Bab 14

3.5K 384 27
                                    

Ayo absen dulu di sini sekalian vote ya.

Aku berharap kalian bisa meramaikan kolom komentar

.

.

.



Insiden ketahuan berciuman tidak membuat nyali Arjuna menciut, dia tetap berani menghadap Juwita meskipun Karren sudah menahannya. Bukan takut diusir ataupun dihajar, yang Arjuna takutkan adalah Juwita melarangnya untuk berhubungan lagi dengan Karren.

"Nama kamu Arjuna?"

"Iya, Bu," jawab Arjuna tegas.

"Jangan panggil 'Ibu' dong, panggil 'Tante' aja." Juwita tertawa kecil, dia tampak sangat gembira.

Jauh berbeda dengan ekspresi Karren saat ini, tegang dan cemas tentunya. Dia takut kalau Juwita marah besar, bahkan mengusir Arjuna dan melarang Arjuna untuk mendekati Karren lagi. Anehnya, sampai detik ini Juwita masih terlihat baik-baik saja bahkan cenderung happy. Tidak mau buru-buru merasa senang, Karren tetap waspada sampai Juwita meninggalkan apartemen itu.

"Panggil 'Mama' juga boleh," lanjut Juwita.

Mata Karren langsung melotot kaget. "Mama apa-apaan sih?"

"Siap, Ma!" sahut Arjuna.

Karren menoleh cepat. "Mas!"

Arjuna tersenyum tipis, lalu berbisik, "Turuti kemauan Mama kamu supaya kita aman."

Seolah mengerti maksud Arjuna, Karren langsung mengangguk pelan. Kepalanya langsung berpikir mencari cara agar bisa membuat Juwita pergi dari tempat itu segera. Dalam kondisi seperti ini Karren merasa tidak bisa berpikir, otaknya benar-benar buntu.

"Tante, bukannya Tante harus pulang sekarang, ya? Tadi Om Arga udah nelepon dua kali lho. Aku antar Tante pulang deh, gimana?" bujuk Fresica. Sepupu Karren itu sedang mencoba untuk mengusir Juwita secara halus.

"Sebentar, Sica. Tante belum puas liat Arjuna." Juwita mengelus punggung tangan Arjuna sambil tersenyum. "Kamu pacarnya Karren kan? Kapan-kapan main ke rumah, ya? Nanti Mama siapkan makanan dan kita bisa makan bersama."

Arjuna langsung mengangguk. "Boleh, Ma. Secepatnya saya main ke rumah."

"Tante, ayo pulang sekarang. Om Arga bisa marah nih," bujuk Fresica lagi. Sepupu Karren itu langsung menenteng tas Juwita. "Ayo, aku anter pulang, Tan."

"Ho-oh, Ma. Mending pulang sekarang deh, nanti papa marah lho," bujuk Karren. "Sica, antar mamaku pulang, ya."

Fresica mengangguk cepat. "Oke, siap."

Juwita menghela napas pasrah, dengan berat hati dia terpaksa beranjak bangun karena Fresica terus-menerus menarik tangannya. Padahal dia masih ingin duduk dan bercakap-cakap dengan Arjuna.

"Nak Juna, kita bertemu lain kali, ya." Juwita mengelus lembut lengan Arjuna. "Mama titip Karren, ya."

"Oh my God, Ma!" Karren memalingkan wajahnya, entah kenapa dia merasa sangat malu.

Awalnya Karren pikir Juwita akan marah-marah melihat Arjuna menciumnya, nyatanya Juwita malah terlihat senang seperti mendapat arisan. Karren sih, senang-senang saja kalau Arjuna diterima dengan baik oleh Juwita, tapi respon Juwita yang berlebihan itu justru membuat Karren khawatir.

"Hati-hati di jalan, Ma." Arjuna membungkuk sopan.

"Jangan lupa ikut Karren main ke rumah, ya," ucap Juwita lagi. "Pokoknya harus datang, nanti Mama kenalkan kamu sama papanya Karren."

Hey, My Boo! (END) LengkapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang