Musim dingin masih belum ada tanda-tanda pergi. Mungkin sekitar satu bulan atau lebih. Tidak seperti di kaki gunung Lushan atau desa Lembah Salju yang memiliki musim dingin lebih panjang, di kota ini musim semi bisa saja menghampiri lebih cepat. Mobil yang dikemudikan Wu Xie melintas di bawah langit kelabu siang menjelang sore ini. Sepanjang tepi jalan hanya pemandangan ranting-ranting berselimut bunga es. Jauh menyelinap ke balik pagar halaman rumah Wu Sangxing, Wu Xie kemudian berhenti di jalan buatan berlapis kerikil tidak jauh dari teras depan. Wu Xie datang sendirian. Ya, dia seharusnya menunggu Pangzhi dan Zhang Qiling, dan juga tokoh utamanya, Wu Sangxing. Tetapi paman ketiga memutuskan pergi ke kantor untuk bertemu rekan-rekan sesama arkeolog. Dia terlihat bersemangat dan sangat tidak sabar kembali ke dunia yang ia cintai. Pengalaman buruk dihantui sihir seolah telah pergi meninggalkan ingatannya. Atau mungkin ia bersemangat untuk membagi kisah kesurupan yang ia alami berkali-kali secara dramatis, mengerikan, dan merepotkan.
Entahlah.
Wu Xie melangkah keluar mobil, menutupnya, kemudian bersandar pada pintu mobil dan mengeluarkan sebatang rokok, menyalakan dengan perlahan, menikmati prosesnya dan menghisapnya. Rasanya sudah lama sekali tidak sesantai ini. Menikmati keheningan, rokok, tanpa gangguan ilmu hitam, juga teriakan sengau Pangzhi. Terkadang seseorang perlu memiliki waktu untuk dirinya sendiri. Zhang Qiling sering melakukannya, dia pergi ke pegunungan, hanya datang jika ia memanggil atau memang dibutuhkan. Tapi ngomong-ngomong, kemana Pangzhi dan Xiao ge. Dia mengatakan akan membeli makanan untuk makan siang yang terlambat, kemacetan mungkin menjebak mereka.
Awalnya, Wu Xie ragu-ragu dan tidak tahu bagaimana caranya untuk kembali memasuki rumah yang sempat dikosongkan ini tanpa membuat ekspresi wajahnya kosong juga. Begitu dia memutar kunci dan membuka pintu, semua benda di dalam seakan mengawasi dirinya dengan waspada. Tetapi kini ia bisa yakin bahwa tak akan ada entitas gaib yang menghantui. Dia menyisakan batang rokok nyaris separuh sebelum mematikannya. Jangan sampai Xiao ge melihatnya menikmati rokok, dia tidak akan mengatakan apa-apa, hanya tidak suka. Sorot matanya akan membuat Wu Xie tidak nyaman.
Hidup kini telah berubah kembali normal, flat, dan sepanjang musim dingin suram, akan lebih sulit lagi menumbuhkan semangat. Wu Xie berharap Xiao ge tidak akan kembali meninggalkannya. Musim dingin terlalu berat tanpa kekasih di sisinya. Pemuda itu menapaki tangga menuju lantai atas di mana kamarnya berada. Memasuki kamarnya yang beraroma lembab dan pengap akibat kekosongan serta terpaan hawa dingin. Sewaktu dia membuka jendela, menatap melalui pucuk-pucuk ranting yang meranggas, dia menjadi sangat sadar dengan apa yang ada di sekelilingnya. Pola berbintik di langit, semak merunduk di sudut halaman, bunyi klakson dari jalan masuk perumahan, teriakan seseorang dari seberang, dan cicitan kawanan burung layang-layang di puncak atap, menghasilkan ritme yang menyerupai musik.
Satu mobil Suv hitam melaju lambat memasuki halaman. Ah, itu mereka. Pangzhi dan Xiao ge sudah datang. Wu Xie bisa melihat Pangzhi turun dengan berisik. Membanting pintu, terkekeh keras dan meletakkan kedua tangan di pinggang sewaktu ia menyapu seluruh halaman dan tertumbuk pada jendela kamarnya yang terbuka.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐍𝐎𝐖 𝐕𝐀𝐋𝐋𝐄𝐘 (𝐏𝐈𝐍𝐆𝐗𝐈𝐄)
FanficMelintasi jalan yang tersembunyi, Zhang Qiling, Wu Xie dan Pangzhi mencapai sebuah desa terpencil di lembah pegunungan Lushan. Mereka menjalankan misi untuk menolong Wu Sangxing yang dihantui oleh mahluk aneh setelah melakukan penelitian arkeologi y...