Bug
Tubuh Hariz di dorong cukup keras merapat pada tembok yg lembab. Ia tidak tahu alasan kenapa dirinya bisa berada disini. Bersama tiga orang berandalan yg menyeretnya secara tiba-tiba, saat Hariz sedang berjalan pulang dari Asrama.
Pemuda yg memakai jacket denim berdiri paling depan. Wajahnya angkuh dengan pandangan dingin pada Hariz. Membuat sekujur tubuh Hariz merinding.
"Ada apa ? Salah saya apa sama kalian ?"
Hariz bertanya. Karena jujur, ia tidak merasa pernah mempunyai masalah dengan mereka. Hariz bukan orang yg suka cari perkara. Apalagi yg akhirnya malah mempersulit dirinya sendiri.
"Lepasin saya bang ! Saya gak pernah cari gara-gara sama kalian"
Meski tahu mereka sedikit lebih nuda darinya. Hariz tetap memanggil mereka 'bang'. Karena ia tahu, orang-orang itu cukup di segani di lingkungan nya.
Hariz tidak mau mencari masalah dengan berusaha melawan mereka.
Pemuda yg berdiri paling depan mendengus geli mendengar permintaan Hariz.
Tidak pernah cari masalah katanya ? Cih !
"Lo berasa orang paling bersih hm ?!" pemuda itu mengukung Hariz dengan kedua tangannya.
"Ampun, bang !"
Ternyata Hariz itu laki-laki pengecut. Ia meringkik di hadapan berandalan yg bahkan lebih muda darinya.
"Salah saya apa bang ?"
"Salah lo ?" Tangan orang itu mengepal erat. Tatapan nya kian menajam. Hariz semakin merasa tubuhnya bergemetar hebat.
"Apa yg udah lo lakuin sama Vanya. ITU KESALAHAN LO BANGSAT !!"
Hariz merosot, terduduk menutup kepalanya dengan kedua tangan. Ia ketakutan.
Bisa ditebak siapa orang yg kini tengah memaki Hariz ? Orang yg akan mengamuk saat Vanya di lecehkan.
Dia, Ken.
Ken menyugar rambutnya kebelakang. Nafasnya terengah akibat emosi yg bergemuruh di dada nya.
Ia begitu marah pada pria pengecut yg kini meringkik di hadapan nya.
Ken awalnya tidak tahu siapa Hariz yg di maksud Vanya. Ia tidak menanyakannya pada Vanya. Ken memutuskan mencari tahu sendiri.
Dengan sedikit bantuan dari teman-temannya, Ken berhasil menemukan bajingan itu, yg ternyata adalah anak dari majikan Vanya sendiri.
Pantas saja Vanya bilang dia takut untuk terus bekerja di tempat itu.
Ken membawa Hariz ke gudang tua yg jauh dari keramaian. Dua teman Ken yg bersamanya hanya diam menonton di belakang. Sambil merokok juga mengamati sekitar, berjaga-jaga jika ada orang yg memergoki aksi mereka.
Dua temannya itu tidak ikut campur. Hanya membantu Ken saat menyeret Hariz ke tempat itu.
Saat Hariz dalam sekapannya kini, Ken seorang yg memberi nya pelajaran
Ken muak dengan bajingan itu.
Berkedok santri, memakai baju koko dan peci kemana pun dia pergi, namun kelakuannya bahkan lebih bejad dari pemuda berandal seperti Ken.
"Gue juga brengsek, gue suka nidurin cewek" Ken mengakui keburukan nya sendiri.
"Tapi gue gak pernah maksa kayak lo. Gue gak pernah merkosa anak orang ! Penampilan lo gak sama kayak kelakuan bejad lo, sialan !!" Hardik Ken kembali.
Hariz diam saja. Ia tidak berani bersuara. Apalagi kini ia tahu alasan kenapa pemuda di depannya ini menyimpan dendam padanya.
Ken berjongkok, mencengkram wajah Hariz, memaksa pemuda itu untuk mengangkat wajahnya.
"Ini pelajaran buat lo karena udah berani lecehin Vanya" desis Ken tajam.
Ia menyunggingkan senyum sinis, pada Hariz yg tidak kunjung menyahuti ucapannya. Hanya pandangan ketakutan yg pemuda itu tunjukkan.
"Lo boleh lapor polisi. Gue gak takut. Karena gue udah pernah masuk penjara" aku Ken jujur. Ia tidak keberatan dengan tindakan nya yg bisa saja kembali membuat nya berurusan dengan hukum.
"Tapi gue pastiin sebelum polisi nangkep gue. Lo tinggal nama !"
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku (tak) Berbeda
Teen FictionVanya awalnya tidak menyukai Ken, karena cowok itu sering menggodanya. Namun perlahan perasaan Vanya mulai berubah. Di saat dirinya menaruh hati pada Ken, Vanya malah ditampar oleh kenyataan yang membuatnya meragu. "Vanya gak pantes dapet cowok mant...