"Kamu tuh brengsek ! Gak punya hati ! Aku benci sama kamu !"
Ken terus menahan setiap pukulan yg Vanya berikan. Cewek itu memaki sambil menangis. Ken tahu Vanya begitu terluka.
"Vanya ! Vanya !"
Berusaha membuat cewek itu berhenti marah-marah namun Vanya tak mau menurutinya. Sampai terpaksa Ken menaikkan suaranya.
"VANYA !!" bentak nya
Vanya tersentak kaget. Ia langsung terdiam. Ia menatap Ken yg terlihat kesal.
Cowok itu membuang nafas kasar. Kedua tangan Vanya berada dalam genggamannya. Guna menahan Vanya agar tidak memukuli nya lagi.
"Aku berbeda, Va" Ken bicara dengan nada rendah. "Aku yakin kamu udah tahu, ..... aku seorang mantan Narapidana. Aku udah pernah masuk penjara"
Vanya menatapnya tajam,
"Terus kenapa ? Emangnya kenapa kalo kamu pernah masuk penjara, Ken ?"Vanya tidak suka Ken memandang dirinya lain. Baginya Ken sama seperti yg lain. Tak berbeda.
"Vanya, aku bukan cowok yg layak buat kamu" Ken menguak satu kenyataan yg selalu membuatnya mundur dari keinginannya menjadikan Vanya perempuan miliknya.
Rasanya sakit, dan tidak rela. Saat Ken harus melepaskan Vanya, sedangkan ia tahu Vanya tidak menolak dirinya.
Ken mengusap wajahnya kasar. Kini perasaan sesak ikut menimpa nya.
Ia dan Vanya sama-sama terluka disini.
"Aku bukan cowok baik-baik"
Vanya termenung dengan pandangan kosong. Akhirnya ia paham kenapa Ken tak pernah memberinya kapastian. Cowok itu mengatakannya secara gamblang.
"Itu cuma masa lalu, Ken"
Ken memandang Vanya kembali
"Masa lalu gak bisa jadi tolok ukur seseorang"
Vanya melihat sendiri bagaimana Ken berusaha memperbaiki dirinya. Ia tidak lagi menjadi remaja labil yg hanya tahu melakukan sesuatu sesuka hati.
Meski hari ini Vanya menyaksikan tindakan Ken yg menyimpang. Tapi Vanya masih berusaha memandang Ken dari sudut pandang lain.
Ken masih cowok baik-baik.
"Masa lalu gak akan berubah, meski aku udah berusaha memperbaiki diri"
"Masa lalu gak akan mempengaruhi masa depan, Ken"
"Vanya kamu gak ngerti apapun !"
Dua pasang mata yg masih saling menatap tajam itu kini memiliki amarah yg sama. Marah dan sama-sama terluka.
"Kamu gak tahu rasanya jadi aku. Jadi jangan asal menilai"
Vanya membuang nafas, ia menyunggingkan senyum pedih.
Tindakkan nya memandang baik Ken seperti disalahkan di mata cowok itu sendiri.
Vanya tak mengerti.
"Kamu lebih suka aku melihat kamu buruk ?"
"Ya"
Vanya menutup matanya erat, saat Ken tak menampiknya sama sekali.
"Karena aku emang buruk, Va. Aku bajingan. Aku cowok brengsek"
Sejak awal Vanya tahu bagaimana masa lalu Ken. Tapi ia tak menilai Ken buruk hanya karena masa lalu nya. Baginya Ken yg sekarang adalah cowok baik-baik.
Salahkah jika Vanya memandang Ken seperti itu ? Salah jika Vanya mencintai cowok itu ?
Vanya menerima nya apa adanya. Vanya menerima masa lalu nya. Karena Ken memberinya kenyamanan yg menyisakan perasaan cinta di dada nya.
Setelah apa yg cowok itu lakukan selama ini, setelah ia berhasil membawa Vanya ke dalam perasaan yg sama. Lantas kenapa, cowok itu meminta dirinya untuk pergi ?
Itu egois
"Ken !"
Kedatangan gadis lain di tengah-tengah mereka membuat perhatian Ken dan Vanya teralihkan.
Gadis yg Vanya tahu adalah gadis yg sama yg ia temui bercumbu dengan Ken sewaktu ia datang.
Gadis itu memakai kemeja putih kebesaran, dengan hot pants hitam.
Penampilannya menunjukkan sekali jika dirinya baru melakukan hal yg tidak-tidak dengan Ken.
Dhea mendekati Ken, menarik sebelah tangannya, namun Ken tak bergeming.
Ia menatap Vanya yg membuang pandangan ke arah lain. Menolak melihat dua manusia yg menyayat hati tepat di depan matanya.
"Pulang, Va ! Hati-hati di jalan"
Ken dan Dhea pergi meninggalkan tempat itu.
Vanya menoleh memastikan kedua orang itu sudah menghilang dari pandangannya.
Saat itulah, Vanya tak bisa lagi membendung rasa sakitnya. Vanya meringkik, menutup wajahnya. Tangisnya pecah begitu saja.
Vanya tahu, memalukan menangis seperti ini sedang ia masih berada di luar. Tapi ya tuhan, Vanya tak bisa menahan perasaan sesak nya lagi.
Ini menyiksa. Ini menyakitkan.
Ken, kenapa ?
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku (tak) Berbeda
Roman pour AdolescentsVanya awalnya tidak menyukai Ken, karena cowok itu sering menggodanya. Namun perlahan perasaan Vanya mulai berubah. Di saat dirinya menaruh hati pada Ken, Vanya malah ditampar oleh kenyataan yang membuatnya meragu. "Vanya gak pantes dapet cowok mant...