Ch 22

1.4K 113 0
                                    

"Vanya mau berhenti kerja di rumah bu May"

Perkataan Vanya yg tiba-tiba di tengah acara makan keluarga, sontak membuat kedua orang tua nya memandang ke arahnya.

"Kenapa kak ?" tanya ibu nya

"Vanya udah gak mau lagi" wajah Vanya menekuk. Air wajahnya sudah berubah redup. Vanya berusaha menahan air matanya, tapi tampaknya sia-sia. Karena kini kedua matanya itu mengembun.

"Ya bilang alasannya kaka, kenapa pengen berhenti ?" ayah Vanya mendesak.

Tidak mungkin kan anaknya itu tiba-tiba ingin berhenti begitu saja. Pasti ada alasannya.

"Vanya,-" Vanya menelan saliva nya dengan susah payah. Suara nya terasa tercekat. Di selangi air mata yg mendesak ingin keluar.

"Vanya ampir di perkosa sama kak Hariz" ucap Vanya lirih.

BRAKK

Ayah Vanya memukul meja penuh emosi. Ia menatap lurus ke depan dengan mata menyalang.

Ia tidak percaya, anak gadisnya mendapat perlakuan tidak senonoh dari anak majikan nya sendiri.

"Bedebah !" geram nya penuh emosi

Vanya memejamkan matanya erat. Ibu Vanya segera mendekati putrinya. Lalu memeluknya. Memberi kehangatan dan rasa perlindungan.

Vanya menenggelamkan wajahnya di pelukan sang ibu. Tangis nya pecah saat itu juga.

Ia begitu takut setiap mengingat kejadian yg baru di alami nya. Sebelumnya Vanya acap kali memergoki anak bujang bu May itu memandang nya dengan pandangan lain, seperti menahan hasrat. Pandangan yg seolah menelanjangi nya.

Vanya selalu menjaga jarak. Bahkan Vanya pun selalu mengenakan baju tebal dan tertutup demi menjaga dirinya dari sikap Hariz yg mencurigakan.

Namun hari ini, Vanya benar-benar bernasib naas. Saat bu May meninggalkannya berdua bersama putra nya di rumah.

Vanya hampir saja kehilangan kegadisannya. Jika bukan karena aksinya memukul kepala pemuda itu dengan vas bunga milik bu May. Vanya mungkin tidak akan bisa melarikan diri.

"Tenang, sayang. Kamu aman sama mama" ibu Vanya berusaha menenangkan Vanya yg menangis pilu.

Hatinya ikut tersayat mendengar tangisan putrinya. Ia merasa bersalah karena ketidak becus-an nya sebagai orang tua, sehingga membuat Vanya harus mau bekerja di rumah orang.

Vanya jadi mengalami hal seperti ini.

🍀

Bu May memegang pelipisnya. Dihadapannya duduk pria paruh baya yg merupakan orang tua dari gadis yg bekerja padanya.

Bu May menghembuskan nafas pelan.

"Saya tetep gak mengerti, pak Abram. Kenapa Vanya tiba-tiba minta berhenti ? Apa saya bikin dia tersinggung ? Apa ada sesuatu yg bikin dia gak nyaman bekerja disini ?"

Sudah hampir enam bulan. Bu May sudah sangat menyukai Vanya. Anak itu tidak hanya baik, tapi juga tekun. Pekerjaannya dalam membantu bu May dalam bidang konveksi amat membantu nya.

Rasanya akan sulit mendapatkan pekerja seperti Vanya lagi, jika gadis itu memilih memundurkan diri.

"Maaf bu May. Tapi ini keinginan Vanya sendiri. Dia ingin fokus sekolah. Saya juga tidak menekan Vanya untuk bekerja, karena itu bukan kewajibannya"

Abram tidak mungkin mengatakan jika anak dari wanita itulah yg menjadi penyebab Vanya mundur dari pekerjaan nya. Meski mulutnya gatal ingin memaki karena tindakan bejad putra nya itu pada Vanya, putri nya.

"Apa tidak bisa di pertimbangkan lagi pak ?"

Abram diam tak menyahut.

Bu May bicara kembali,
"Begini saja pak Abram, gimana kalo Vanya bekerja pada saya satu bulan lagi. Itung-itung melunasi hutang yg belum dibayar"

Abram tercenung, ia lupa jika dirinya masih memiliki hutang pada wanita didepannya. Jika begini cerita nya, akan sulit bagi Vanya keluar dari pekerjaannya.

"Bagaimana pak Abram ?"

Apa Abram punya kuasa untuk menolak ?

Aku (tak) BerbedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang