Bab 7

3.4K 317 2
                                    

"Lo ngapain di sini?"

Karren tersentak kaget. "Eh, kampret! Lo apa-apaan sih, Na?"

"Lah, kok malah nanya balik? Lo ngapain celingak-celinguk tengah malem, Bung? Di rumah sakit pula, lo sehat kan?"

"Sehatlah!"

"Lo lagi nyari siapa?"

"Nggak ada. Emangnya gue nyari siapa?"

"Balik tanya aja terus, Bung! Udah yuk, balik ke ruangan Jeng Dormi." Tatiana menarik tangan temannya. "Tadi begitu gue nyampe di sini, Jeng Dormi bilang kalo lo hilang. Makanya nih gue memberanikan diri keliling rumah sakit tengah malam gini demi lo."

"Bentar lagi juga pagi, Na."

"Masih tiga jam lebih."

Karren mencibir pelan, dia lantas membuka pintu kamar inap Jeng Dormi. "Lah, itu lekong malah ngorok."

"Ngantuk kali." Tatiana mengambil tempat duduk di lantai yang beralaskan tikar. "Gue juga ngantuk sebenernya. Eh, ngomong-ngomong lo bisa ada di sini karena ditelepon Jeng Dormi juga?"

"Ho-oh, harusnya sih, gue tidur cantik di kamar."

"Halah! Bilang aja lo mau berduaan kan sama laki lo? Eh, iya, lo datang sendirian, Bung? Mas Juna mana? Bukannya lo ikut ke apartemen dia?"

Mulut Karren langsung menutup rapat. Tiba-tiba saja dia langsung mengingat kejadian tadi, di mana dia tidak sengaja melihat sosok Arjuna bersama seorang perempuan.

"Bung, lo bawa charger hp nggak?"

"Charger? Nggak bawa, Na. Mana sempet bawa, tadi gue buru-buru banget sih."

Tatiana beranjak bangun. "Biasanya nih lekong bawa tas dan isi tasnya lengkap, Bung," ucapnya sambil membongkar isi tas Jeng Dormi.

"Awas, Na. Siapa tau duit gedenya."

Tatiana menoleh dengan cengirannya. "Dia mana pernah bawa duit lembaran, Bung. Kecuali kepepet aja, itu pun duit 20 ribuan. Gue malah takut isi tasnya malah gincu, bedak dan lain-lain."

Karren sontak terbahak. "Mengalahkan kita sebagai cewek asli dong, Na?"

Tatiana mengangguk pelan, kemudian dia menarik keluar benda yang dicarinya. Dia kembali merapihkan isi tas Jeng Dormi.

"Eh, beneran ada?" tanya Karren agak terkejut.

"Ada, kan udah gue bilang tas dia itu isinya lengkap kayak kantong doraemon. Bung, lo kebayang nggak kalau Jeng Dormi tiba-tiba belok terus suka sama Mas Juna?"

"Ih, amit-amit, Na! Lo nggak kira-kira kalo ngomong! Jangan sampe kejadian, Na. Masa gue kudu saingan sama dia?" Karren bergidik ngeri.

Tatiana sontak terbahak. "Geli, Bung!"

"Hey, ay denger suara kalian!" seru Jeng Dormi tiba-tiba.

Karren dan Tatiana sontak menoleh dengan mulut melongo. Etdah! Rupanya laki-laki yang sedang mereka bicarakan sudah bangun.

Jeng Dormi beranjak bangun. "Mentang-mentang ay tidur, seenak jidatnya kalian gosipin ay!" Jeng Dormi mengipaskan tangannya. "Panas banget, pasti karena tumpukan dosa kalian makanya ruangan ini jadi panas."

"Lo nggak pilih ruangan VIP sih!" celetuk Tatiana.

Jeng Dormi mendelik sinis. "Buang-buang duit aja!"

"Nah, kan! Lo memang pelit sih, Jeng. Padahal buat diri sendiri juga."

"Justru buat diri sendiri lebih baik hemat, toh ay juga baik-baik aja. Ay masih bisa hidup, tumbuh dan berkembang sebagai laki-laki cakep yang digilai banyak apem-apem seksi."

Hey, My Boo! (END) LengkapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang