Karena suasana nya jadi awkward di dalam, Ken memutuskan untuk mengajak Vanya keluar rumah saja.
Karena jika terus berada di dalam rumah, Ken tidak yakin berapa lama ia bisa bertahan untuk menghiraukan bisikan setan di telinga nya.
Mereka berjalan di sekitar kompleks. Ken hanya mengajak Vanya berjalan kaki. Karena niat mereka hanya menghangatkan suasana. Agar tidak secanggung tadi seperti saat masih di dalam.
Ken melihat Vanya yg terlihat gelisah di sampingnya. Ken jadi terheran.
"Kenapa ?"
Vanya melirik nya sedikit, ia seperti tidak tenang. Tapi Ken tidak tahu apa yg membuat cewek itu seperti ini.
"Vanya, ada apa ?" Ken bertanya kembali.
Ragu-ragu, Vanya berbicara pelan pada Ken. "Aku, gak nyaman sama pandangan orang-orang sini. Mereka kok ngeliatin kita gitu banget ya ?"
Vanya bicara jujur. Sejak ia melangkah keluar dari rumah Ken. Orang-orang yg melihatnya melintas tampak melempar pandangan sinis. Dan tak segan berbisik-bisik seperti membicarakannya.
Vanya jadi bertanya-tanya, apa yg salah dari nya ? Dia hanya berjalan dengan Ken. Mereka hanya berjalan bersisihan, tidak ada sesuatu seperti gandengan tangan. Lalu kenapa mereka sebegitu sinis nya melihat Vanya bersama Ken.
Ken menatap Vanya dalam diam. Vanya mungkin tidak tahu, tapi Ken tentu saja tahu kenapa mereka mendapatkan tatapan seperti itu.
Ken menghembuskan nafas besar, Vanya beralih menatap cowok itu.
"Mungkin mereka begitu bukan sama kamu, Va"
Vanya terlihat bingung, ia tak mengerti apa yg dikatakan Ken. "Maksud kamu ?"
"Mereka begitu sama aku"
Vanya tercenung beberapa saat. Ia memandang Ken penuh rasa penasaran.
"Kenapa ?"Ken mendengus geli, senyum hampa terlukis di wajahnya. Ia menunduk menatap jalan yg dipijaki nya.
"Apa lagi alasannya ? Tentu aja karena aku mantan napi, Vanya"
Vanya dapat menangkap sorot pandang penuh luka saat Ken memandang ke arahnya.
Apa respon seperti ini sudah menjadi makanan sehari-hari untuk Ken ?
"Aku udah bilang sama kamu kan ? Aku ini berbeda, Vanya. Semua orang tahu itu" terdengar nada sendu dari ucapannya barusan.
Vanya menggeleng kan kepalanya. Ia tidak setuju dengan apa yg Ken katakan.
"Gak Ken, Kamu gak berbeda""Aku beda, Va"
"Kamu sama kayak yg lain, Ken !"
Lagi-lagi dua pasang manik itu kembali saling menyorot dengan pandangan sama. Menyimpan perasaan terluka yg terpendam. Emosi yg tertahan.
Ken membuang nafas kasar, ia malas untuk kembali berseteru dengan Vanya.
"Setiap orang punya kesalahan, Ken. Gak kamu aja. Dan setiap orang punya kesempatan buat berubah. Begitu juga kamu"
Ken mendengus geli, ia memandang Vanya dengan senyum sinis,
"Terus apa guna nya itu ?"Satu langkah ia ambil mendekati Vanya.
"Apa pengaruhnya buat aku ? Ayo bilang Vanya !"Vanya mengatupkan mulutnya. Ia tidak merasa salah bicara. Tapi Ken seperti nya tidak menyukai apa yg Vanya katakan.
Bukan tak bisa menjawab, Vanya hanya tidak mau kembali memancing amarah Ken. Yang dimana akan memancing cowok itu untuk melontarkan kata yg menyakiti hati Vanya.
"Coba kamu tanya sama orang tua kamu, Va"
Suara Ken membuat Vanya kembali memandangnya.
"Tanya sama mama papa kamu, kalo kamu punya pacar mantan narapidana, apa yg bakal mereka katakan ?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku (tak) Berbeda
Ficção AdolescenteVanya awalnya tidak menyukai Ken, karena cowok itu sering menggodanya. Namun perlahan perasaan Vanya mulai berubah. Di saat dirinya menaruh hati pada Ken, Vanya malah ditampar oleh kenyataan yang membuatnya meragu. "Vanya gak pantes dapet cowok mant...