Ketika kedua kuda berlari kecil beriringan, apa yang bisa dilihat adalah bentangan jalan berlapis salju tipis. Barisan pohon hijau keabuan membosankan, rumah-rumah penduduk yang tertutup. Sesekali ada elang melintas jauh di langit timur memekik pada matahari yang ragu-ragu.
Wu Xie merekam setiap detail pemandangan yang wajar maupun mencurigakan, bertanya-tanya di mana untuk memulai. Tahun-tahun setelah kebersamaan dengan Zhang Qiling dipenuhi dengan suka cita dan romantika petualangan. Itu adalah tahun-tahun terbaik dalam hidup Wu Xie. Kesulitan sesekali tidak bisa dihindarkan dan bahaya kadang terlalu menakutkan, tetapi tidak pernah ada tahun terburuk selama Zhang Qiling ada di sampingnya.
"Awalnya desa ini tampak seperti keajaiban," bisik Wu Xie pada pria yang duduk di belakangnya, memeluk pinggang dengan satu tangan dan memegang tali kekang dengan tangan yang lain. Zhang Qiling menanggapi dengan deheman sederhana.
"Dan kemudian aku merasakan permusuhan.""Tidak ada ancaman sama sekali," Zhang Qiling bergumam sementara tubuh mereka berguncang pelan di atas punggung kuda.
"Hanya sekelompok orang gila hormat."
Wu Xie menyeringai miring, "Aku tahu selera humormu sangat buruk, tapi sumpah ini terdengar lucu."
Sinar matahari menimpa wajah mereka. Kehangatan yang beradu dengan dinginnya hembusan angin semilir. Sekilas Zhang Qiling tersenyum.
"Kau percaya ada semacam sekte di desa ini?" Menyisir rumah warga, gerak gerik mereka serta bagaimana cara mereka bergaul dan bertahan hidup di desa terpencil, Wu Xie sesaat merasa ragu. Mereka hanya orang-orang dewasa kesepian dan terlihat sederhana.
"Mungkin tidak dalam arti nyata, secara fisik, sudah tidak ada. Itu menurutku, hanya eksistensi mereka pernah cukup berpengaruh. Seperti itu biasanya."
"Dari mana kau tahu dan bisa begitu yakin?"
"Dari pengalaman," Zhang Qiling tersenyum tipis.
"Ah, aku lupa kau adalah seorang pangeran tampan berusia seratus tahun. Ngomong-ngomong, sampai selama itu berapa banyak pengalamanmu tentang kisah cinta?"
Zhang Qiling mendengkus kesal, "Tutup mulutmu."
Wu Xie terkekeh dibalas dengan lirikan galak Zisuan yang mengendarai kuda di sampingnya.
Menyadari reaksi sebal dari si pemuda desa, Wu Xie menoleh, tersenyum polos dan berpura-pura bersahabat.
"Apakah masih jauh?" ia bertanya.
"Satu kilometer lagi," Zisuan menyahut dingin, nyaris galak.
❄❄❄
Bibi Mei keluar lewat pintu belakang membawa keranjang berisi buah-buahan. Pangzhi terfokus pada kapaknya, tidak menduga bahwa diam-diam ia memiliki bakat terpendam sebagai seorang pemotong kayu handal.
"Kau melakukannya tidak terlalu buruk," komentar bibi Mei.
Pangzhi baru saja berniat melepaskan mantel tebalnya di saat ia mendengar suara wanita itu. Angin masih cukup dingin tetapi perlawanan dari dalam tubuh gendutnya lebih kuat sehingga Pangzhi merasa tidak perlu mengenakan mantel. Lagi pula matahari makin terang dan ia merasa tubuhnya lengket oleh keringat di beberapa bagian.
"Kau dapat menumpuknya di sebelah sini," Bibi Mei berjalan ke samping istal di mana lengkung atapnya memanjang ke satu sisi. Dia menunjuk pada satu lahan kosong di sana.
"Bibi," Pangzhi mulai mengeratkan pegangan pada gagang kapak besar, meletakkan satu batang kayu dengan diameter lumayan lebar. Tetapi sebelum itu, mulut gatalnya tidak tahan untuk bicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐍𝐎𝐖 𝐕𝐀𝐋𝐋𝐄𝐘 (𝐏𝐈𝐍𝐆𝐗𝐈𝐄)
FanfictionMelintasi jalan yang tersembunyi, Zhang Qiling, Wu Xie dan Pangzhi mencapai sebuah desa terpencil di lembah pegunungan Lushan. Mereka menjalankan misi untuk menolong Wu Sangxing yang dihantui oleh mahluk aneh setelah melakukan penelitian arkeologi y...