HIRAETH - 24

3 3 0
                                    

Asya memejamkan kedua matanya, tak terasa setetes air mata jatuh membasahi kedua pipinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Asya memejamkan kedua matanya, tak terasa setetes air mata jatuh membasahi kedua pipinya. Asya menghembuskan nafas panjang.

Setelah kejadian itu masih dapat ia ingat Jidan menghentikannya saat dirinya hendak masuk ke dalam mobil. Lelaki itu menatap ke arahnya, memohon kepada Asya untuk memaafkannya dan membujuk sang Kakak, Rakab juga Mamanya.

Namun demikian, Asya tidak memiliki hak untuk itu. Keputusan yang diambil oleh orang tua dan kakaknya murni karena kecewa dengan perilaku Jidan dan teman-temannya, bukan karena korban bullying tersebut adalah Asya.

Setelahnya Asya pindah ke luar negeri bersama kedua orangtuanya dan sang kakak. Tinggal di sana hingga sebuah undangan datang padanya dan membuat dirinya harus datang kembali ke kota ini.

Kembali pada saat ini, dimana Asya duduk di tempat yang sama saat Jidan pernah berjanji dulu. Jidan berjanji akan selalu membuatnya bahagia saat mengingat tempat ini. Dan dia mengingkarinya.

Asya tersadar bahwa Jidan hanyalah kenangan singkat baginya. Dan benar saja, Jidan sungguh membuatnya percaya hingga ia lupa bahwa Jidan juga manusia yang sewaktu-waktu dapat berubah.

Asya menundukkan kepalanya dalam. Panas matahari yang kian menusuk membuatnya tersadar bahwa hari semakin siang. Ia harus pulang, sore nanti ia harus menghadiri sebuah acara.

***

Seorang gadis memasuki area pesta dengan dress berwarna beige lembut. Rambut pirang nya ia ikat sederhana dengan sebuah hiasan pita putih yang dikenakan. Sedang wajah manisnya itu dihiasi dengan makeup natural.

Dengan langkah pelan ia berjalan ke arah dua atma yang tengah berbahagia itu. Sapaan dan senyuman dari orang menyertai langkah kecilnya. Dapat dilihat dari ekor matanya, wajah-wajah di sekitarnya tengah menatapnya dengan tatapan kagum. Sedang Asya memfokuskan pandangannya pada sepasang kekasih yang tengah berbahagia di atas panggung.

Asya berhenti pada keduanya, mengucapkan selamat pada sang wanita atas acara pertunangannya. "Asya bakal nginep, kan?" Tanya sang wanita lembut, yang dibalas gelengan kepala oleh Asya. Besok ia harus kembali ke luar negeri.

"Oh ya udah. Makasih udah nyempetin waktu buat datang ya, Sya." Ujar wanita itu dengan senyum manis yang mengembang di wajahnya. Cantik, sungguh sangat cantik wanita itu. Wajah putih dan tirus, tubuh ramping, juga netra coklat cerah yang dimilikinya membuatnya terlihat bak dewi kecantikan.

Asya memeluk sang wanita sebagai salam terakhir sebelum pamit undur diri. Ditatapnya sosok pria di samping wanita itu. Pria tampan dengan tuxedo hitam yang dikenakannya. Juga gaya rambutnya yang tak berubah meski bertahun-tahun berlalu.

"Asya permisi, Kak Jidan. Selamat untuk pertunangannya." Ucap Asya disertai senyuman. Jidan menatapnya dengan tatapan sulit dijelaskan. Tau tidak ada jawaban lainnya, Asya kemudian berlalu pergi meninggalkan keduanya. Dan tentunya meninggalkan tempat acara tersebut, juga Jidan.

HIRAETHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang