Ketika semuanya gelap, yang pertama kali muncul di pikirannya adalah "Apa aku buta?". Ketika tidak ada yang terdengar, dia pikir dirinya juga tuli. Namun ternyata itu hanya sementara, efek samping karena dia baru membuka mata setelah sekian lama.
Pemuda itu mengerjapkan mata untuk menyesuaikan cahaya. Semuanya kabur. Ketika matanya mulai berfungsi seperti semula, yang pertama kali dilihatnya adalah dinding putih. Lalu suara gaduh terdengar di sekelilingnya. Dia tidak tahu apa yang terjadi, juga alasan mengapa dia berada disini. Sepasang pria dan wanita paruh baya berdiri di kedua sisi tempat tidurnya. Mereka menangis.
"Sayang, akhirnya dia sadar!"
[◇♤♡♧]
Pagi yang biasa. Semua berjalan normal. Karina duduk di kursi teras, memangku tote bag hitam-putihnya. Ada banyak hal yang membuat Karina tersenyum hari ini. Pertama, ini adalah pagi yang cerah dan teduh. Tidak hujan, juga tidak panas. Kedua, hari ini tidak ada kelas dosen galak. Jadi dia bisa sedikit bersantai di kelas. Ketiga, awali pagimu dengan cinta. Yang artinya, dia menunggu Jeno.
Karina sudah menunggu lebih dari empat puluh lima menit, tetapi Jeno belum juga terlihat. Gadis itu mengirim banyak pesan pada kekasihnya, namun tidak ada balasan.
"Jeno kemana sih? Apa belum bangun ya? Pasti dia begadang lagi nemenin Daryll," ujarnya bermonolog. "Ya udah deh gue ke kampus sendiri aja."
Tidak ada yang begitu menarik dari pelajaran ekonomi. Benar-benar tidak ada. Karina hanya perlu bertahan dua tahun lagi. Sembari mencatat materi, sesekali Karina mengintip ponselnya. Belum ada balasan dari Jeno. Ini sudah pukul 10 pagi, tidak biasanya Jeno seperti ini.
Karina keluar dari kelas beberapa menit kemudian. Karena belum ada jawaban dari Jeno, dia berpikir untuk meneleponnya.
"Jeno mana sih..." gumam Karina. Dia menempelkan handphone ke telinganya. Tiap dering membuat jantung Karina berdetak lebih cepat dan lebih cepat lagi. Tidak diangkat.
"Apa gue tungguin aja kali ya di lobi fakultasnya?," pikirnya. Karina berjalan menuju gedung fakultas Jeno. Jaraknya tidak jauh. Fakultas Karina ada di Gedung C dan Fakultas Jeno ada di Gedung E. Sepanjang jalan orang-orang menatapnya, tetapi... kenapa? Ah sudahlah, Karina tidak punya waktu untuk memikirkan mereka.
Di depan Gedung D, ada Sheila dan beberapa teman Titan. Karina pikir dia bisa bertanya pada mereka, jadi dia berjalan mendekat.
"Terus gimana?," suara Sheila samar-samar terdengar.
"Sekarang udah dibawa pulang," jawab Yuda.
"Titan baik-baik aja?" Sheila kembali bertanya.
"Di-"
"Kak Titan kenapa?," tanya Karina. Mereka menoleh ke arahnya. Gadis itu tersenyum canggung. "Oh maaf. Tadi gue mau nanyain Jeno ke kalian. Dari pagi nggak angkat telepon. Tapi nggak sengaja denger soal Kak Titan. Emang... Kak Titan kenapa?"
"Ah..." Yuda terdiam cukup lama setelah itu. "Nggak apa-apa kok. Cuma kecapean aja karena terus jagain Daryll."
"Ooh. Terus Jeno gimana, Kak?"
Mereka bertukar pandangan. Yuda, Sheila, Dejun, dan Geoffrey.
"Sakit juga ya? Pantesan nggak angkat telepon. Biasanya pagi-pagi udah nongol di depan rumah. Tumben sampai siang gini nggak ada kabar. Bikin khawatir aja," katanya.
Tidak ada respon. Mereka masih terdiam. Seolah sesuatu membekap mulut mereka kuat-kuat.
"Kalian kenapa sih? Kok diem aja? Pertanyaan gue aneh ya? Maaf maaf. Kalau gitu gue ke-"
![](https://img.wattpad.com/cover/283001849-288-k813578.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Yin-Yang [SUDAH TERBIT]
Fanfikce_____________________________________________________ Lee Jeno of NCT. A story by: @fifoldiar Genre : fiksi penggemar, lokal au, roman. Jeno tidak pernah tertarik pada gadis polos dan pendiam, dia bukan Nagendra yang suka mencari topik hingga...