Tentang Dia 3

59 53 86
                                    

Pukul 16:50 WIB
Di ruang laboratorium

Kegiatan praktik di Labor telah usai dan menyisakan Gita, Dimas dan Clarisa yang saling bersiap-siap untuk pulang sedangkan Wildan dan Gibran mengantar hasil praktik dan buku-buku ke perpustakaan.

Langit kala itu menunjukkan bahwa hujan akan turun sangat lebat. Hal itu mulai terlihat ketika udara dingin mulai menyelimuti seluruh penjuru ruangan melalui ventilasi udara yang berfungsi dengan baik ditambah udara yang masuk melalui pintu yang kini semakin terbuka lebar.

"Gita, Dimas, aku pulang duluan ya, soalnya udah di jemput." Sambil memakai tas di punggungnya.

"Iya hati-hati ya!" Sambil melambaikan tangan.

Dimas yang mendengar itu hanya menunjukkan aksi setuju dengan menganggukkan kepala dengan santai.

Setelah selesai mengemasi barang-barangnya, Dimas pun menghampiri Gita yang masih sibuk dengan buku-bukunya. "Gita aku ambil sepeda dulu ya. Nanti tunggu aku di pos satpam," ujarnya.

"Oke. Jangan lama-lama ya, takut kehujanan di jalan nanti!" Sambil memakai tas dan mendapat respon positif dari Dimas.

Seperti yang telah di sepakati, kini Gita tengah berdiri di pos satpam menunggu kedatangan Dimas dan beo kesayangannya. Ya! Dimas memiliki sepeda yang diberi nama beo. Beo yang mempunyai corak hijau dengan sedikit warna kuning gelap di kedua rodanya menambah kesan menarik saat Dimas pertama kali melihatnya. Beo adalah kendaraan roda dua terfavorit Dimas sekaligus harta kesayangannya. Jika hari libur dan mempunyai waktu senggang, Dimas memilih untuk memandikan beo agar terlihat bersih dan tampak mengkilat dibanding sepeda yang dimiliki oleh orang lain. Demi beo apapun akan dilakukannya.

Tak berselang lama sejak Gita mulai menunggu di pos satpam karena manusia yang ditunggu telah memperlihatkan batang hidungnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tak berselang lama sejak Gita mulai menunggu di pos satpam karena manusia yang ditunggu telah memperlihatkan batang hidungnya. Tentu, Dimas muncul sambil memperlihatkan gigi rata dibalik senyumannya di atas beo yang kini dikayuh saat datang menghampiri Gita yang tengah bersandar di salah satu dinding pos satpam. Meski hujan sudah mulai turun, mereka tetap memutuskan untuk pergi dan Dimas tetap tidak berhenti mengayuh sepedanya walau kini hujan turun semakin deras.

"Dimas! Apa sebaiknya berteduh? Nanti lu sakit lagi!" Sambil menepuk-nepuk punggung Dimas.

"Mau berteduh?"

"Iyaa!"

Sebelum berteduh Dimas sempat berhenti di dekat pohon pisang dan mengambil satu helai daunnya.

"Untuk apa daun pisang?"

"Udah, nih pegang aja dulu!" Menyerahkan daun pisang tadi kepada Gita sambil kembali menaiki sepeda dan berhenti di salah satu toko yang kebetulan sedang tutup serta berteduh di sana.

Dan hal yang membingungkan adalah Dimas malah meletakkan daun pisang tadi di tempat duduk bagian belakang beo.

"Buat apa diletakkan di situ?"

Seru Berujung TanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang