Apa yang harus dilakukan?
Zhang Qiling akan menolong kekasihnya melewati malam. Satu kalimat godaan, satu tatapan mematikan, akan mempermudah semuanya. Selain itu, Wu Xie juga memiliki tempat tidur empuk, nyaman, selimut hangat dan wajah menenangkan Zhang Qiling membantu membersihkan hal buruk dari pikirannya bahkan tanpa sempat Wu Xie sadari.
Zhang Qiling tidak bersuara hanya langsung membaringkan tubuh di samping Wu Xie, keduanya saling bertatapan dalam posisi berbaring.
"Apakah kau ingin kita melakukan sesuatu?" Zhang Qiling bertanya lembut.
Wu Xie menarik nafas panjang. Hanya terdiam dalam sunyi lantas ia menangkap gemuruh samar di dada Zhang Qiling.
"Tidak."
"Lalu apa yang harus kulakukan untuk menyenangkanmu?"
"Hanya peluk aku."
Dan itulah yang Zhang Qiling lakukan. Tangannya, tangan yang kuat, jemari panjang ramping, mengukir satu garis di sisi wajah Wu Xie, mengikuti lekuk tulang pipi dan rahang di wajah pucat itu. Matanya melekatkan tatapan yang penuh makna dan kasih sayang. Efeknya cukup berbahaya, Wu Xie merasa sangat bahagia dan damai di dekatnya, dan bagaimana ingin membelai wajah dan mata itu kemudian. Di antara kerumitan pikiran dan teror bayangan hitam menakutkan.
Satu ciuman dari seorang kekasih bisa membuat beban lebih mudah untuk ditanggung. Walau pun Zhang Qiling merasakan pemujaan Wu Xie terhadapnya, demikian pula sebaliknya, dia tidak berusaha mengganggu Wu Xie dengan aktivitas bercinta dan semacamnya.
Melalui jendela dengan separuh tirai terbuka, bulan mengintip dengan cahaya lemah sementara kabut gelap menebal.
"Bolehkah aku?" Zhang Qiling menjeda, mengumpulkan akal sehatnya.
"Kita sudah tidur bersisian. Ini lebih daripada merasa damai," Wu Xie menyela.
Zhang Qiling tersenyum tipis dan melingkarkan lengan di tubuh Wu Xie, mendekapnya erat. Hangat dan tenang, bagai pelukan seorang ibu.
"Bisa membuatmu merasakan damai, itu adalah keberuntunganku."
Wu Xie tersenyum. Zhang Qiling jarang sekali mengatakan isi hati atau kata manis tidak penting lainnya. Jika dia mulai romantis, itu artinya kegilaan mulai mendekat. Kegilaan cinta. Seburuk apapun situasinya. Zhang Qiling selalu mampu menaklukan Wu Xie. Dengan pesonanya yang dingin itu.
Bayangan mimpi buruk perlahan mulai memudar, pelukan Zhang Qiling hangat dan kulit halusnya berangsur memanas. Tiba-tiba Wu Xie ingin merasakannya lebih jauh, sentuhan yang lebih menyenangkan. Untuk pertama kalinya lagi semenjak Zhang Qiling kembali pada malam ia kerasukan, Wu Xie benar-benar mengerti bagaimana ia merindukan Zhang Qiling. Memahami kebutuhan akan kehadirannya.
"Xiao ge, aku menarik ucapanku sebelumnya," gumam Wu Xie tanpa malu.
"Hmm?"
"Cium aku."
Sesaat Zhang Qiling terpana tapi pulih dengan segera. Itu adalah permintaan yang selalu ia ingin dengar dari mulut Wu Xie.
Keduanya mulai berciuman. Ketika bibir mereka bertemu, Wu Xie merasa indranya mulai membeku. Tapi kemudian, seperti sungai yang melingkari gunung, pelukan Zhang Qiling semakin erat, berguling lembut dan memposisikan dirinya di atas tubuh Wu Xie bersamaan dunia terasa berputar bagi keduanya.
Bibir Zhang Qiling basah dan lembut, mencium semakin dalam di saat telapaknya menelusuri wajah dan bahu Wu Xie.
"Xiao ge," Wu Xie membisikkan namanya kala ciuman beralih ke kening, mata, sebelum mendarat di bibirnya lagi. Zhang Qiling mendesah begitu menghentikan ciuman. Aroma tubuhnya, rasa manis serupa madu, perlahan berakhir.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐍𝐎𝐖 𝐕𝐀𝐋𝐋𝐄𝐘 (𝐏𝐈𝐍𝐆𝐗𝐈𝐄)
FanfictionMelintasi jalan yang tersembunyi, Zhang Qiling, Wu Xie dan Pangzhi mencapai sebuah desa terpencil di lembah pegunungan Lushan. Mereka menjalankan misi untuk menolong Wu Sangxing yang dihantui oleh mahluk aneh setelah melakukan penelitian arkeologi y...