnya saat ini, karena bicarapun salah baginya.

"Heh .. jangan diem aja dong jelaskan pada kakek dan manusia sok suci ini, jika kita memang tidak berbuat apa-apa"

Pelangi mengangkat kepala melihat kakek dan Mario bergantian lalu kembali menundukan kepala.
'Aku harus bagaimana, apa yang harus aku lakukan?'

"Sudah cukup. kakek sudah mendapat jawabpan."

Kenzo tersenyum lega, karena kakeknya tidak mungkin akan menikahkannya dengan wanita yang tidak jelas asal usulnya.

"Te ___ .."

"Besok pagi." Potong kakek saat Kenzo baru saja hendak berterimakasih.

"Besok pagi, apanya kek?"
Tanya Mario karena tidak puas dengan ucapan kakek.

"Siapkan keperluan mereka, aku akan menikahkan mereka besok."

"Apa !
Kaget Kenzo dan Mario bersamaan.
Bahkan pelangi juga menegakan kepala, membuka lebar matanya, menatap tak percaya pada ucapan sang kakek.

Kakek menatap wajah Pelangi dengan tatapan yang sulit diartikan.
Pelangi pun memberi tatapan pada kakek mungkin bibirnya terkatub rapat namun mata pelangi penuh kekawatiran dan ketakutan.

Wajah khas anak remaja yang terlihat bingung, begitu polos, lugu tanpa dibuat-buat.

Kakek tersenyum setelah pelangi kembali menundukan kepala.

"Kek, kakek gak bisa gitu dong mana bisa mengatur pernikahanku. aku lebih baik menjadi pejaka tua seumur hidup timbang harus menikahi wanita yang bahkan masih bocah." protes Kenzo tak terima dengan memasang wajah sengit pada sang kakek.

Kakek justru tersenyum manggut manggut.
"Mario tolong kamu catat ucapan bujang lapuk ini. dan segera temui pengacara katakan bahwa aku mencoret Kenzo dari daftar ahli waris." titah sang kakek kemudian.
hingga membuat Kenzo kembali terkejut.

lain halnya dengan Mario dia justru terkekeh kecil, menertawai situasi yang Kenzo alami. ia tahu benar bagaimana Kenzo. Kenzo sangat menyayangi harta warisannya, meskipun ia sudah mandiri memiliki aset kekayaan yang tidak sedikit dengan jerih payahnya sendiri.

'Bagaimana ini, apa yang harusku lakukan?' Pelangi masih saja berperang dengan nuraninya. ia terus menunduk dengan memainkan jari-jari tangannya.

* * *

Sebuket bunga mawar merah tergeletak di atas nakas.
Wewangian bunga melati menyebar kepenjuru kamar.
disinilah Pelangi berakhir di kamar pengantin. dengan masih berdiri bersandar daun pintu yang tertutup rapat.

ia menarik kasar tusuk konde yang menyanggul rambutnya. merusak sanggul dan melemparnya asal. ia ingin berteriak marah namun pada siapa ia harus marah. tidak ada seorangpun yang pantas ia salahkan untuk semua nasib buruk yang menimpahnya.

Pelangi memegangi dadanya yang terasa sesak, ia menahan air mata agar tidak terjatuh. namun apalah daya, meskipun airmata dapat ia bendung namun perasaan tidak mungkin ia tahan. rasa kesedihannya menggumpal didalam dada, hingga terasa sesak untuk bernafas.

tes ..
buliran air bening mengalir dari kelopak matanya, membasahi kedua pipi, ia menangis meskipun ia sadar tangisnya tidak akan mengembalikan keadaan. tangisnya tidak akan menghidupkan kembali kedua orang tuanya, meskipun begitu ia tetap ingin menangis, entah menangisi nasib buruknya, ataukah menangisi kedua orang tuanya.

dengan pakaian kebaya adat jawa berwarna putih serta riasan kepala yang sudah rusak, dan make up yang berantakan. Pelangi berjalan mendekati cermin.

ia berdiri didepan cermin, menatap pantulan dirinya sendiri, ia tersenyum mengejek dirinya. betapa tidak beberapa jam lalu ia masih bersetatus lajang dan beberapa jam kemudian ia bersetatus istri seseorang.
keadaan yang sulit ia terima terlebih diusia yang masih sangat belia,

impiannya, cita-citanya dan bayang-bayang para teman sebayanya membuat ia semakin terisak dalam tangisan.
ia tidak tahu, kehidupan seperti apa yang akan ia jalani setelah ini.
.
.
"Apa perlu saya carikan alat pengaman tuan?"
ejek Mario. saat Kenzo akan memasuki kamar.

"Seneng banget lu ya, tunggu pembalasan dendam gue, sampek matipun gue gak akan nerima cewek udik itu."

"Jangan menentang takdir tuan, kita tidak akan pernah tahu hari esok" sahut Mario dengan formal.

"Ciiiihhh. jangan sok bijak, kamu terdengar menyalahi aturan usiamu"
Kenzo segera menggeser pintu kamar dan menutupnya kasar, membuat Mario mengelus dada, seraya menggeleng kepala. namun detik berikutnya ia terkekeh.

"Sang penjahat wanita sudah mendapat karma." gumam Mario dengan berjalan menuruni anak tangga.
.
.

Pelangi baru saja keluar dari kamar mandi dengan mengenakan kemeja serta celana dasar yang sudah tersedia didalam lemari ganti.
Kenzo membuka kemeja putihnya. membuat Pelangi menutup mata, dan membalikan badan membelakangi Kenzo.
Pelangi menangkup kedua telapak tanga di dadanya, dengan memeluk handuk kecil yang ia gunakan setelah mandi tadi.

Kenzo sengaja bersikap cuek seolah tidak menganggap Pelangi ada.
Dia terbiasa melucuti pakaianya di depan wanita jadi bukan hal tabu bagi Kenzo untuk telanjang bulat.
Berbanding terbalik, bagi Pelangi ini adalah pengalaman pertamanya mengenal seorang Pria.
mata dan fikirannya masih sangat suci, untuk hal-hal yang kotor.

dengan santai Kenzo berjalan menuju kamar mandi hanya sepotong handuk kecil yang menempel pada tubuh berototnya, menutupi bagian inti miliknya.

Pelangi mengeratkan pejaman mata saat dia merasakan derap langkah mulai mendekati dirinya. dan ia pun merasakan seseorang tengah berdiri tepat didepannya.

ia meremas kencang  handuk kecil yang ia tempelkan di dada.
Kenzo berdiri tepat di depan Pelangi senyuman remeh terukir di wajah Kenzo.

"Hentikan tingkah konyolmu, aku tidak akan tertarik dengan tubuh kotormu itu. Buka mata mu!" seru Kenzo pada Pelangi.

Lagi-lagi jiwa budak Pelangi terpanggil, ia segera membuka mata dan memejamkannya kembali karena tak seharusnya dia melihat hal yang tak semestinya di usia dini.

namun sepertinya Pelangi sudah melihat jelas bentuk kotak kotak perut Kenzo, dan lengan kekar yang terlihat sangat kokoh.karena wajah Pelangi terlihat merah padam.
membuat Kenzo tersenyum licik. ia seolah mendapatkan mainan baru, ia sangat senang saat Pelangi menunjukan wajah takutnya.

Deg .. .
Kenzo menarik ulasan senyumannya, ia merasakan sesuatu yang tak semestinya terjadi. sesuatu yang sudah sangat nantikan selama beberapa tahun terakhir.
ia menunduk melihat kebawah, secuil daging yang masih bagian miliknya tiba tiba saja mengeras.
'Apa apan ini, kenapa dia bangun disaat seperti ini, sial.'
Kenzo mengerutuki dirinya sendiri, lalu meninggalkan Pelangi yang masih terpaku ditempatnya.
.

.

Kenzo berdiri dibawah shower yang mengalir, membiarkan air membasahi tubuh kekarnya. kedua telapak tangannya mengusab kepala dengan mata yang terpejam.

Kenzo menunduk, fikirannya masih bingung dengan apa yang ia alami. tangan kanannya bertumpu pada tembok dengan meresapi dinginya air dimalam hari.
"Apa aku sudah sembuh?" gumamnya sendiri.
"Tapi, apa?" Kenzo masih berusaha mengingat apa saja yang ia lakukan guna menyembuhkan traumanya itu.

* * *

Bersambung.

Cinta Dua Puluh Empat KaratTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang