11. Titan dan Sheila

541 102 4
                                    

Membayangkan wajah Titan sekarang, sambil mengaduk minuman yang dia pesan, rasanya menyebalkan. Juga sedikit aneh, karena terasa menyenangkan. Menyebalkan karena itu membuat Sheila teringat akan tindakan bodohnya: mengabaikan Titan selama bertahun-tahun. Menyenangkan karena dia tidak perlu menyesali keputusannya untuk berbaikan dengan Titan.

Ini bukan pertama kalinya bagi Sheila, merasakan getaran aneh hanya karena sosok Titan dalam hidupnya.

"Lo udah nanyain soal Karina ke Titan?" Wendy, yang duduk di hadapan Sheila memasang tampang penasaran.

"Udah. Dan dia nggak mempermasalahkan itu. Dia baikan sama Jeno," jawab Sheila. Ia menyeruput es teh manisnya.

"Semoga Jeno sama Titan cepet akur. Mereka, 'kan saudara..."

Sheila tertegun. Saudara. Haruskah dia memberi tahu Wendy?

"Wen?"

"Hm?"

"Titan... sama Jeno itu... bukan saudara kandung," kata Sheila dengan suara pelan, nyaris berbisik. Wendy mengerjapkan matanya beberapa kali.

"Lo udah tau?," tanya Wendy. Kini sepertinya justru Sheila yang dibuat terkejut.

"Bentar. Jadi selama ini lo tau kalau Titan bukan saudara kandungnya Jeno?"

Wendy mengangguk singkat. "Reino tau semuanya. Kadang dia cerita ke gue, minta sudut pandang, kalau Jeno curhat ke dia..."

Sheila menghebuskan napas berat. "Kenapa hidup itu nggak ada lancar-lancarnya?"

"Kalau mau lancar, hidup dengan sikap bodo amat. Orang semacam itu, mau Matahari nabrak Bumi pun nggak bakal sadar."

Keduanya tertawa.

"Si Titan kemana? Tumben nggak ngikutin lo mulu?"

Sheila mendengus. "Dia jadi panitia festival musik. Hari ini mulai persiapan. Rapat, hubungin pihak dekorasi, ngurus acara, banyak deh... Chat gue aja nggak dibales dari pagi."

"Nah! Kesempatan nih, lo caper aja sama Titan pas lagi kayak gini! Bawain minum kek, atau makan siang?"

"Caper? Buat apa coba?"

"Lo suka 'kan sama Titan?"

Sheila mendelik. Kenapa orang-orang tidak pandai dalam memilih pertanyaan? Hal semacam ini harusnya menjadi rahasia pribadi.

"Nggak kok, kata siapa?"

"Ck. Nggak usah bohong! Kalian tuh kayak lagi pacaran tau! Lo juga cemburu sama Karina dan Sevina pas itu..."

"Nggak... gue nggak cemburu sama sekali tuh?"

Wendy merotasikan kedua bola matanya. "Semoga Titan suka sama orang lain yang nggak gengsian."

"Ya jangan lah!"

"Tuh kan... lo cemburu."

Sheila merasakan wajahnya memanas. Oh, Wendy memang teman yang sangat baik. Kini dia bersemu semerah tomat. Atau mungkin seperti kepiting rebus.

[◇♤♡♧]

Banyak yang bilang. Orang yang lo suka di usia 16 tahun, akan punya pengaruh seumur hidup. Tapi dari waktu pertama kita ketemu, hampir 16 tahun waktu berlalu. Jadi... apa gue sebenernya udah tergila-gila?

Sheila mengulas senyum ke arah Titan Kefas Belantara yang masih sibuk menata beberapa peralatan elektronik di belakang panggung. Pria itu terlihat ratusan kali lebih tampan dengan wajah serius. Sungguh, Sheila berani bertaruh untuk yang satu itu.

Yin-Yang [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang