-6-

5.8K 867 308
                                    

      [Name] tengah duduk di serambi depan dengan raut wajah khawatir. Sudah pukul 19.30 tapi Suna belum juga pulang. Kalaupun ada latihan malam paling telat itu jam 7 pas. Tapi ini suda lebih 30 menit. Apa ada acara ya?

      Tadi pagi Suna ngotot mau sekolah padahal dia belum pulih sepenuhnya. Katanya dia terlalu banyak absen. Apalagi latihannya. Nanti bisa bisa posisinya di gantikan orang lain.

     "Apa tuan di culik ya?" [Name] menepuk pipinya keras. Berusaha menghalau fikiran buruk yang mencerca.

      Suara ponsel dari dalam rumah membuat [Name] terlonjak dan langsung berlari masuk ke dalam. Siapa tau itu Suna kan?.

      Tanpa melihat siapa yang menelepon, [Name] menekan tombol hijau. "Hallo" ujar [Name] berharap orang  yang tengah menelponnya ini adalah Suna.

     "Apa benar ini nyonya Suna?" [Name] hendak menjawab bukan tapi ia baru ingat kalau dia sudah menikah dengan Suna yang otomatis membuat nya menjadi bagiand ari keluarga Suna.

    "Ah iya. " Jawab [Name] ragu.

     "Kami dari kepolisian. Suami anda sedang kami tahan di kantor" [Name] menyernyit. Apa jangan jangan salah sambung ya? Gimana kalau ternyata pak polisinya mau nelfon mama Suna bukan [Name]? Tapi ayah suna ngelakuin apa sampai di tangkap polisi?

      "Maaf pak kalau boleh tahu kenapa suami saya di tahan ya?" Tanya [Name] bingung. 

      "Suami anda kedapatan membawa bungkusan yang di duga berisi sabu. Dan dia juga terlihat seperti mengonsumsinya." Lah sejak kapan? Kok bisa.

       "Tapi masih dalam penyelidikan. Benda yang di bawa Saudara Rintarou juga masih di lab. Untuks sementara waktu tolong temani suami anda dulu di kantor" [Name] mengucapkan maaf dan berterimakasih.

       Segera saja ia meraih jaket dan tas selempang nya. Berlari secepat yang ia bisa. [Name] tidak mau ercaya dengan ungkapan polisi sebelum ia melihat hasilnya langsung. Lagipula masih penyelidikan kan?

      "Tuan apa anda baik baik saja?" Tanya [Name] begitu sampai di ruangan tempat Suna tengah duduk. Di hadapannya ada seorang polisi yang tengah berjaga.

     "[Name] aku gak pakai sabu" [Name] mengangguk faham . Ia juga tidak yakin Suna itu penyabu. Ya walaupun penampilan nya emang kaya yang nyabu.

     "Ah lebih baik tuan makan dulu ya. Obatnya belum di minum kan?" Entah kenapa berada di kantor polisi membuat nya gugup. Padahal kan dia gak salah apa apa.

     "Aku tidak nafsu" jawab Suna. [Name] mengerti. Mana mungkin Suna mau makan saat ia di jadikan tahanan seperti ini.

     "Pak tapi suami saya tidak memakai sabu " ujar [Name] berusaha meyakinkan polisi.

      "Kami tahu. Tapi untuk saat ini mari kita tunggu hasil lab ya" jawab pak polisi itu .

      Suna terlihat lebih melehoy dari biasanya. Mata sipitnya yang biasa menatap tajam orang. Justru kini terlihat sayu. Apalagi badan nya. Uh jangan di tanya. Udah kek jelly kayanya.

      [Name] juga ikut panik. Gak tau harus bagaimana. Ia hanya menunduk sesekali melihat sekitar. Ini tes lab nya kok lama banget sih?

     Suna juga tidak banyak bicara. Ia hanya duduk sembari memainkan jari jari tangannya. Ponsel nya juga di sita polisi dengan alasan penyelidikan. Siapa tahu suna sudah membentuk kelompok jaringan pengedar benda haram itu.

     "Suna-san maaf boleh aku tau bagaimana kronologi nya?" Suna menatap [Name]. Matanya merah seperti ingin menangis. Ia memang sering di sebut menggunakan sabu. Tapi tidak sampai di tangkap polisi.

Nikah Muda [Sunaxreader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang