Snowflake 28

812 118 29
                                    

(Wu Sangxing Flashback)
Bagian akhir.

Langit terlihat seperti bentangan kain hitam dengan gradasi abu pucat yang terkena luntur. Rembulan perlahan menampakkan diri menumpahkan warna putih keabuan dan membentuk biasan mirip lukisan asal jadi. Merambah perlahan seperti sorot cahaya yang bergerak membentuk jalur tipis.

Burung gagak terbang berkelompok menuju utara. Dua atau tiga ekor memisahkan diri kemudian bertengger di ranting pucuk pohon tertinggi. Salah satunya berkaok keras sekali, seolah meminta pada langit untuk menurunkan sisi kelam bumi. Semakin lapisan awan kelabu menutupi bulan, semakin keras pula gagak-gagak itu saling berkaok bersahutan.

Keributan itu menggugah Wu Sangxing yang semula berdiri di pintu masuk kuil kuno. Tangan kirinya mengapit buku catatan yang baru saja selesai ia tulis dengam bantuan cahaya senter. Tubuhnya menjulang menatap deretan burung gagak yang bertengger di ranting pohon tak jauh dari tempat ia berdiri.

Seolah mereka saling bicara, salah satu burung gagak itu mengarahkan matanya pada Wu Sangxing lantas mengepak-ngepakkan sayapnya gelisah. Pria itu berdiri tak bergeming memandangi gagak itu selaras dengan pemikirannya yang ia sendiri sulit memahami. Tak lama kemudian, gagak yang gelisah itu pun pergi memisahkan diri disusul oleh kawanannya yang lain, terbang melintasi langit hitam yang tampak merentang tanpa ujung.

Mu Xuehai berjalan perlahan di belakangnya bersama-sama keluar dari kuil kuno.

''Uhhh, pengap sekali di dalam sana. Aku tidak akan bisa bernafas bahkan jika aku mencobanya,'' Mu Xuehai mengerang,

Mereka memutuskan untuk mundur keluar untuk mencari udara segar.
Melangkah keluar dari kuil, angin sepoi-sepoi menyapu kulit mereka, dingin tapi menyegarkan.

"Tapi objek di bawah sana menarik minatku," Mu Xuehai berdesis di telinga Wu Sangxing.

"Okultisme. Siapa yang menyangka di desa terpencil ini ada jejak-jejak sekte pemuja ilmu hitam dan melakukan ptaktek sihir."

"Kita tidak bisa sembarangan menyimpulkan."

"Oh ayolah, ini tidak terdengar seperti dirimu. Aku tahu kau juga pasti tertarik, dan totem itu.. Astaga, itu mengingatkan aku pada peradaban kuno bangsa Sumeria."

Wu Sangxing hanya menjawab dengan desahan. Mengesampingkan pikirannya, Wu Sangxing menatap angkasa malam penuh kerinduan, bulan dan bintang-bintang menerangi kegelapan. Kerlap kerlip bertebaran di langit, mereka seperti bergabung menjadi satu cahaya di pikirannya.

Wu Sangxing menarik napas dalam-dalam. Perasaan rindu pada seseorang menghantamnya, tetapi ia sepertinya tidak tahu mengapa. Malam, bulan, bintang, memberi jenis perasaan yang berbeda. Dia menuju satu sisi bagian luar kuil dan duduk di bebatuan.

''Wu Sangxing?'' sebuah suara berbicara di belakang mengejutkannya.

"Ya?"

Qi Jin mengabaikan udara malam dan nyamuk hutan lalu duduk di samping rekannya. ''Apa yang kamu pikirkan?''dia bertanya dengan tenang, menatap ke atas, bulu matanya yang panjang berkilauan di bawah sinar bulan.

''Tidak ada'' gumam Wu Sangxing, mengalihkan pandangan dari sapuan mata Qi Jin yang berbinar.

"Sekilas aku hanya memikirkan tentang sisa anggota tim yang terpisah," pria itu menghela nafas.

"Di mana dan bagaimana mereka sekarang. Apa mereka akan mencari tahu keberadaan kita dan menemukan kita bertiga di sini?"

Qi Jin tersenyum tipis, "Jangan khawatir. Kau tahu aku ketua tim, kepala departemen pasti tidak akan tinggal diam."

𝐒𝐍𝐎𝐖 𝐕𝐀𝐋𝐋𝐄𝐘 (𝐏𝐈𝐍𝐆𝐗𝐈𝐄) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang