6. Cinta, Teman, & Keluarga

715 145 12
                                    

Karina tidak tahu Jeno begitu manis. Yang dia maksud adalah Jeno yang sedang mengayuh sepeda mengelilinginya —yang sedang duduk di sebuah bangku bercat hijau sambil menulis lagu- dengan senyum mata seperti bulan sabit. Pemuda itu tertawa beberapa kali saat berhasil menjahili Karina, dia menarik ujung rambutnya dari belakang.

Mungkin lelah, Jeno berhenti. Dia memarkirkan sepeda sewaan itu di sebelah bangku, kemudian duduk di samping Karina.

"Serius amat?," katanya. Karina menoleh, tepat saat Jeno mengusap rambutnya, menyibaknya dari kening, tetapi rambut itu memantul ke depan lagi saat dia menurunkan tangannya. Sedetik, Karina terpesona. Atau mungkin lebih lama...

"Gue rasa... gue mau ambil lagu yang sebelumnya dari Kak Titan, terus ganti pakai lagu baru," kata Karina.

"Kenapa?"

"Gue nggak enak, lo bantu gue buat lagu itu, dan gue malah ngasih ke–"

"Gue sama Titan baikan," sela Jeno. Kedua mata Karina terbelalak. "Lo bisa pakai lagu itu, bahkan meski gue nggak baikan sama Titan. Dari awal itu ide lo, gue cuma nambahin sedikit."

Karina menggigit pelan bibir bawahnya. Bagaimana dia akan memberitahu Jeno bahwa bahkan liriknya adalah mengenai Jeno?

"Ada masalah lagi?," tanya Jeno.

"Liriknya," jawab Karina. Sebelah alis Jeno terangkat naik.

"Kenapa sama liriknya?"

Karina mengeluarkan buku catatannya dari dalam tas, lalu menyerahkan buku itu kepada Jeno.

"It's about you..." lirihnya. "Lately... everything is about you..."

Senyuman Jeno mengembang ketika membaca lirik yang Karina tulis. Dan lebih lebar lagi ketika mendengarnya berkata seperti itu.

"I'm sorry... nggak seharusnya gue nulis itu," kata Karina lagi.

"Hei? Nggak ada yang salah dari kata-kata lo. Atau lirik ini. Orang yang kenal gue dengan baik, pasti akan langsung keinget gue begitu baca ini."

Karina meremas kedua tangannya. "Dalam hal positif atau negatif?"

"Positif. Semua tentang lo, pasti positif. Sisi negatif itu ada di gue." Jeno menatap netra kelam Karina yang masih terpaku.

"I'm... I'm not perfect..."

"You are, in my point of view."

Then I'd like to see me from your point of view, batin Karina.

Jeno menyadari sesuatu dari kata-katanya. Situasi sekarang ini ditambah segelintir kepintarannya membuat Jeno memahami celetukan Hayang. Karina adalah sisi positif, dan Jeno adalah sisi negatif. Sepertinya, selama ini Jeno salah memahami Yin-Yang yang dimaksud. Yin-Yang adalah ketika dua hal yang bertolak belakang, justru memberi keseimbangan yang indah satu sama lain. Merubah Karina menjadi sepertinya, bukanlah bagaimana hal itu bekerja.

"Rin?"

"Apa?"

"Apa lo udah jatuh cinta sama gue?," tanyanya penuh harap. Meski begitu, Jeno tidak akan terkejut jika Karina berkata tidak.

"Kalau gue jawab belum..." Dia menggigit bibir bawah pelan. "—apa itu sakit?"

Jeno menggeleng. "Satu setengah minggu, gue rasa gue belum cukup berjuang? Atau mungkin belum sedikit pun."

"Jujur tentang kehidupan lo, itu termasuk dalam perjuangan. Nggak semua orang bisa terbuka, apalagi tentang kelemahannya," kata Karina. "Tapi... lo nggak tau tentang kehidupan gue. Jatuh cinta bukan kata yang tepat buat gambarin kita."

Yin-Yang [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang