Sekawanan burung hitam terbang kembali ke sarang bersamaan matahari mulai tenggelam. Hari sudah mulai gelap saat Er Jing dan anak buahnya menggiring keempat orang yang berhasil ia ancam memasuki gerbang besi hitam yang merupakan pintu masuk ke kediaman Wang.
Tidak ada yang perlu ditakutkan dari kelompok pria sok jagoan yang kebetulan cukup beruntung kali ini. Wu Xie dan kawan-kawan hanya mengikuti permainan mereka. Jika situasi sudah memungkinkan mereka bisa menyelamatkan Ya Nu sekaligus kabur dari situ. Tapi sebenarnya ada satu hal yang mengganggu Wu Xie. Ia sangat ingin tahu, jika benar Tuan Wang mengirim kutukan lewat totem sihir itu pada paman ketiga, apa alasannya melakukan tindakan itu. Mungkinkah ada motif lain yang tidak ia ketahui, atau tidak terpikirkan sebelumnya.
❄❄❄
"Aku tahu," Er Jing duduk di kursi besar berlapis kulit dalam satu ruangan luas serupa ruang kerja pribadi. Entah pekerjaan apa, yang jelas Wu Xie melihat beberapa rak buku tinggi dan juga lemari kayu, serta meja kursi kerja, dipan kecil di pojok ruangan, dan satu meja kecil lain dengan minuman dan gelas di atasnya.
"Kalian jauh-jauh datang dari kota. Tidak mungkin hanya mencari tempat berlindung," Pria jangkung itu membuka laci, mengeluarkan sebatang rokok, dan menyulutnya. Dia bahkan sempat mengejek Wu Xie dengan menawarkan rokok di tangan yang disambut dengusan oleh pemuda itu.
"Katakan, apa yang kalian cari di kuil kuno?" Er Jing bertanya dengan gaya pemimpin klan.
Zhang Qiling, Wu Xie, dan Pangzhi duduk bersila di lantai, mendongak pada pria menyebalkan yang berjarak tiga meter di depan Mereka. Empat orang pria lain berdiri di belakang ketiga pemuda dan Ya Nu duduk terpisah, diawasi oleh seorang pria berwajah galak.
Wu Xie menimbang-nimbang mungkin sudah waktunya dia berterus terang mengungkapkan tujuan sebenarnya dari perjalanan mereka. Jika cara sembunyi-sembunyi tidak berhasil, mungkin mereka memang harus menimbulkan kekacauan.
Sebelum salah satu dari mereka membuka mulut, Er Jing sudah beralih tidak sabar pada Ya Nu.
"Dan kau, pelayan. Kau memberi tahu mereka jalur agar bisa sampai ke kuil kuno?"
Ya Nu tidak menjawab. Dia yakin Er Jing sudah tahu jawabannya, yang ingin ia dengar sekarang adalah apa hukuman bagi kesalahannya.
"Kau tahu, benda-benda di kuil kuno adalah peninggalan nenek moyang. Sisa sekte pemuja setan yang telah lama musnah. Kau malah berani memberitahu orang asing."
Asap rokok mengepul pekat saat Er Jing menghisap dan menghembuskan dari mulutnya.
"Itu perbuatan tolol!" ia mendesis, lantas menggeleng tak percaya.
"Apa yang mendorongmu melakukan itu? Kau sudah diterima dengan baik sebagai pelayan di rumah Wang. Tapi apa yang kau lakukan? Malah mondar mandir menyebarkan gosip."
"Tuan Wang membunuh pamanku," Ya Nu tidak tahu darimana ia mendapatkan keberanian.
"Paman mungkin melakukan kesalahan, tapi haruskah ia dibunuh?"
"Astaga, gadis malang. Seluruh warga desa tahu pamanmu mati kecelakaan saat berburu," Er Jing bergumam, masih dengan ekspresi heran yang menjengkelkan.
"Seseorang mengutuk paman. Aku menemukan totem sihir itu di depan rumahku."
"Ssstttt..." Er Jing meletakkan telunjuk depan mulutnya.
"Jangan berteriak."
Wu Xie mulai bosan dengan pertunjukan ala mafia yang berlangsung di depannya. Begitu juga Pangzhi. Ia mendecih muak dan menyela, "Heh, cepat katakan apa yang kau mau dari kami! Jangan unjuk kekuasaan di depanku, kau aktor yang buruk!"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐍𝐎𝐖 𝐕𝐀𝐋𝐋𝐄𝐘 (𝐏𝐈𝐍𝐆𝐗𝐈𝐄)
FanfictionMelintasi jalan yang tersembunyi, Zhang Qiling, Wu Xie dan Pangzhi mencapai sebuah desa terpencil di lembah pegunungan Lushan. Mereka menjalankan misi untuk menolong Wu Sangxing yang dihantui oleh mahluk aneh setelah melakukan penelitian arkeologi y...