Bab 33

2.9K 390 183
                                    

Yok, mari bersedekah dengan menyumbang sedikit votenya. 😍
Happy reading
.
.
.

Seorang pria paruh baya tergopoh-gopoh menuju suatu ruangan tempat anaknya dirawat. Tampilannya berantakan, mulai dari pakaiannya hingga ke tataan rambutnya. Dilihat dari ekspresinya, beliau tampak mencemaskan seseorang.

Tak butuh waktu lama, pria paruh baya itu telah menemukan ruangan tempat putranya dirawat. Sekali sentakan, pintu ruangan tersebut langsung terbuka.

"Javas!" paniknya. Pria itu mendekati ranjang, memeluk putranya yang masih dalam kondisi lemah. "Jav, kamu kenapa bisa kayak gini? Ini kenapa bisa seperti ini? Siapa yang melukai kamu? Bilang sama Papa, siapa orang itu, Jav?"

Beberapa orang di dalam sana langsung melongo, terkejut dan tak bisa berkata-kata sama sekali melihat kedatangan pria paruh baya itu. Jafir, pria paruh baya tersebut tampak tidak memerhatikan sekitarnya.

Arjuna yang lengannya diguncang beberapa kali pun tak sanggup berkata-kata. Kedatangan Jafir yang tiba-tiba tentu membuatnya tak menyangka. Setahunya, Jafir sedang berada di Las Vegas.

"Jav, mulut kamu masih berfungsi kan?"

Arjuna menghela napas panjang. "Masihlah, Pa. Maksud Papa apa tanya begitu?"

"Habisnya kamu nggak bersuara sama sekali." Jafir menghela napas lega, dia lantas mengedarkan pandangannya. Kemudian, dia tersentak kaget karena menyadari keramaian di dalam ruang rawat anaknya.

Tatapan Jafir bertemu dengan tatapan Arga. Kedua papa tersebut langsung saling melotot galak. "Apa lihat-lihat?" tanya mereka berdua bersamaan.

Interaksi tak baik tersebut membuat Arjuna mendesah pasrah. Sepertinya hubungan Arga dan Jafir masih tak membaik. "Papa kapan sampai di Indonesia?" tanya Arjuna.

"Baru beberapa menit yang lalu," jawab Jafir. 

Setelah mendapat kabar dari Dona, kalau anak bungsunya masuk rumah sakit dengan kondisi terluka parah membuat Jafir langsung memesan tiket dan terbang ke Indonesia. Sayangnya, dia baru mendapatkan kabar sehari setelah Arjuna masuk rumah sakit.

Tatapan Jafir mengarah kepada Karren yang duduk di samping Danina. "Itu, kamu juga kecelakaan?" tanyanya sambil menunjuk Karren.

Tangan Jafir yang sedang menunjuk ke arah Karren langsung jatuh ketika Arga menyentaknya dengan kekuatan penuh. "Ngapain kamu nunjuk-nunjuk anak saya?" Arga menatapnya penuh permusuhan.

Melihat itu, Jafir langsung menghela napas panjang. Padahal dia hanya ingin tahu kenapa Karren terlihat luka-luka, apakah dia juga mengalami kecelakaan seperti anaknya? Tatapan Jafir sekarang mengarah kepada anak sulung Arga.

"Itu siapa?" tanyanya lagi, dengan tangan menunjuk ke sana.

Lagi-lagi Arga menyentak tangan Jafir. "Ngapain nunjuk anak saya lagi?"

Jafir menghela napas kesal, lalu dia dengan asal menunjuk ke arah laki-laki yang berdiri di samping Farren. "Itu siapa? Anakmu juga?"

Arga kembali menyentak tangan Jafir. Kali ini mata Arga tampak melotot. "Jangan menunjuk anak saya seperti itu! Kamu mau apa? Mau ngajak ribut?"

Juwita langsung mengusap lengan suaminya. "Pa, cukup. Sabar dong, malu sama yang lain."

Arga mendengus. "Dari tadi Jafir menunjuk anak-anak kita seperti menunjuk barang, Ma. Papa nggak terima."

"Heh! Begitu saja repot," ejek Jafir. "Kalian semua sedang apa di sini? Anak saya butuh istirahat. Sebaiknya kalian semua keluar dari sini."

"Kamu baru datang sudah mengusir kami yang lebih dulu ada di sini. Papa macam apa kamu baru datang sekarang? Padahal anak kamu sudah dirawat sejak kemarin," sindir Arga.

Hey, My Boo! (END) LengkapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang