Vanya menghentikan sejenak aktivitasnya yg tengah mengerjakan tugas Bahasa Inggris. Vanya mengambil ponselnya yg menyala, menampilkan satu chat yg masuk.
Vanya membuka layar kuncinya.
Ken
By, ini video nya udah selesai.Salah kirim, aku bukan bibi kamu
Vanya mencebik. Membalas chat Ken dengan kesal.
Dentingan ponselnya kembali terdengar. Vanya melihat balasan Ken.
Oh, maaf.
Sayang, ini video nya udah selesai.
Mau aku kirimin sekarang ?Wajah Vanya memanas. Ia melempar asal ponselnya ke ranjang empuk miliknya. Menyentuh wajahnya dengan telapak tangan. Vanya berusaha menetralkan rasa nervous yg melanda nya.
"Ken apa-apaan sih !" Vanya menggerutu. Meski tahu cowok itu tak bisa mendengarnya. Vanya hanya ingin meluapkan kekesalannya.
Jantungnya berpacu berirama. Ini gara-gara Ken. Seenaknya saja gombalin anak orang.
Vanya menatap sengit pada ponselnya yg masih tergeletak di ranjang.
Ia meraih benda itu lagi. Jari nya mengetuk-ngetuk layar ponsel. Membuat kalimat dari beberapa huruf dari keyboard di layarnya. Dengan sebal ia menuliskan.
Nama aku Vanya, bukan sayang.
Iya, kamu Vanya.
Kesayangan aku.
Makanya aku panggil sayang."Aaahhhh.... Mama !" Vanya merengek keras.
Ia tidak tahan untuk terus berbalas Chat dengan Ken. Harusnya mereka membahas seputar video yg sedang di kerjakan Ken saat ini. Tapi obrolan mereka malah melenceng gara-gara gombalan Ken yg berhasil membuat Vanya gelisah.
🍀
Vanya duduk diantara murid-murid PKBM kelas sepuluh. Satu kelas itu tengah membahas seputar perlombaan yg hendak mereka ikuti. Video yg dibuat Ken sudah selesai. Bu Tari juga sudah melihatnya, begitu juga Vanya.
Mereka tampak puas dengan hasil kerja Ken. Cowok itu berbakat, hingga mampu membuat video mereka tampak menakjubkan.
Jika seperti ini, bu Tari optimis mereka bisa masuk jajaran terbaik. Dan semoga bisa mendapat hasil yg memuaskan.
"Ibu berterima kasih sama Vanya dan Ken yg udah mau berpartisipasi" bu Tari berucap di depan anak-anak murid kelasnya.
"Tapi karena yg bekerja hanya mereka berdua. Hadiah nya tidak jadi ibu bagikan sekelas. Jadi hanya Ken dan Vanya yg akan mendapat hadiahnya"Seketika satu kelas menghela kecewa. Benar-benar tidak tahu diri. Tidak mau ikut bekerja, tapi mau dapat enaknya.
"Semoga aja kita menang" Vanya bergumam
"Kita pasti menang kok"
Vanya menolehkan kepalanya kebelakang. Melihat Ken dan Yudist yg tepat duduk di belakangnya.
Alis Vanya bertaut, sejak kapan dua cowok itu pindah tempat di belakang Vanya.
"Kan pemeran utamanya kamu sama aku"
Vanya melengos, lagi-lagi Ken menggoda nya. Apa cowok itu tidak lelah.
Ken dan Yudist tertawa bersama. Sepertinya sudah menjadi hobi baru mereka menggoda Vanya seperti ini.
Setelah tawa mereka mereda. Yudist berdehem. Ia merapatkan bahu nya dengan Ken.
"Sebaiknya lo hati-hati. Kayaknya Nathan gak suka lo godain gebetan-nya terus"Ken menoleh, Yudist langsung mengerlingkan mata menunjuk dimana Nathan berada.
Ken melihat ke arah cowok ber-hoddie itu. Pandangan mereka beradu, sarat akan permusuhan. Ken tersenyum miring, sepertinya benar apa yg dikatakan Yudist barusan.
Tapi Ken tak begitu peduli. Lagipula Vanya belum milik siapapun. Nathan tidak nembak Vanya secara langsung. Dan pernyataan cinta Nathan waktu itu tidak di anggap sama sekali oleh cewek itu.
Fix, mereka memang tidak punya hubungan apapun bukan ? Lalu apa hak Nathan untuk marah jika Ken mendekati Vanya.
"Banci !"
Satu kata itu tercetus begitu saja dari mulut Ken. Hanya Yudist yg mampu mendengarnya. Dia langsung menoleh melihat temannya itu heran.
Sedangkan Ken tak banyak bereaksi. Dia memandang lurus ke depan. Memperhatikan bu Tari yg sudah memulai pelajaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku (tak) Berbeda
Teen FictionVanya awalnya tidak menyukai Ken, karena cowok itu sering menggodanya. Namun perlahan perasaan Vanya mulai berubah. Di saat dirinya menaruh hati pada Ken, Vanya malah ditampar oleh kenyataan yang membuatnya meragu. "Vanya gak pantes dapet cowok mant...