Chapter IV

3.5K 537 57
                                    

Bugh!

Satu pukulan mendarat apik ke pipi Jay membuat pemuda blasteran itu tersungkur dengan ujung bibir yang sobek. Doyoung dan Jungwon nampak berusaha melerai perkelahian itu tetapi malah semakin brutal.

"Woy anjir, udah bangsat mau bel masuk" Alih-alih berhenti, badan Doyoung justru terhuyung ke belakang karena dia tidak punya tenaga sebesar dua orang tadi.

Jungwon juga berusaha menarik Jas sekolah yang dikenakan oleh Jay tetapi malah terdorong karena pemuda itu terus melawan.

Pelakunya tak lain dan tak bukan adalah Jeongwoo.

"Lo bangsat pagi buta kek gini nyari gara-gara!" teriak Jeongwoo dipuncak amarah.

Bugh!

Jay menendang perut Jeongwoo, yang mengakibatkan keduanya tumbang ke lantai beton parkiran sekolah. "Sialan. lo duluan bajingan!"

Belum selesai, Jay nampak berdiri dan mendekati Jeongwoo, memberikan satu pukulan terakhir sebelum akhirnya dia mengambil tasnya dan pergi dari tempat kejadian perkara.

"Anjrit pagi pagi lu udah bonyok kek gini, orang gila!" Doyoung menyumpah didepan muka Jeongwoo, meski begitu ia tetap merangkul Jeongwoo untuk dibawa ke UKS.

***

"Gapapa kok, lecetnya ga banyak, cuma emang pipinya lebam semua." Mashiho selaku Ketua PMR dan pengurus UKS menjelaskan pada Doyoung.

Lantas pemuda kim itu menoleh ke arah Jeongwoo yang sedang tertidur selepas meminum parasetamol tadi. Memprihatinkan.

"Anu, ini apa ga ada bius atau apa kek, kasian ntar bangun pasti sakit semua tu muka" tanya Doyoung.

Mashiho mengangguk, "nanti pas pulang sekolah sekalian mampir ke apotek aja, beli obat pereda sakit, banyak kok macemnya, nanti dikasih sesuai dosis sama Apotekernya."

Meski, Jeongwoo maupun Jay tidak terkena skors sama sekali terkait perkelahian mereka pagi tadi, mereka tetap diberi hukuman ringan yaitu melaksanakan piket kelas seminggu penuh.

"Jeongwoo kenapa?" Haruto melangkahkan kaki ke dalam UKS setelah mengantarkan temannya yang pingsan akibat kelelahan saat mata pelajaran Olahraga.

Doyoung panik.

"Gaㅡga, anuㅡ"

"Kok sampe kaya gini?" Haruto melemparkan death glare pada Doyoung.

Yang diberi pertanyaan memilih terdiam beberapa saat, mencari-cari alasan supaya Haruto tidak terus terusan menanyainya. "Dia jatoh."

"Mana mungkin jatoh sampe bonyok kaya gini, adu jotos mah iya." Kata Asahi saat ikut nimbrung setelah mengambil minyak kayu putih untuk temannya yang sakit di kelas.

di belakang punggung Haruto yang sedang mengelus rambut Jeongwoo, Doyoung memberi kode Asahi agar diam.

Jeongwoo mengatakan padanya sebelum ke kemari untuk tidak memberitahu Haruto apapun tentang perkelahian tadi.

Bisa gawat kalau sampai Jeongwoo bangun dan menemukan Haruto sedang menunggunya di UKS.

"Luㅡmasih ada kelas kan? mending sekarang balik ke kelas. Kalo ketinggalan pelajaran Pak Jaehwan, mampus lu kudu muterin lapangan." usir Doyoung sambil mendorong bahu Haruto untuk keluar dari ruangan itu.

"Tapi Jeongㅡ"

"Gampang, kan ada gue!" Jawab pemuda itu sambil memberikan dua Jempolnya.

Tetapi Asahi belum pergi, Ia masih berdiri di sebelah Mashiho dengan muka datar. "Lu yakin dia jatoh?"

"Yaelah kaga, dia gelud sama anak kelas 12" Jawab Doyoung dengan sewot, ini robot luar angkasa kenapa nanya mulu heran dia, mana mulutnya nggak bisa terkondisikan.

Pemuda kim itu menoleh sebentar ke arah Jeongwoo. dia tau apa yang membuat cowok bloon ini anarkis di pagi buta seperti tadi. Iya, dia cemburu.

"Eh, Kak. pas wonyoung pingsan kemarin, yang ngurusin disini siapa?" Tanya Doyoung ke Mashiho.

Cowok mirip hamster itu terdiam sebentar, "Aku kayanya nitipin dia ke Haruto sama Asahi soalnya waktu itu ada ulangan dadakan"

"Eh tapi kamu lihat ga sih tatapan Haruto ke Wonyoung tuh kaya beda gitu?"

Malah gibah.

"Gue juga baru mau bilang gitu kak" Ternyata bukan dia saja yang merasakan bahwa dua anak manusia itu sikapnya berbeda bila berada di dekat satu sama lain.

Mashiho berpikir sebentar, "Apa mungkin mereka saudaraan?"

"Nggak mungkin deh kak, soalnya Haruto tuh Jepang tulen, dia bilang kalau di Korea ini dia sendiri" balas Doyoung, meragukan ucapan Mashiho.

"Mereka kalau pacaran pasti lucu, malu malu kucing gitu." Doyoung hanya tertawa canggung sambil mengangkat jempolnya.

Dan tanpa mereka sadari, Jeongwoo mendengar semua yang dikatakan oleh mereka berdua sedari tadi.

***

"Park Jeongwoo." panggil Haruto begitu melihat Jeongwoo berjalan ke arah Parkiran sekolah sendirian.

Alih-alih menoleh, Jeongwoo terus berjalan seolah tidak mendengarnya. Bukan hanya wajahnya yang sakit, hatinya lebih dari itu.

"Jeongwoo. Park Jongu.." Langkahnya terhenti lantas ia mengangkat kepalanya. "kenapa?"

Haruto paham betul ada yang tidak beres dengan pacarnya itu hari ini. "Lo kenapa, di telpon ga diangkat, bahkan lo nutupin ini dari gue. kenapa?" tunjuk nya pada luka dipipi Jeongwoo.

"Aku gapapaㅡ"

"Jangan bohong!" bentakan Haruto berhasil membuat Jeongwoo mundur beberapa langkah. "Kalau ada apa-apa, plis bilang ke gue jangan kaya gini!"

Beruntung nya saat itu koridor belakang sedang sepi, karena memang hanya tinggal anak dance dan basket yang sedang ada jam, sementara siswa lain sudah pulang sedari tadi.

"Kamu Jogging sama Wonyoung kan kemarin? kamu bantuin dia waktu pingsan di UKS. dan kamuㅡ" Jeongwoo tak melanjutkan ucapannya. Matanya berkaca-kaca tetapi dia tidak selemah itu.

"ㅡKamu nganterin dia pulang sementara aku yang nebeng sama kamu malah kamu tinggal gitu aja. jelasin, aku kurang apa sama kamu?" Pelan, tanpa emosi namun mampu menusuk ulu hati Haruto.

Jeongwoo berbalik badan, tapi sebelum itu ia berucap "nggak ada orang yang baik-baik aja saat pacarnya lebih sayang sama orang lain."

Pemuda Jepang itu kini hanya dapat terdiam membisu, ia sangat mencintai Jeongwoo-nya, disisi lain ada Wonyoung juga.

Haruto paham, Wonyoung tidak salah sama sekali dalam masalah ini. sumber masalah ada di dirinya.

"Ada waktu ga?" Mashiho muncul tiba-tiba dari belakang Haruto.

***
Chapter IV : One Choice

[  ...  ]

nb. kece up setiap hari(╯︵╰)

I DON'T LOVE YOU | HAJEONGWOO ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang