Bab 24

2.8K 363 118
                                    

Yang belum pernah vote atau jarang vote, aku tunggu vote kalian. Hihihi. Bantu dukung penulis ya, hehehe.

.

.


Fresica menyelesaikan pose terakhir sebelum menghampiri Karren yang menunggu di kursi tunggu. Sepupunya itu sudah menunggunya selama 30 menit, berhubung Fresica melakukan pemotretan di dekat kantor tempat Karren bekerja. Sepulang bekerja, Karren langsung meluncur ke lokasi pemotretan.

"Sore ini panas banget, ya, Bung." Fresica menerima sodoran air minum dari Karren. "Kamu kok tiba-tiba ke sini? Apa karena sekalian mampir?"

Karren mengangguk, perempuan itu sedang memakan keripik kentang yang dia beli sebelum datang ke lokasi pemotretan. Fresica merupakan model yang baru memulai karirnya di Indonesia, sebab sebelumnya dia lebih senang berkarir di negara orang. Entah apa yang membuat Fresica memilih pulang ke Indonesia, mungkin karena dia tidak punya teman tidur setelah Karren kembali ke Indonesia.

"Aku mau ikut kamu, Mas Juna nggak bisa jemput karena ada kerjaan. Pemotretan kamu selesai sore ini kan?"

"Ho-oh, nanti aku ganti baju dulu terus kita cus pulang. Ngomong-ngomong gimana cerita perjuangan Mas Juna untuk minta restu Om Arga?"

Karren tiba-tiba saja terkikik geli kalau teringat perjuangan Arjuna. "Seru banget pokoknya, Mas Juna kelihatan hebat. Sebenarnya aku tau papa nggak mungkin melarang hubunganku dengan Mas Juna kalau bukan karena masalah serius. Di pertemuan pertama pun papa langsung menilai Mas Juna, keliatan banget tatapannya takjub begitu."

"Takjub kenapa?"

"Karena Mas Juna ganteng, sopan, ramah, dan pintar."

Fresica mengernyit heran melihat Karren begitu semangat memuji kekasihnya. "Iya, deh. Mas Juna yang segala-galanya."

Karren langsung terkikik geli. "Iya, dong. By the way, tadi aku liat di depan sana kok rame gitu, ya? Emang ada pemotretan lain selain kamu?"

"Ada dong. Di sana khusus untuk para senior. Berhubung kamu ngomong, aku mau cerita sesuatu nih." Fresica mendekat, tapi sebelum itu dia melirik kanan dan kiri supaya tidak ada yang mendengar percakapan mereka.

"Kenapa sih? Kok kamu keliatan waspada gitu?"

"Kan kita mau ngegosip, Bung. Sini deketan, nanti ada yang denger kalau kamu jauh."

Karren mendekat, tubuhnya agak condong ke depan. "Kenapa sih? Aku kepo."

"Di depan sana ada model senior yang sudah lama hilang, tapi tiba-tiba muncul lagi. Kemunculannya menggemparkan karena dia nggak muncul sendirian." Fresica menoleh ke sekitar untuk memastikan kalau tidak ada orang didekat mereka. "Model senior itu bawa anak, Bung."

Karren sontak menjauhkan kepalanya seraya melotot kaget. "Kok bisa? Dia menghilang karena jadi babysitter, gitu?"

Faresica langsung menggaruk kepalanya dengan ekspresi bingung. Bagaimana tidak bingung kalau dari sekian banyak kalimat yang dia ucapkan Karren malah menebak ke arah sana?

Fresica menghela napas panjang. "Kamu beneran ngerti atau pura-pura nggak ngerti sih, Bung?"

"Paham kok. Senior kamu itu jadi pengasuh anak orang kan makanya dia datang bawa anak?"

"Aku malah curiga kalau dia bukan mengasuh anak orang tapi anak sendiri."

Mata Karren melotot lagi. "Maksud kamu dia hamil dan sekarang anaknya sudah besar?!"

Hey, My Boo! (END) LengkapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang