"Maaf aku ga sengaja denger kamu berantem sama Jeongwoo tadi," ujar Mashiho dengan Jujur.
Haruto tidak tahu harus bereaksi apa apa selain tersenyum canggung, "Maaf kalauㅡ"
"Ngga, harusnya aku yang bilang gitu, kamu ternyata pacaran ya sama Jeongwoo, aku pikir saat liat kalian gandengan, kalian cuma sahabatan" jawabnya.
Ada keheningan sesaat diantara mereka, Haruto membuang pandangan ke arah lain karena ia pun tidak mengerti bagaimana harus bereaksi.
"Kak, kalau kakak udah tau, bisa tolong rahasiain aja?"
Mashiho mengernyitkan alis, "Ini bukan hal yang memalukan, maksudku apa yang perlu ditutupi. Kamu malu punya pacar Jeongwoo?"
Pemuda Jepang itu mengangguk pelan, "bisa kan, kak? jangan kasih tau siapapun?"
***
Jeongwoo pulang dengan mata berkaca-kaca setelah ia masuk ke kamarnya diiringi bantingan pintu, ia menangis keras dengan perasaan yang hancur.
Kehidupannya terasa melelahkan. Tak ada satupun pesan atau telepon yang masuk dari Haruto hingga malam hari, bukti bahwa benar perhatian Haruto telah teralihkan sepenuhnya.
Setelah menangis hampir dua jam, Doyoung dan Junghwan datang berkunjung dengan sekotak Donat dan beberapa minuman dingin, niat hati ingin menghibur kapten futsal itu.
"Besok gausah sekolah deh, maen aja kita" Kata Junghwan sambil mengunyah donat ke empat nya.
Doyoung menggeleng tidak setuju, "nanti kalau bolos mulu goblok kita"
"Haruto kemana?" Jeongwoo melantur dengan mata yang menatap lurus ke arah tembok kamarnya yang berhiaskan Poster Avenged Sevenfold.
"Di apartnya, Woo.."
Jeongwoo mencebikkan bibir lantas meletakkan donatnya, "Ga laper."
"Haruto kenapa ga ngechat ya?"
Doyoung dan Junghwan berpandangan.
"Gue tadi denger semua, Dob, Sakit dikit tapi gapapa. udah biasa" makin melantur. Doyoung mengusap bahu sahabatnya itu, mencoba menguatkan lewat sentuhan meski tanpa berkata-kata.
Sesaat kemudian, Junghwan memutuskan untuk datang ke rumah Jihoon, minta diantarkan ke Apartement Haruto.
Ia harus membuat perhitungan dengan pemuda itu.
***
Junghwan memang menemukan Haruto, tetapi sedang berangkulan mesra dengan Wonyoung di Taman dekat Apartement Haruto.
"heh bangsat!"
"Mata lo dimana lebih milih ni Jalang dari pada Jeongwoo yang lagi nunggu chat dari lo di rumahnya, lo kaga kasian dia bonyok semua gara-gara Abangnya ni orang?"
Jihoon yang saat itu melihat adu mulut Junghwan dan Haruto memilih untuk diam saja karena dia suka kerusuhan.
bugh!
"Buat rasa sakit yang Kak Jeongwoo rasain sekarang!" satu kepalan tinju mendarat di perut Haruto.
bugh!
"Balas dendam gue karena lo ngejadiin Kak Jeongwoo taruhan!"
Nyeri menjalar ke seluruh tubuh Haruto, ganjaran atas tindakan bodohnya selama ini dan atas kesalahan yang ia perbuat pada Jeongwoo termasuk, Menduakan pemuda itu.
"Apa? mau gue tonjok juga?" ujar Junghwan sengit kepada Wonyoung.
Melihat Haruto sudah tidak lagi sanggup untuk melawan, Pemuda So itu menunjuk tepat didepan muka Haruto. "Loㅡsemoga bahagia sama ini orang. Ga perlu nemuin Jeongwoo lagi, dia ga butuh bajingan kaya lo!"
Junghwan harap, dikehidupan selanjutnya, Jeongwoo tidak perlu lagi bertemu dengan pemuda tidak tahu terimakasih seperti Haruto, ia benar-benar tidak ingin Jeongwoo tersakiti untuk kesekian kali karena cintanya pada Si Watanabe.
"Kasian Jeongwoo, pasti dia nangis dikamarnya" ujar Jihoon sambil merangkul bahu si bungsu.
"Kata mamahnya dari sore malahan" Jawab Junghwan membenarkan ucapan Jihoon.
"Maklum namanya juga cinta, pasti ada posisi kaya gitu, pasang surutnya."
Si Bungsu memakan eskrimnya, "Abang pernah?"
"Pernah apa?"
"Ada diposisi Kak Jeongwoo?"
Jihoon tertawa samar, "Dulu, sering."
***
Jeongwoo membuka lokernya pagi ini dan menemukan Roti isi daging dan sekotak susu cokelat serta notes dari Haruto yang mengingatkan untuk tidak telat memakan sarapan. Jeongwoo yang hari ini sengaja masuk sekolah pagi-pagi sekali sengaja agar tidak bersitatap dengan calon mantan Pacarnya itu malah menjadi muram karena makanan yang ia dapatkan pagi ini.
"Lo mau? gue kurang suka daging asap"
Makanan itu kini beralih tangan.
"Tau aja gue belum sarapan, makasih ya!"
Setelah pertengkarannya dengan Haruto tempo hari, Jeongwoo memilih mengalah dan mencoba melepaskan Haruto sedikit demi sedikit hingga hatinya siap menerima bahwa yang diinginkan Haruto sebenarnya bukan dirinya.
Pribadi Jeongwoo menjadi berubah sepenuhnya, tidak ada lagi senyum yang tercipta dari wajah manis itu. Hanya kemuraman dan sifat dingin yang terpancar darinya.
Ia tidak lagi mencoba mencari kabar Haruto, perhatian dan tak lagi mengharapkan cinta seperti hari kemarin. hanya kelabu yang menyelimuti harinya.
"Gue denger, Haruto deket sama Wonyoung sekarang. udah putus sama lo?" tanya Yedam dibalas gelengan Jeongwoo.
"Belum ada kata putus, tapi mungkin sekarang udah." Jawabnya diselingi senyum getir yang menyayat.
Yedam menoleh pada Jeongwoo, menelisik wajah hampa itu, "Lo ga cinta sama dia?"
"Cinta. haha. Gimana bisa gue cinta sama orang yang bahkan hatinya ga pernah mau buat gue gapai?"
Chapter V : The Hell
[ ... ]
nb. hayoloh hayoloh~
KAMU SEDANG MEMBACA
I DON'T LOVE YOU | HAJEONGWOO ✔
Fiksi Penggemar"Kalau gue bilang gue ga cinta sama lo, itu artinya gue bohongin diri sendiri, Park Jeongwoo." #2 in Hajeongwoo 01/09/22 #1 in Hajeongwoo 04/09/22