Bab 3

4.2K 416 17
                                    

Hari pertama Karren bekerja lumayan menyenangkan meskipun dia masih merasa sedikit canggung dengan teman-teman barunya. Setelah penantian dua hari akhirnya Arjuna memberi kabar kalau Karren sudah bisa bekerja.

Dia datang ke kantor lebih pagi dan minta ditemani Tatiana untuk berkeliling kantor, secara perlahan dia mulai mengetahui detail kantor barunya. Sejauh ini semuanya tampak aman dan menyenangkan. Karren mudah akrab dengan teman-teman barunya. Meskipun sampai siang ini dia baru berani banyak berinteraksi dengan dua orang teman. Tatiana dan Jeng Dormi.

Tatiana memang temannya sejak dulu, sedangkan Jeng Dormi adalah teman barunya. Jeng Dormi itu adalah laki-laki gemulai yang tampilannya lebih feminim daripada Karren. Namun, meskipun begitu Jeng Dormi lumayan disegani karena dia lebih senior dan jabatannya adalah asisten manager.

"Kalian cepet akrab gitu, ya? Gue curiga nih, kalian sebenarnya udah kenal lama kan?" tuding Tatiana kepada Karren dan Jeng Dormi.

"Hey, you jangan ceplas-ceplos yes. Ay baru kenalan sama si cantik ini tadi pagi." Jeng Dormi mengibaskan tangan kanannya karena kepanasan. "Aduh, panas banget yes. Ay merasa kayak ada di neraka."

Tatiana langsung terbahak. "Emangnya you udah pernah ke neraka?"

Jeng Dormi mencibir pelan. Mata laki-laki setengah perempuan itu beralih kepada Karren yang hanya diam melihat interaksi teman barunya. "Hey, Princess! You kenapa bengong? You terpesona liat ay?"

Karren mengerjap, kemudian menyengir. "Maaf nih, Jeng Dormi. Boleh tanya nggak?"

"Tanya apa?"

"Nama asli Jeng Dormi siapa?"

"Kenapa you kepo?"

"Cuma penasaran aja kok."

Tatiana kembali terbahak. "Nama aslinya tuh banci Justin Anggar Putra. Keren nggak?"

"Eh, serius?" Karren mengerjap kaget. Namanya keren begitu, tampangnya juga enak dipandang kalau tanpa make up. Tapi, kok ...?

Jeng Dormi menjentikkan jarinya. "You kenapa bengong lagi? Kaget denger nama ay sekece itu, ya?"

"Kaget, kok nama sebagus itu malah diganti?"

"Ay lebih suka dipanggil Jeng Dormi. Kedengerannya estetik, lucu, dan elegan."

Karren menatap Tatiana dengan pandangan herannya. Tatiana sendiri sudah tidak merasa heran. Awalnya juga dia heran dengan tingkah atasannya itu, namun lama-kelamaan dia sudah terbiasa.

"Jeng Dormi, lo mau duduk-duduk sampai kapan?"

Kepala tiga orang itu sontak menoleh menghadap seorang perempuan yang sedang berkacak pinggang, perempuan itu berdiri di depan pintu. Tiba-tiba saja Karren berdecak kesal. Bawaannya kesal kalau melihat perempuan itu.

Selain mendapatkan teman baru di kantor itu, Karren juga sudah mendapatkan satu musuh yang tak lain adalah Fladis, perempuan yang sedang berkacak pinggang itu. Dari awal Karren masuk ke kantor perempuan itu sudah menatapnya dengan tatapan permusuhan.

"Udah, anggap aja cicak nemplok di tembok." Begitulah kata Tatiana tadi pagi.

Kata Jeng Dormi, Fladis memang sering mencari masalah dengan sesama pegawai. Dia lumayan disegani karena sudah lama bekerja di kantor itu, namun tetap lebih senior Jeng Dormi. Fladis atau biasa diplesetkan jadi flesdis oleh Jeng Dormi memang sombong dan sering menganggap dirinya senior serta perempuan paling cantik di kantor.

"Hey, you ngapain berdiri di pintu?" Jeng Dormi menutup lubang hidungnya. "You belum mandi? Bau badan you masuk semua ke dalem."

Hey, My Boo! (END) LengkapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang