Hai haii! yang ini bonus. Soalnya gua mau Hiatus. Gatau sampe kapan.
Pernyataan dokter memang benar. Setelah meminum obat [Name] tidak lagi merasakan mual atau sakit perut. Bahkan dua hari setelah ke dokter. Ia langsung haid. Alhamdulillah ya.
Tapi sekarang dia malah demam. Suhu tubuhnya bahkan mencapai 39° /lah covid dong. Becanda
Dan disinilah dia. Terbaring di kamar dengan kompresan di keningnya. Sejak pagi Suna melarangnya untuk keluar kamar. Sampai sampai ia tidak menyiapkan sarapan. Suna bilang tidak apa apa. Dia bisa membuatnya sendiri.
Btw inget terakhir kali suna masak? Yah ancurrrr
Hari ini ada ulangan harian. Suna ingin sekali tetap tinggal di rumah untuk merawat istrinya. Tapi tidak bisa. Ingin meminta mama atau adiknya untuk menjaga [Name] sementara. Tapi ternyata tidak bisa juga. Mereka punya urusan yang sama sekali tidka bisa di tinggalkan.
"Lapar" lirih [Name]. Tadi pagi Suna membuatkannya bubur. Tenang saudari sekalian. Suna buatnya bubur instan jadi masih bisa dimakan.
Tapi ini sudah jam dua siang. [Name] bukan tipikal orang yang gak mau makan pas sakit. Justru dia akan banyak makan, terlebih lagi sekarang ia sedang haid. Makanan adalah segalanya saat ini.
Perlahan mendudukkan diri. Tapi tidak sanggup. Kepalanya begitu sakit. Matanya juga buram. Ia tidak bisa melihat dengan jelas.
"Awh" desahnya. Memegangi kepalanya. Rasa pusingnya begitu kuat. Seperti ada berpuluh puluh pisau yang tengah menusuk kepalanya.
Tapi urusan perut tidak bisa dibantah. Dia tidak bisa tidur nyenyak.
Hidungnya memerah tidak hanya hidung. Tapi wajahnya juga. Rambutnya acak acakan. Matanya juga terlihat sayu. Seperti tidak ada semangat hidup.
"[Name]!" ujar suna khawatir. Segera saja dia merangkul tubuh sang gadis. Dan kembali membaringkan nya. Padahal [Name] sudah susah susah duduk eh malah di suruh rebahan lagi.
"Sebentar. Aku akan memindahkan ini dulu" ucapnya. [Name] mengangguk. Suna membawa banyak makanan. Membuat [Name] tersenyum penuh kemenangan.
"Tidak latihan?" Tanya [Name]. Suna menggeleng dengan senyuman. Mana mungkin ia betah lama lama di sekolah sedangkan istrinya tengah kesakitan di rumah.
"Enak?" Tanya Suna. [Name] mengangguk . Ia bisa duduk sekarang. Tapi rasanya berat. Bahkan untuk membuka mata pun rasanya sulit sekali.
"Mau tidur saja?" Tanya Suna. [Name] menggeleng .
"Lapar" ujar [Name] melahap sesendok makanan yang di sodorkan Suna.
Pemuda itu terkekeh pelan. Lantas kembali menyuapi istrinya.
"Habis ini mau makan apa" Tanya Suna.
"Kamu" - [Name]
Blushh~
Wajah Suna memerah. Ia menunduk malu. Ah istrinya begitu agresif ya.
"K-k-kalau mau, tunggu kau sembuh dulu" ucapnya gugup. [Name] menatap nya heran.
"Maksudku. Itu" ucap [Name]. Menunjuk ke arah pintu kamar yang terbuka lebar.
"Samu?" Tanya Suna memastikan.
Oh ternyata salah sangka. [Name] tidak begitu mendengar pertanyaan Suna. Ia justru memberitahu kalau ada Osamu di sana. Dan Suna juga salah dengar. Kata 'kamu' yang di ucapkan [Name] sebenarnya adalah 'Osamu' yang berarti [Name] memberitahukan keberadaan Osamu yang berdiri di belakang Suna. Yah dasar tuan muda nya aja yang kebanyakan ngarep.
"Oy setidaknya ketuk pintu dulu" ucap Suna.
Osamu tak menjawab. Ia malah berjalan mendekat dengan sekantong keresek dalam genggaman.
"Untuk [Name]" ucapnya. Menyerahkan kresek yang ternyata berisi onigiri buatan nya. [Name] berbinar. Sedangkan Suna masih tidak terima dengan kedatangan teman nya.
"Heh. Aku belum mengizinkan mu masuk ke rumahku" ucap Suna
"Memangnya jika aku izin kau akan mengizinkan?" Suna menggeleng. Gak juga sih .
"Dan lagi aku tidak sendirian. Yang lain nya juga datang" jelas Osamu. Suna terkejut lantas keluar dari kamar dan memeriksa ruang tamu. Hanya ada Atsumu yang sedang memakan kue kering di atas meja.
Pemuda bersurai emas itu melambaikan tangan nya. Dan kembali pada kegiatan nyemil nya. Gak merasa bersalah sama sekali ya.
Lah yang lain nya maksudnya Atsumu doang?
"Oh ini, Kita-san menitipkan ini" ucap Osamu mengulurkan sebuah botol berisi teh(?)
"Itu ramuan , buatan neneknya Kita-san" Osamu menjelaskan. Suna mengangguk. Sedangkan [Name] kini tengah fokus memakan onigiri dari Osamu.
"Maaf aku tidak latihan. " Ucap Suna. Osamu hanya mengangguk. Kita-san juga sudah mengizinkannya.
"Sekarang mau apa?" Tanya Suna. Teman teman laknat nya sudah pulang.
"Mau tidur " ucap [Name]. Suna senang, akhirnya gadis itu tidak lagi berbicara dengan bahasa baku padanya.
"Eh mau apa?!" Seru [Name] saat Suna ikut merebahkan tubuhnya.
"Tidur lah. " Jawabnya memeluk [Name] yang tengah memunggungi nya. [Name] hanya diam.
"Tidak. Sana pergi! Nanti kamu ikut sakit!" Ucap [Name] melepaskan tangan Suna yang melingkar di pinggangnya.
"Gapapa. Nanti jadi sakit nya barengan" jawab Suna enteng. Ia malah semakin mengeratkan pelukannya.
[Name] pasrah. Ia juga ngantuk dan pusing.
"[Name] kamu tau? De---Tidak tahu!" Bantah [Name]. Suna mendengus."Demam itu bisa berpindah loh" ucap nya. [Name] hanya memejamkan matanya.
"Dengan ciuman" bisik Suna dengan nada rendah. Tepat di telinga [Name]. Membuat gadis itu segera membuka matanya.
"Mesum!" Gumam [Name]. Yah maaf mas anda kurang beruntung.
"Yah [Name~" keluh Suna. Ia menenggelamkan wajahnya di punggung si gadis.
Tanpa diduga [Name] membalikan tubuhnya dengan cepat. Menatap Suna sekejap
Cup
Lantas mendaratkan ciuman singkat.
Suna terdiam dengan mata yang membola. Sedangkan [Name] terlihat datar dan biasa saja.
"Ayo tidur" ucap [Name]. Sebenarnya dia juga sedikit malu melakukan itu. Tapi yasudah lah. Hadiah untuk Suna.
Suna tersenyum saat [Name] memeluk tubuhnya . Dan menempelkan wajahnya di dada bidang Suna. Kembali pada posisi ternyaman sedunia.
"Ehh sudah berani ya" kekeh Suna. Lantas menuju alam mimpi bersama.
Bersambung.
Gak jadi hiatus ah. Yang tadi bercanda doang. Sampai jumpa nanti ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Nikah Muda [Sunaxreader]
Short Story"Selingkuh tuh milih milih dong. jangan sama yang kurus ceking kaya gak punya semangat hidup kek dia"-Suna "maafkan saya tuan"-[Name] [Name] dan Suna, pasutri muda yang bersatu karena permintaan terakhir sang nenek sebelum beliau meninggal...