TOK! TOK! TOK!
TOK! TOK! TOK!Suara ketukan pintu yang keras dan berulang membuat Reino terbangun. Sedari siang, dia berada di rumah sakit untuk menemani sang kakak, tetapi ibunya datang dan menggantikannya, dia meminta Rei untuk beristirahat di rumah. Reino tentu tidak menolak. Jika dia sampai kelelahan dan sakit juga, kedua orang tuanya pasti kewalahan karena kakak beradik itu memiliki kebiasaan ngidam makanan aneh saat sakit. Misalnya saja tadi, Wendy mendadak ingin makan durian ketika bangun tidur. Alhasil Ayah mereka berkeliling Jakarta untuk mencarinya. Entah sudah dapat atau belum.
Kembali pada ketukan pintu, Reino bersumpah akan meninju wajah siapapun itu yang mengetuk pintu rumah orang selarut ini. Pemuda dengan tinggi badan 171 cm itu membuka pintu rumahnya dengan tangan kanan terkepal.
"Lo ngapain sih?" Ujarnya kesal ketika melihat Jeno berdiri di depan pintu rumahnya dengan tampang acak-acakan.
"Suruh masuk dulu kek..."
"Eits..." Reino menahan tubuh Jeno, lalu menghantamkan tinju ke wajahnya hingga ia jatuh tersungkur. Si kelahiran April itu menatap sahabatnya heran.
"Apa-apaan?"
"Masuk..." kata Reino mempersilahkan. Reino tertawa pelan. "Gue udah bikin sumpah serapah bakal ninju orang yang ganggu tidur gue, dosa kalau nggak ditepati," jelasnya. Plus kapan lagi bisa ninju preman kampus, imbuh Reino dalam hati.
Jeno berdiri, lalu masuk ke dalam rumah Rei tanpa berkomentar. Ia meletakkan tas ranselnya di atas sofa sebelum merebahkan tubuhnya.
"Kenapa lo? Muka gelap amat kayak pantat panci gitu..."
"Gue lupa kalau panggilan orang tuanya hari ini, tadi pas lagi siaran emaknya Titan nelpon gue, dia udah di kampus. Mana sama Sevina. Paniklah gue, langsung cabut ninggalin Karina," jelas Jeno. Rei menggelengkan kepalanya.
"Bego lo! Susah-susah gue bujuk Lucas biar nggak dateng buat wawancara, eh ternyata malah lo tinggal?"
"Sekarang Karina ngambek noh, gimana gue minta maafnya?"
"Beliin bunga atau coklat, atau boneka..."
"Kayak pacaran aja..."
Reino menjitak kening Jeno. "Terus mau lo apa? Ngapain kesini?"
"Gue punya ide cemerlang, makanya gue kesini," kata Jeno.
"Emang lo punya otak?"
"Sialan!" Jeno menendang pelan lutut Rei. "Tadi tuh Karina keliatan takut banget lo bakal marah sama dia karena siarannya nggak kelar. Nah, lo pura-pura aja marah beneran sama dia, terus bilang, lo maafin dia karena gue mohon-mohon sama lo."
"Buat akting 100 ribu, buat bohong 150 ribu, totalnya 250 langsung aja transfer ke rekening gue."
"Kan kan... Lo tuh sama temen sendiri..."
"Ya udah diskon temen jadi 200 ribu."
"Rei?..."
"Iya deh iya beliin gue cilok sama goodmood aja," kata Reino. Senyuman Jeno kembali merekah.
"Gitu dong..."
"Tadi gimana Tante Dewi?"
Jeno merubah posisi duduknya menjadi tegak. "Gue kaget pas tau dia ketemu Sevina di depan kampus. Lo tau? Sevina ngaku-ngaku jadi pacarnya si Titan. Gila aja..."
"Lah emang bukan?"
"Bukan. Titan emang minta no hpnya, tapi buat Lucas. Dia mah nggak doyan sama cewek kayak gitu."
"Elo yang doyan?"
"Enak aja! Gue ini lagi berusaha dapetin Karina."
"Emang Karina mau sama lo?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Yin-Yang [SUDAH TERBIT]
Fanfiction_____________________________________________________ Lee Jeno of NCT. A story by: @fifoldiar Genre : fiksi penggemar, lokal au, roman. Jeno tidak pernah tertarik pada gadis polos dan pendiam, dia bukan Nagendra yang suka mencari topik hingga...