HIRAETH - 12

4 2 0
                                    

Beberapa hari berlalu dengan begitu cepat. Malam ini tengah dilaksanakannya acara pesta tahun baru yang rutin dilaksanakan menjelang pergantian tahun.

Hiruk-pikuknya pesta dan lampu-lampu kecil semakin memperindah suasana pesta pada malam itu yang kebetulan ditempatkan diluar ruangan. Berbagai macam jenis bunga yang tengah bermekaran juga semakin menambah keindahannya. Tak lupa pula kain-kain putih yang ditata di Beberapa titik yang membuat kesan elegan. 

Gaun berwarna beige lembu selutut milik Asya berdesir terkena tiupan angin malam. Rambut panjangnya digerai tanpa hiasan apapun. Wajah cantik nan rupawannya dipoles dengan makeup natural. Sedang bibirnya diberi pemerah sehingga terlihat layaknya kelopak bunga mawar merah yang segar.

Langkah kaki beralaskan flat shoes berwarna senada itu berjalan memasuki area pesta. Mata coklat pekatnya menatap ke seluruh penjuru, mencari sesosok tubuh pria yang menemaninya beberapa minggu belakangan ini.

Tak kunjung menemukan sosok yang dicarinya, akhirnya ia akhirnya beralih menatap ke arah sahabat tercintanya yang tengah duduk di salah satu meja, tengah menikmati hidangan yang ada.

Asya sampai lalu menepuk pundak Lenny, membuat sang empu menoleh ke arahnya dengan menyungging senyum manis lalu mempersilahkan Asya duduk. Asya duduk di samping Lenny. Keduanya terlihat berbincang ringan. Tak jarang gelak tawa muncul dari bibir keduanya. 

Momen itu terhenti tatkala seorang pria yang tak lain adalah Varo datang menuju keduanya. Menyampaikan pesan bahwa acara akan dimulai, yang mana Asya sebagai Master of Ceremony diperlukan untuk saat ini. 

Dengan sopan Asya berpamitan pada Lenny yang dibalas anggukan kecil oleh gadis itu. Lalu berjalanlah Asya ke belakang panggung untuk menyiapkan diri.

Tak lama kemudian suasana menjadi hening dengan berdiri Master of Ceremony di atas panggung. Disebelahnya terdapat piano yang disediakan untuk menjadi pelengkap hiburan nanti.

Asya, gadis yang kini menjadi Master of Ceremony nampak semakin bersinar dibawah sinar bulan juga lampu-lampu yang ada. 

Semua mata memuja kecantikan alami yang muncul dari gadis itu. 

Asya mengucapkan kata demi kata sebagai pembuka kata. Kemudian dipersilahkannya kepala sekolah untuk memberikan beberapa sambutan kecil dan juga sebagai pembuka acara pada malam ini. 

Tak butuh waktu lama untuk sang kepala sekolah itu memberikan sambutan. Acara tersebut kemudian dilanjutkan dengan berbagai hiburan yang tak lain adalah pentas tari, musik, juga yang lainnya. 

Asya menikmati acara pada malam itu, apalagi sahabatnya ikut memeriahkan dengan sebuah nyanyian. 

Senyum yang sedari tadi berkembang di wajah Asya mendadak luntur dan berubah menjadi raut kebingungan. Pasalnya pada teks susunan acara yang kini berada ditangannya, nama dari seorang yang dicarinya sedari tadi muncul. Atau mungkin Asya yang tidak menyadari keberadaan nama itu. 

Asya menoleh ke sekelilingnya, mencari seorang yang dikenalnya. Kemudian ia dekati salah seorang yang juga panitia dari acara tersebut.

"Kak?" Seorang itu menoleh padanya. "Kak Jidan tampil sebentar lagi?" Seorang itu membalasnya dengan anggukan kepala.

Asya mengerutkan keningnya, heran. Yang kemudian seorang itu menjelaskan bahwa Jidan memang mengajukan untuk mengisi sebelum dilakukannya dansa sebagai penghujung acara pada malam itu, sedikit tiba-tiba namun demikian panitia lainnya menyetujui permintaan Jidan.

Asya mengangguk setelah mendengarkan penjelasannya. Kemudian berjalan menuju panggung untuk mempersilahkan Jidan yang akan menunjukkan kelihaiannya dalam bermain piano juga bernyanyi. 

HIRAETHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang