Snowflake 11

1.3K 134 6
                                    

Keamanan adalah takhayul, hidup adalah petualangan.

Kini energi gelap menjadi kematian, sang penghancur manusia.

"Ya, Xiao ge kini seorang dukun, dan kau harus bersiap-siap menerima kutukannya," kalimat mematikan Wu Xie membungkam mulut Pangzhi.

Si gendut meringis, tatapan aneh semua orang membuatnya jadi salah tingkah. Sebelum ia merangkak ke kolong tempat tidur, Wu Sangxing menyelamatkan situasi dengan mulai bicara serius lagi.

"Aku melihat benda ini di kuil kuno desa Lembah Salju."

Semua mata beralih padanya penuh minat dan gejolak rasa ingin tahu.

Enam bulan lalu, pertama kali benda semacam itu muncul dalam pandangannya. Tentu saja Wu Sangxing sedikitnya bisa menebak alasan mengenai sumber kejadiannya dan mulai memikirkan untuk bicara banyak tentang hal ini pada Wu Xie dan kawan-kawan. Tapi apa yang dia lakukan sebelumnya cukup penting menyangkut peristiwa ini.

Pikiran pertamanya ketika diingatkan kembali tentang foto totem sihir dan fisik nyata yang ditemukan di rumahnya adalah kuil kuno di desa Lembah Salju sebelah tenggara Gunung Lushan. Mungkinkah ini akibat dari pencariannya dan ada hubungannya hingga sekarang?

Wu Sangxing dan Xiao Hua memeriksa  lagi catatan yang Wu Xie bawa. Mencoba mencari sesuatu yang lain dari apa yang telah tertulis mau pun berupa foto. Tidak ada perbedaan dari awal Wu Sangxing mempelajarinya, yang pasti totem sihir dan catatan di bukunya memang memiliki banyak makna.

Hei Yanjing mengambil lembar foto yang menggambarkan bentuk totem sihir. Mengamati foto buram itu, dia memainkan lidah di dalam mulut, ekspresinya berubah-ubah antara bingung dan berpikir.

"Wu Xie, kau bisa mulai memperlihatkan foto ini ke para ahli arkeologi yang bisa kau temui. Maksudku, yang lebih paham tentang ini dibanding paman ketigamu," Hei Yanjing menutup sarannya yang brilian dengan satu seringai dan lirikan pada Wu Sangxing.

"Cari tahu jika mereka pernah melihat benda yang seperti ini."

"Ada seseorang yang bisa kau tanyai soal ini," Wu Sangxing menyela, lebih serius dari siapa pun yang ada dalam ruangan.

"Kau tahu Mu Xuehai? Dia bersamaku waktu tersesat di desa Lembah Salju. Dia juga pernah mempelajari buku kuno tentang bangsa primitif dan sekte-sekte sesat pemuja setan dan semacamnya."

"Mu Xuehai?" Wu Xie menatap paman ketiganya.

Wu Sangxing mengangguk.

"Bagaimana dia bisa lebih tahu darimu," gumam Wu Xie.

"Dia senior. Tentu saja."

"Menurutmu, dia bisa membantu?" Xiao Hua bertanya.

"Dia berusaha memahami mengapa mereka melakukan ritual atau tindakan sejenis itu," keraguan melintas sekejap. Wu Sangxing termenung, kemudian melanjutkan.
"Jika ada seseorang yang bisa memberitahu kita. Maka dia bisa menjelaskan lebih jauh."

Keheningan menyayat suasana. Kilat mengerjap dalam satu detik mengejutkan seiring hujan yang menderas.

"Kupikir aku harus menemui Mu Xuehai sekarang," ujar Wu Xie, ada kekeraskepalaan di sana.

"Sekarang sudah sore dan hujan cukup deras," Pangzhi menyahut, ekspresinya ngeri.

"Itu bukan rintangan. Kau ikut aku, kan, Xiao ge?"

Zhang Qiling melirik, mengangguk cepat.

"Tunggu! Aku akan menelepon dia terlebih dulu untuk memastikan dia ada di rumah. Pangzhi, tolong ponselku."

𝐒𝐍𝐎𝐖 𝐕𝐀𝐋𝐋𝐄𝐘 (𝐏𝐈𝐍𝐆𝐗𝐈𝐄) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang