18. Masalah dan Pemecah Masalah

355 85 7
                                    

Sheila tidak tahu harus mencari Titan kemana lagi. Kampus seluas 300 hektar sudah ia kelilingi, Titan tidak ada dimana pun. Di kantin, kelas, perpustakaan, danau kampus, ruang praktek. Nihil. Buku abu-abu milik Titan ada di genggaman tangannya. Sheila takut. Takut Titan menyerah dan pergi. Jika benar Titan pergi, kira-kira kemana?

"Kafe Lucas!"

Kafe Lucas adalah salah satu tempat kegemaran Titan. Kemungkinan besar juga tempat yang ditujunya ketika kelelahan. Secangkir kopi dan Lucas sebagai teman bicara selalu membuat Titan merasa lebih baik. Lucas adalah tipe teman yang berbicara seperti orang bodoh demi senyuman dan tawa lawan bicaranya. Tetapi sebenarnya, Lucas adalah orang yang cerdas dan bertalenta. Titan mengetahui itu saat Lucas membuat alat penyeduh kopi sendiri. Iya, alat baru yang Titan maksud waktu itu.

"Lo kenapa lagi, Bang?," tanya Lucas sembari menyodorkan secangkir kopi dengan uap yang masih mengepul.

"Nggak," jawab Titan singkat.

Di luar sedang badai, tetapi di dalam sini kering dan hangat. Meski begitu, Titan kehilangan tenaga untuk menjelaskan. Seperti, di dalan dirinya juga sedang badai.

"Jangan coba ngadalin buaya, jujur aja, Bang!" Lucas bersikeras.

"Gue bukan kadal! Gue dinosaurus, kan tuaan gue!"

"Ngedinosaurusin buaya?," gurau Lucas. Titan tertawa sembari menggelengkan kepala. Tak habis pikir, bagaimana Lucas memikirkan guyonan hanya dalam waktu singkat? Mungkin itu bakat alaminya. Membuat orang lain bahagia. Titan bersyukur dipertemukan dengan Lucas saat OSPEK dua tahun lalu.

"Temenan sama lo bikin awet muda."

"Mana bisa awet muda kalau selalu nutup diri? Kalau lo nanggung sendiri semua masalah, gunanya temen buat apa, Bang?"

"Masalah gue itu-itu aja, nggak variatif."

"Soal Jeno? Kata Bang Kyan, Jeno udah ketemu? Di rumah Erland, 'kan?"

"Bukan itu. Lo inget Alsevina?"

"Ah cewek tenar yang sempet gue taksir? Inget lah." Lucas tampak tidak suka ketika nama Alsevina disebut. Gadis itu memang tenar, cantik, dan pintar, tetapi tidak punya hati nurani. Lucas pernah mengajaknya pulang bersama, namun Alsevina justru memperlakukannya seperti tukang ojek.

"Dia nyuri buku harian gue, terus bikin pengumuman lewat radio kampus, kalau gue sama Jeno bukan saudara kandung." Akhirnya Titan bercerita. Meski tenggorokannya tercekat di awal kalimat.

Lucas mengernyit heran. "Terus kenapa kalau bukan saudara kandung? Papa kalian sama. Daripada Daryll sama adiknya, Cema, nggak pernah akur padahal saudara kandung."

Yang Lucas katakan benar. Daryll dan adiknya, Cakra Mahendra atau yang memiliki nama gaul Cema itu tidak pernah akur. Mereka selalu bertengkar. Hal sekecil snack pernah menjadi alasan mereka adu jotos. Semua itu karena mindset yang dikembangkan oleh orang tua mereka, bahwa siapa pun yang lebih unggul berhak mewarisi seluruh harta keluarga. Bukankah seharusnya hal seperti itu dibagi rata?

"Bener, kenapa gue malah lari dari fakta?," pikir Titan.

"Karena lo takut Jeno bakal menjauh kalau semua orang tau fakta ini?," tebak Lucas.

Yin-Yang [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang