Chapter XII

3.4K 480 79
                                    

"Lo masih pacaran sama Wony?" tanya Junghwan sambil mengunyah permen karetnya.

Haruto mengangguk kecil, "masih."

Hening. Hanya ada suara kendaraan yang lewat dijalan raya seolah menjadi pengiring diamnya mereka.

Pertemuan tiba-tiba ini dicetuskan oleh Haruto kala ia tidak sengaja bertemu Junghwan setelah pemuda itu pulang Taekwondo dengan alasan 'Reunian'.

"Gue mau pulang ke Jepang, lusa. lanjut kuliah disana dan mungkin ga balik lagi ke Korea" ujar Haruto perlahan.

Junghwan mengangguk paham namun tak menjawab apapun. Terlalu canggung.

"Gue boleh minta satu hal, ke lo?"

Yang lebih muda menolehkan kepalanya, "Apa?"

"Jaga Jeongwoo buat gue."

Junghwan mengadahkan kepala untuk menatap langit seoul yang bertabur bintang malam ini kemudian tertawa samar, "Tanpa lo minta pun, gue bakalan jaga dia semampu gue."

"Oh iya, lusa Jeongwoo balik ke Seoul. Gue harap lo bisa dateng buat jemput dia di stasiun, sekalian pamitan langsung ke dia."

Haruto tak menjawab dan membiarkan Junghwan pergi menaiki skateboard nya di trotoar. Meninggalkannya seorang diri dengan rasa bersalah yang merongrong begitu dalam.

[ I Don't Love You ]

Persawahan dan matahari pagi tersaji indah bak lukisan dibalik kaca jendela kereta bernomor 346 tujuan Seoul.

Jeongwoo duduk dengan gusar di tempatnya, sesekali memeriksa arloji dan meneguk minumannya karena jujur, Waktu berlalu begitu lambat.

Seseorang telah menunggunya sejak 30 menit yang lalu tanpa sepengetahuan Jeongwoo sebab sebelumnya Junghwan berkata dia ada Ulangan jadi tidak bisa datang menjemput.

Jeongwoo sendiri tidak berharap banyak, dia hanya butuh cepat cepat sampai supaya lekas bertemu dengan Doyoung dan Yedam, berencana akan membicarakan sesuatu.

Dari pengumuman yang disiarkan, Pemuda itu sebentar lagi akan tiba ke tempat tujuannya. Bahkan, sekarang Jeongwoo sudah ada di depan pintu kereta sambil menarik kopernya.

Betapa terkejutnya Jeongwoo saat seorang pemuda berbadan tegap berdiri dengan senyum lebar dan sebuah rentangan tangan untuk menyambut dirinya tepat saat pintu kereta terbuka.

Tanpa menunggu, Jeongwoo berjalan masuk ke dalam pelukan pemuda itu, senyum lebar terpatri di wajah manisnya.

Pelukan yang amat sangat ia rindukan dan diam-diam menjadi candu nya.

"Dasar, gue kiraㅡ"

"...gue bisa ikut ulangan susulan besok"

Junghwan mengusak rambut Jeongwoo dengan gemas, ia juga amat merindukan kakak tingkat kesayangannya ini. Sangat.

"Gimana tadi perjalanannya?" tanya Junghwan.

Mereka memutuskan untuk singgah sebentar di Kantin Stasiun karena hari masih terlalu pagi, Malas pulang cepat-cepat.

Yang lebih muda mengulurkan sebuah roti yang telah dibuka kemasannya dan sekotak susu.

Jeongwoo menerima pemberian itu kemudian memakannya perlahan sebelum menjawab pertanyaan Junghwan. "Gue tadi kepagian jadi harus nunggu, mana dingin bet."

"Lo kebiasaan ga sarapan jadinya kaya masuk angin kan?" balas Junghwan, Jeongwoo mengangguk dengan cemberut.

Sedang asik memperhatikan Jeongwoo yang sedang memakan rotinya, Junghwan ingat satu hal. "Lo.. masih ada rasa sama Haruto?"

Gelengan diberikan oleh Jeongwoo, "Ya mungkin ada sedikit tapi kalau untuk balikan, gue sadar diri aja sih."

Jawaban itu mampu membuat perasaan Junghwan lega seketika.

[ I Don't Love You ]

"Sekarang gue tanya, dia siapa?" tanya Haruto. Suara bariton nya menyapa indra pendengaran Wonyoung.

Gadis itu memainkan rambutnya, mencari-cari jawaban yang tepat untuk diberikan kepada Haruto.

"Kak Jeno cuma temenㅡ"

"TEMEN MANA YANG TUKERAN LUDAH, WONY!" bentak Haruto sambil menunjuk tepat didepan muka Wonyoung.

Amarahnya tak dapat lagi ditahan setelah Dohyon mengirimkan pesan berupa bukti Kekasihnya itu berciuman dengan seorang pemuda asing yang tak dikenal olehnya.

Wonyoung mengangkat wajahnya, "Fine. Lagipula aku nerima kamu waktu itu cuma biar kamu nggak malu dilapangan."

Ini yang dinamakan Karma?

"Maksud lo apaanㅡ"

"Gimana aku bisa cinta sama orang yang tempramental kayak kamu? nggak akan." jawab Wonyoung kemudian berjalan pergi begitu saja.

Meninggalkan Haruto dengan tangan berdarah akibat berulang kali meninju dinding didepannya.

Haruto menundukkan kepala. Sakit. Dadanya sesak bukan main. Jadi begini rasanya Jeongwoo waktu itu.

Namun mengapa Jeongwoo mampu nampak amat tegar didepannya?

"Jeongwoo.. maaf.. maafin gue"

Beribu kata maaf pun mungkin tak dapat menyembuhkan luka Jeongwoo hingga saat ini, luka yang disebabkan oleh dirinya hingga Jeongwoo memutuskan untuk pergi jauh.

"Jeongwooㅡ"

[ I Don't Love You ]

Cahaya terang menyapa indra pengelihatan Haruto. Pemuda itu mengernyitkan dahi, sebab ruangan yang ia tempati sekarang sangat asing untuknya.

"Gue di.."

"Tangan lo luka sampe bengkak gitu, kenape?" tanya Asahi begitu melihat Haruto telah sadar dari pingsannya.

Jaehyuk datang dengan air putih dan beberapa buah ditangannya. "Kita nemuin lo didepan Lift Apartement. Kenapa?"

"Putus dari Wonyoung pasti, yahahaha" Lanjut jaehyuk dengan bercanda.

"Iya. gue putus sama dia."

.
.

Chapter XII : Congratulations.

besoooook lasttt

I DON'T LOVE YOU | HAJEONGWOO ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang