Bab 5

16.8K 3.8K 259
                                    

“Pssstt...”

Aku mengangkat wajah dari layar komputer, kepala Mbak Nita menyembul dari balik pintu. Alisku langsung berkerut, pasti ada sesuatu nih. Mbaak... jangan bikin gue deg-degan!

Mbak Nita masuk dengan hati-hati lalu menarik kursi dan memajukkan wajahnya saat berkata. “Gue baru dapet orderan lumayan,” ucap Mbak Nita memulai.

Meski dengan wajah ragu-ragu aku tetap menyahut. “Bagus dong...”

“Seratus pcs kaos untuk CFD harus siap sebelum jam lima besok.”

“Ya udah, buru diselesaiin Mbak, ntar nggak keburu,” selaku.

“Iya... Gue juga udah bilang ke Pak Sapta, anggotanya siap lembur. Masalahnya...”

Nah, gini ini yang aku nggak suka. Perasaanku semakin nggak enak.

“Mereka minta warna hijau tua gitu. Gue udah hubungin gudang Gildan, dan cuma ada stok 60pcs. Gue udah hubungin gudang lain, warnanya nggak cocok. Gue juga mau laporan ke Koko, nggak mungkin kita lepas orderan banyak gini.”

“Ya udah gih, laporan.”

“Ya masalahnya...”

“Mbak, lo jangan nakutin gue dong. Dari tadi bilang masalah mulu!”

“Lo nggak lihat perut gue!” balasnya. “Tadi pagi gue muntah-muntah, mana mungkin gue keluar nyari kaos 40pcs lagi, ngubek-ngubek ke pasar. Rencananya, gue mau minta tolong ke Koko yang cari tuh sisa kaos.”

“Ya udah, gih. Bilang aja. Kalau urusan orderan, tu orang pasti cepat tanggap.”

“Lo lagi lola ya, Ya? Di antara yang lain cuma kita yang dari awal ngikutin Bu Susan ke mana-mana. Dan cuma lo yang tahu pastinya di mana tempat-tempat cari kaos harga miring.”

Tatapanku langsung seram. 

“Kalau Koko tanya siapa yang bisa temenin, gue langsung sebut nama lo ya?” imbuh Mbak Nita berdiri dengan cepat.

“Mbaak...” sanggahku berdesis.

“Soriii...” balasnya yang kemudian sudah mengetuk pintu ruangan Koko.

“Mbak, lo jangan ngadi-ngadiii,” bisikku lagi.

Tapi yang terjadi kemudian, Mbak Nita malah sudah dipersilakan masuk.

Sialan! Aku nggak mau ah, ngubek-ngubek pasar sama Koko!

Baru saja aku meneriakkan lantang dalam hati, pintu ruangan kembali terbuka. Mbak Nita, kembali menyembulkan kepalanya.

“Ya, dipanggil.”

Aku langsung menunjukkan cakar dengan kedua tanganku. Sementara dibalas Mbak Nita dengan tangan berbentuk permohonan maaf.

“Kak Nita bilang kamu tahu tempatnya?” tanya Koko langsung ketika aku nongol.

Aku mengangguk. “Saya kasih alamat lengkapnya—“

“Ada-ada saja kamu, kamu mau saya kesasar?”

“Kan, bisa pakai map—“

“Butuh cepat, ngapain saya cari-cari jalan lagi?”

“Tapi kerjaan saya—“

“Itu rekapan bisa saya tunggu. Ini pesanan besok jam 5 harus ada, Aya...” seru Koko lengkap dengan geraman.

Bibirku hanya semakin menipis, enggan menyahuti. 

Koko berdiri dan terlihat membereskan sesuatu. “Ya sudah, ayo. Kenapa jadi pada diam di situ??”

Dear Boss, I Quit!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang