Terkejut campur girang, Pangzhi menghambur ke arah Zhang Qiling, memeluk erat-erat, menggantung di bahunya seperti anak kecil meminta perlindungan seorang ibu.
"Sesuatu yang jahat telah merasuki Wu Xie. Mungkin siluman rubah, atau semacamnya," suara panik Pangzhi mengatasi derai hujan.
Pemuda tampan itu masih menunjukkan wajah datar tanpa ekspresi.
"Jika itu benar. Berani-beraninya roh jahat merasuki kekasihmu, tidakkah kau ingin menghajarnya?!"
Provokasi semacam itu tidak mengusik Zhang Qiling. Tapi tentu saja itu hanya di permukaan. Pangkal alisnya bertaut ganas dan kaki panjangnya bergerak menuju pintu yang terhempas-hempas, menutup, membuka oleh terpaan angin kencang. Zhang Qiling, dengan kekuatan dan darah murni yang dimilikinya, tentu tidak merasa takut mendengar ucapan Pangzhi tentang siluman atau pun roh jahat. Kehadirannya sendiri sudah cukup menenangkan Pangzhi. Ada satu aura dalam diri Zhang Qiling yang bisa membuat seseorang merasa dingin. Siapa yang tahu, roh jahat yang berani merasuki Wu Xie bisa saja kena hajar Zhang Qiling.
Apa roh sial itu tidak tahu raga siapa yang dia rasuki? pikir Pangzhi sinis.
Begitu menjejakkan langkah pertama di ruangan utama rumah kediaman Wu, satu geraman berat menyambutnya disertai serangan dalam satu lompatan cepat. Kedua tangan Wu Xie terulur, membidik leher Zhang Qiling.
Pangzhi semakin mengkerut di belakang punggung Zhang Qiling, raungan dari mulut Wu Xie bisa membuat dirinya dihantui mimpi buruk. Sedangkan Zhang Qiling masih berdiri tegak. Sebagai seseorang yang kuat, dia tentu tidak akan mudah terintimidasi oleh perasaan itu dan balas berseru tertahan.
"Wu Xie!"
Entitas dalam diri Wu Xie nampaknya menyadari bahwa orang di hadapannya tidak sederhana. Lebih dari alasan itu, ada satu energi melawan dari dalam diri Wu Xie sendiri. Sisa-sisa kewarasan yang mulai bangkit oleh satu gema suara yang pernah sangat dekat dan memenuhi hati serta pikirannya setiap saat.
Xiao ge, kau datang...
Nalurinya berbisik, kewarasannya menggeliat, melawan. Untuk sesaat gerakannya terhenti, namun entitas jahat dalam dirinya tidak membiarkan kekacauan ini berakhir. Kemarahannya yang tak masuk akal harus dilampiaskan.
Zhang Qiling menatap kejam dan dingin sehingga, jika saja roh jahat itu punya rasa malu, dia akan mundur dari aksi dan provokasi memalukan ini. Tetapi dengan keras kepala, Wu Xie yang dikendalikan tanpa daya, menyerang kembali diiringi geraman penuh amarah.
Dengan sigap, Zhang Qiling menangkap dua tangan Wu Xie. Menahannya, mengimbangi gerakan liar dan meronta penuh energi yang tak sewajarnya.
"Wu Xie, hentikan!"
Zhang Qiling berusaha merangkul bahu Wu Xie, ketika pemuda kurus itu kembali meronta seperti orang gila, tubuh keduanya jatuh bergulingan di lantai yang telah dikotori barang-barang pecah berserakan.
Astaga, mereka akan terluka
Pangzhi menatap bengong. Sebenarnya dengan pengalaman berpetualang yang cukup dan seringkali menghadapi bahaya, tak ada yang harus ditakutkan oleh Pangzhi. Dia pernah melihat monster, ular raksasa, mumi, dan hal luar biasa lainnya yang mungkin bisa ada di alam semesta. Tetapi roh jahat? Siluman? Atau entitas apa pun itu, yang bersekutu dengan Wu Xie dan berkomplot melawan serta berusaha membunuhnya, Pangzhi sama sekali tidak punya pengalaman tentang ini.
Jadi dia hanya bertindak seperti musang pecundang. Berdiri termangu dan tidak bicara apalagi bergerak.
Zhang Qiling dan Wu Xie berhenti berguling saat tubuh keduanya membentur satu dinding ruangan. Suara gedebuk keras terdengar. Siapapun yang membentur dinding, pasti akan meringis kesakitan atau mungkin terluka. Di bawah cahaya redup, Zhang Qiling masih berusaha memeriksa bagian kepala dan bahu Wu Xie yang membentur dinding.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐍𝐎𝐖 𝐕𝐀𝐋𝐋𝐄𝐘 (𝐏𝐈𝐍𝐆𝐗𝐈𝐄)
FanfictionMelintasi jalan yang tersembunyi, Zhang Qiling, Wu Xie dan Pangzhi mencapai sebuah desa terpencil di lembah pegunungan Lushan. Mereka menjalankan misi untuk menolong Wu Sangxing yang dihantui oleh mahluk aneh setelah melakukan penelitian arkeologi y...