15. Ada Juga Hari Yang Lebih Buruk

310 75 2
                                    

"Makasih tumpangannya," kata Karina. "Mulai nanti dan seterusnya, lo nggak perlu antar-jemput gue, atau gantiin posisi Jeno. Jangan khawatir, gue udah mikirin ini sepanjang jalan tadi. Gue akan nunggu Jeno, sampai titik terendah gue. Lagi pula, belum ada kata putus di antara kita. Jadi lo nggak perlu cemas."

Erland hanya mengangguk singkat. Karina menutup pintu mobil dan Audi berwarna putih itu berlalu menuju tempat parkir. Inilah kampus. Entah mengapa, pemikiran ini muncul begitu saja di kepalanya: Apa yang istimewa dari kampus jika Jeno tidak ada?

Karina tidak memiliki jadwal sebelum pukul 10. Dia datang untuk siaran keduanya. Hari ini giliran Karina dan Reino untuk siaran. Untuk menuju ruang siaran, ada dua jalan yang bisa dilalui. Satu, melalui Fakultas Teknik (yang jelas sering dihindari karena kebanyakan mahasiswa laki-lakinya selalu nongkrong di tangga) dan kedua melalui lapangan utama di depan Fakultas Sport Science.

Opsi kedua terasa lebih baik. Karina melangkah menuju lapangan utama, yang juga lokasi dimana festival musik biasa diadakan. Ada beberapa panitia disana, termasuk Mark. Mereka kelihatan sibuk memasukkan kembali semua alat ke dalam ruangan. Tetapi kenapa? Gadis Jovanka itu menghampiri si Ketua BEM.

"Mark? Kenapa alat-alatnya dimasukin lagi?," tanya Karina. Sepengetahuannya, festival musik diadakan satu minggu lagi. Alat-alat itu harus berada disini untuk geladi.

"Oh... eh. Masalah Jeno masuk berita, jadi pihak kampus nunda festival, diganti ke hari ulang tahun sekolah, dua minggu lagi," jawab Mark. Dari wajahnya, Karina tahu Mark merasa tidak enak menjelaskan semua itu. Terlebih lagi, berita kencan Jeno dan Karina telah tersebar ke seluruh kampus sejak hari dimana Jeno menggendongnya di depan umum. Semua orang menganggap Karina Ratu Dadakan. Gadis yang biasa-biasa saja mendadak menjadi spesial karena Jeno Aldrian Belantara, Rajanya kampus. Karina tidak yakin, apa anggapan itu masih bertahan sampai sekarang.

Karina hanya bisa mengangguk. "Makasih infonya," ucapnya. "Gue duluan ya? Mau siaran..."

"Iya. Semangat!"

Semangat? Benar, siaran adalah salah satu kegiatan yang Karina idam-idamkan. Hanya saja sekarang hal itu terasa salah. Tidak ada perasaan menggebu-gebu seperti awal dia memulai ini.

"Selamat pagi. Ini adalah siaran pagi radio kampus dengan DJ Reino dan..."

"Karina."

"Ya, Karina ini DJ baru yang berbakat dan suaranya bagus. Dijamin kalian nggak akan bosen dengerin dia," kata Reino. Karina tersenyum kecil. Pujian yang Reino berikan sangat berlebihan.

"Ada beberapa hal yang akan kita sampaikan hari ini. Pertama, hasil penilaian mural mahasiswa seni rupa akan diumumkan dua hari lagi melalui Instagram, Facebook, dan Twitter resmi kampus."

"Yang kedua, untuk kalian yang mau dukung tim basket bisa beli tiket di UKM Olahraga, cuma 15 ribu. Uang dari penjualan tiket akan disumbangkan untuk penanggulangan banjir."

Karina membalik kertas berisi catatan poin-poin pengumuman. Raut wajahnya berubah ketika melihat poin ketiga. "Fe–" Gadis itu terdiam.

Melihat ekspresi Karina, Reino ikut membalik kertas catatannya. Pria berperawakan mungil itu menyesal. Kenapa dia tidak memeriksa ini sebelumnya?

"Festival musik diundur menjadi tanggal 12 Agustus, di hari ulang tahun yayasan, mengingat berita kriminal salah satu mahasiswa..."

[◇♤♡♧]

Semua orang di kampus tahu, Jeno bukanlah orang yang mau beramah-ramah dengan orang lain kecuali keluarga, teman, dan Karina-nya. Hanya saja, Pak Burhan adalah pengecualian lain.

Yin-Yang [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang