Ch 17

1.3K 120 0
                                    

"Kamu ngerokok ?!"

Ken terperanjat saat suara ketus itu menyapa gendang telinga nya. Ia buru-buru menegakkan tubuhnya saat melihat Vanya yg sedang bersama Ana.

Vanya memincingkan matanya menatap Ken tak suka.

Ken mengusap tekuknya. Kenapa ia jadi gugup begini ? Seperti ketahuan selingkuh saja.

"Emm... emang kenapa ?" Ken terdengar kikuk

Tidak tahu kenapa Ken merasa sedikit takut melihat sorot pandang Vanya padanya saat ini.

Vanya melengos malas. Ternyata begini kelakuan Ken di belakang. Tidak ada bedanya dengan murid yg lainnya.

"Gak. Gak papa"

Vanya tak bisa menyembunyikan raut wajah sebal nya. Ia kecewa Ken tidak seperti apa yg ia pikir.

Ken segera mencekal tangan Vanya saat cewek itu hendak beranjak pergi.

"Kamu marah, Va ?"

"Buat apa aku marah ? Itu hak kamu kan mau ngerokok atau nggak" jawab Vanya

Perempuan biasa, lain dimulut lain di muka. Jelas-jelas marah, tapi tidak mau mengatakannya. Ekspresi mereka sudah menunjukkan nya dengan jelas.

Ken mendesah pelan, "Kamu gak suka aku ngerokok ?"

"Aku gak suka sama cowok perokok" Vanya menjawab jujur. Ia berhadapan dengan Ken langsung.
"Tapi kamu ngerokok atau nggak itu gak ada hubungannya sama aku kan ? Aku cuman baru tahu, ternyata kamu sama aja"

Ken mengerjap, berusaha mencerna apa yg baru Vanya katakan.

Bukan tentang kekecewaan Vanya padanya karena Ken seorang perokok. Tapi karena ternyata, Vanya memandang dirinya lain dari yg lain.

Ken merasa diistimewakan. Hingga kedua sudut bibirnya tanpa sadar terangkat.

"Kenapa malah senyum ?!" tanya Vanya heran

"Gak" Ken menggeleng
"Aku seneng aja kamu perhatiin aku"

Vanya tercenung. Apa iya dirinya memerhatikan Ken sejauh itu. Setelah dipikir-pikir, memang iya sepertinya diantara temannya yg lain. Ken adalah orang yg paling sering Vanya perhatikan.

"Udah sayang ya ?!" Ken tersenyum usil

Pipi Vanya memerah, antara kesal dan malu. "Apaan sih !"

Ia memutuskan pergi dari sana, diikuti Ana dibelakangnya.

Ana yg sejak tadi memperhatikan interaksi mereka, seketika tergelam dalam rasa heran.

Mereka gak ada hubungan, tapi kenapa kayak orang pacaran ?

Ana menggeleng kan kepalanya tak habis pikir. Disini siapa yg bego, Vanya atau Ken ? Masa iya tidak ada yg menyadari perasaan mereka satu sama lain.

Yudist memandangi kepergian Vanya dan Ana. Ken kembali pada posisinya, bersandar di tembok belakang sekolah, tepat disisi Yudist.

"Lo udah jadian sama Vanya ?" tanya Yudist

Ken malah menyunggingkan senyum kecut, ia menyesap gulungan putih di tangannya. Membuat mulutnya mengeluarkan asap yg mengempul ke udara.
"Gue bahkan gak pernah nembak dia"

"Kenapa ?" sebelah alis Yudist terangkat

Ken mengendikkan bahunya acuh, tak mengatakan apapun. Membuat rasa penasaran Yudist tak terbayar.

Ken menyukai Vanya. Ia tak bohong jika dirinya memang menaruh hati pada cewek itu. Ken juga senang Vanya tidak menolak kehadirannya seperti apa yg cewek itu lakukan pada Nathan.

Tapi, cukup hanya dekat dengan cewek itu saja. Ken tidak berharap lebih untuk bisa menjalin hubungan dengan Vanya.

Tidak

Aku (tak) BerbedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang