Bab 19

3.3K 383 133
                                    

"Iya, Pa. Aku langsung pulang kok setelah kerja nanti."

"Oke, Papa percaya sama kamu. Jangan sampai kamu bohong apalagi demi bertemu anaknya Jafir."

"Iya, Pa."

"Papa tutup, ya."

Tut tut

Karren menghela napas panjang, matanya menatap nanar pada ponsel di tangannya." Papa kamu nggak bilang apa-apa, Mas?"

Arjuna yang sejak tadi terdiam pun kini menggelengkan kepalanya. "Papa nggak memberitahu aku apa pun. Maksudnya, Papa merasa nggak bersalah."

Karren menoleh. "Nggak bersalah gimana?"

"Entah kenapa aku berpikir kalau papa kita berdua punya masalah. Makanya papa kamu keliatan marah begitu."

"Punya masalah? Tapi, mereka teman satu kelompok, Mas. Bisa dibilang mereka yang gabung diacara makan malam itu masuk dalam satu kelompok. Maksudnya, satu geng. Satu teman nongkrong. Bedanya, nongkrongnya mereka ini lebih elit."

Kali ini Arjuna yang menoleh. "Papa kamu nggak bilang apa-apa?"

"Nggak ada."

"Kalau mereka nggak ada masalah, terus kemarin malam ...."

"Nggak tau, Mas."

"Nanti kamu coba bicara sama papa kamu, tanyakan masalahnya apa."

"Oke, kamu juga tanya papa kamu, ya, Mas."

"Iya."

Karren melepas sabuk pengamannya sebelum turun dari mobil. "Kamu mau mampir, Mas?"

"Mungkin lain kali aja." Arjuna mengetuk kemudi mobilnya sambil berpikir. "Memangnya, Sica nggak ada di apartemen?" tanyanya ragu.

Karren membuka ponselnya, memperkirakan waktu kepulangan Fresica. "Hari ini dia ada banyak kegiatan, bisa jadi pulang nanti malam." Karren menoleh. "Memangnya kenapa, Mas? Kamu mau mampir?"

"Apa boleh buat, daripada kamu sendirian," jawabnya sambil melepas sabuk pengaman.

Melihat kelakuan Arjuna yang sok cuek tapi perhatian itu, Karren menjadi gemas sendiri. "Apa susahnya bilang kalau mau mampir? Sok-sokan banget tanya-tanya kapan Sica pulang."

Arjuna membuka pintu mobil seraya menjawab, "Aku nggak ada niat mau mampir kok."

"Aku nggak ada niat mau mampir kok," cibir Karren, mengulang kembali jawaban Arjuna.

"Cepet keluar!" seru Arjuna.

"Sabar!"

Sosok Arjuna yang biasanya cuek memang sudah tidak asing bagi Karren namun sikap Arjuna yang malu-malu ketika ingin mengungkapkan maksudnya tampak menggemaskan. Laki-laki itu akan mencari banyak alasan untuk menyamarkan maksudnya.

"Kapan-kapan aku main ke apartemen kamu lagi, Mas." Tangan Karren memeluk pinggang Arjuna. "Boleh kan, Mas?"

"Boleh. Tapi, tidak sekarang, ya." Arjuna menatap Karren tanpa ekspresi. Ekspresi favorit laki-laki itu. "Tunggu sampai hubungan orang tua kita membaik."

Bibir Karren langsung cemberut. "Sampai kapan, Mas?"

"Secepatnya."

Secepatnya itu kapan, Mas? Karren ingin bertanya, tapi dia sadar, Arjuna juga sedang berusaha untuk mencaritahu masalah yang terjadi diantara orang tua mereka.

Tidak ada keinginan lain darinya selain mendapatkan restu dari orang tua mereka. Karren mungkin tidak bisa membantu banyak. Tapi, dia akan berusaha bersabar dan mendukung Arjuna untuk mencuri hati papanya. Tugas Arjuna tidak sedikit, dan Karren paham akan hal itu.

Hey, My Boo! (END) LengkapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang