Snowflake 32

902 128 36
                                    

Ketika debu kembali mengendap dan gelombang angin mereda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketika debu kembali mengendap dan gelombang angin mereda. Semua yang berada dalam ruangan mulai melihat segalanya kembali jelas.

Terdesak di sudut ruangan, terjebak ilmu hitamnya sendiri, nyonya Wang gemetar dan mengerang. Perlahan-lahan, darah mengalir dari mulut, hidung, dan sudut mata.

"K--kau..." telunjuknya terangkat mengarah pada Zhang Qiling yang berusaha bangkit untuk berdiri tegak dengan tubuh lemas Wu Xie dalam pelukannya.

"Sihirmu hancur, kutukanmu patah," tubuh tinggi Zhang Qiling menjulang membentuk menara dalam bayang-bayang hitam, menyalakan api ketakutan di mata sang dukun.

Tetapi bukan hanya itu. Dalam pandangan nyonya Wang, ia melihat satu sosok lain selain Zhang Qiling. Sosok berjubah hitam, pucat mengerikan. Asap hitam mengepul disekitarnya. Itu adalah entitas gaib yang ia panggil, iblis yang ia janjikan korban. Dan ia tahu iblis itu tidak akan kembali ke neraka tanpa jiwa yang bisa ia jadikan korban.

"Pergi!!"

Nyonya Wang meraung pada sosok hitam mengerikan itu.

Pangzhi memahaminya dengan cara lain. Menumpukan berat badan ke dinding, dia mencoba bangkit berdiri, tak sabar menyela ucapan sang dukun.

"Tanpa kau suruh pun kami akan pergi," ia memiringkan mulut, menampilkan ekspresi jijik.

Raungan kembali terdengar menyayat kesunyian ruangan yang telah porak poranda. Hanya sang dukun yang bisa melihat mahluk mengerikan yang kini menyerang ke arahnya, kemudian mencekik lehernya dengan jemari keriput dilengkapi kuku tajam panjang kehitaman. Suaranya kini berubah mirip ternak sekarat, dalam waktu singkat, dukun wanita itu menemui kematiannya dengan mata terbelalak ketakutan.

❄️❄️❄️

Di villa Xiao Hua, situasi pun secara ajaib berangsur-angsur menjadi tenang. Mereka menyadari kepergian roh jahat dengan sangat tajam setelah satu keheningan mengerikan menggantung di seluruh ruangan. Wu Sangxing nyaris melukai lehernya sendiri dengan gunting kecil tajam berwarna keemasan dan dalam proses mengendalikan si pria kalap, Yanjing menahan tangan Wu Sangxing, ketika itu nyaris tak tertahankan, telapaknya bergeser pada gunting mencengkeram benda kecil tajam tersebut dan merasakan bagian tajamnya menggores telapak tangan. Luka itu tidak terasa saat kepanikan masih mencengkeramnya dan juga pria lain dalam kamar, tapi saat gerakan liar dan berbahaya Wu Sangxing secara tiba-tiba berhenti, rasa perih dari luka mulai menyergap.

"Sudah pergi," Hei Yanjing mendesis, menoleh pada Xiao Hua yang memegangi salah satu bahu Wu Sangxing, meminta persetujuannya.

"Roh jahat yang merasuki Wu Sangxing sudah pergi," Hei Yanjing menegaskan pada diri sendiri.

"Xiao Hua, katakan bahwa semua ini sudah berakhir."

Xiao Hua mengangguk, wajahnya masih sekaku permukaan danau es.

𝐒𝐍𝐎𝐖 𝐕𝐀𝐋𝐋𝐄𝐘 (𝐏𝐈𝐍𝐆𝐗𝐈𝐄) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang