Bab 10

16.6K 4.3K 926
                                    

Demi apaah... bab ini 3k++ ahahhaha. Entahlah, aku sulit banget nulis pendek sekarang. So, kasih vote n komen byk2. Tapi jgn tanya kapan next update, karena kutaktahu...

.

.

.

Kodanil : Mana?

Kodanil : Kenapa belum shareloc juga?

Kodanil : Aya!

Kodanil : Aya, baca text saya, saya jadi mutar-mutar nih.

Astaga... belum aja kesempatan pertama terlalui ini orang udah berubah ke wujud aslinya, seriusan, gara-gara chat yang nggak berhenti itu aku jadi setengah berlari. Ya, aku memang sengaja nggak menunggu Koko di rumah, jadinya aku berjalan ke simpang rumahku tepat di depan minimarket, padahal jaraknya hanya 200an meter, tapi berasa jauh banget karena aku dikejar-kejar begini.

Dengan napas ngos-ngosan, aku segera ke emperan minimarket. Sial panas banget. Lagian dia mau ajak aku ke mana sih siang-siang begini? Kenapa nggak sore aja sih? Dumalku dalam hati sambil membalas pesan Koko, lalu pesan lain pun muncul.

Jeremy : Ya. Hari ini kamu ada kesibukan ngk?

Ada banget! Balasku dalam hati.

Sialnya, udah keburu kebuka ini pesan. Gimana ya? Hm, mending tanya balik aja.

Aya : Kenapa Jer?

Jeremy : Ada tempat nongkrong baru, mau ajakin kamu kalau ngk sibuk.

Wajahku langsung sedatar triplek, basi banget jurusnya. 

Aya : lagi ada kegiatan sih ini. Sori ya. Maybe next time.

Jeremy : Oke, noprob. Next time kyknya aku perlu buat janji 2x24 jam dulu buat ketemu kamu. Susah banget kyknya. 

Aya : biar berasa org penting aku.

Jeremy : penting bgt mmg bagi aku.

Aya : hahaha

Iyalah penting. Kan situ memang ada maksud. Aku langsung menyimpan ponselku takut ke-gap lagi online.

Dan sekarang, kayaknya aku kualat deh, nungguin Koko yang nggak juga nongol, udah tahu menunggu adalah pekerjaan yang paling membosankan. Jangan-jangan dia benar nyasar? Ah, alamat kena omel. Mending dinginin kepala dulu, aku baru memutar langkah hendak masuk ke minimarket beli yang dingin-dingin, eh Lexus itu keburu nongol.

Napasku terhela panjang. Aku masih pakai outfit andalanku, jins dan kaus, untungnya begitu Koko keluar dia juga pakai setelan hariannya, yang kuduga kami nggak akan pergi jauh-jauh, palingan juga ke mal.

"Panas nih, buruan ayo."

Tuh kan!

Aku langsung masuk ke kursi penumpang. 

"Mana sih gang rumah kamu? Serius tidak bisa masuk mobil?"

Gerakanku yang tengah memakai seatbelt jadi berubah kaku, aku ngangguk singkat nggak berani memandang ke arahnya, takut ketahuan aku bohong. Gini banget memang orang yang nggak biasa bohong, kikuk.

Koko menjalankan mobilnya. Syukur deh dia nggak ada bahas-bahas kesasar dan sebagainya. Tapi kulirik sekilas tampangnya terlihat kesal. Mau itu karena aku atau bukan, ya peduli amat.

Dan lebih bersyukur lagi, karena selama perjalanan Koko memasang ear sedang teleponan dengan entah siapa, dan aku juga nggak tahu apa yang dibahasnya, karena dia menggunakan 'bahasa ibu' campur inggris yang logatnya jadi aneh. Lucunya, aku jadi menebak-nebak, kapan dia menggunakan bahasa inggris. 

Dear Boss, I Quit!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang